Khutbah Jum'at

Khutbah Jum’at Edisi 313 | SOLUSI KRISIS KEPEMIMPINAN DI INDONESIA

Dikeluarkan Oleh Sariyah Dakwah Jama’ah Ansharu Syari’ah

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ وَلاَ رَسُوْلَ بَعْدَهُ، قَدْ أَدَّى اْلأَمَانَةَ وَبَلَّغَ الرِّسَالَةَ وَنَصَحَ اْلأُمَّةَ وَجَاهَدَ فِيْ سَبِيْلِهِ حَقَّ جِهَادِهِ.

اَلصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا الْمُصْطَفَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ سَلَكَ سَبِيْلَهُ وَاهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.رَبِّ اشْرَحْ لِيْ صَدْرِيْ وَيَسِّرْ لِيْ أَمْرِيْ وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِيْ يَفْقَهُوْا قَوْلِيْ.

قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. وَقَالَ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. وَقَالَ: وَتَزَوَّدُوْا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى.

وَقَالَ النَّبِيُ : اِتَّقِ اللهَ حَيْثُ مَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بَخُلُقٍ حَسَنٍ. (رواه الترمذي، حديث حسن).

Jamaah Jum’at hamba Allah yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga, dan para sahabatnya.

Khotib berwasiat kepada diri sendiri khususnya dan jama’ah sekalian marilah kita bertaqwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa, semoga kita akan menjadi orang yang istiqamah sampai akhir hayat kita.

Ma’asyirol Muslimin Rahimani Wa Rahimukumullah…

Bangsa Indonesia kini sedang dilanda krisis kepemimpinan. Krisis kepemimpinan yang terjadi saat ini telah berada ujung tanduk. Mau dibawa kearah mana negara Indonesia ini jika para pemimpin negaranya banyak melakukan penyimpangan. Kepercayaan rakyat telah dihianati oleh pemimpin negara ini. Rakyat diombang ambingkan oleh para pemimpin negera ini, hanya untuk kepentingan golongan tertentu.

Hal tersebut jelas- jelas melanggar nilai-nilai pancasila yang telah menjadi pondasi berdirinya negara ini. Pemimpin seharusnya dapat mensejahterakan rakyatnya, mengayomi rakyatnya. Pemimpin harus dapat menjadi jembatan masyarakat untuk mencapai cita-cita bangsa ini.

Dewasa ini telah kita ketahui bahwa bangsa Indonesia mengalami masa-masa krisis dalam hal kepemimpinan. Berdasarkan fakta-fakta yang telah terjadi dikalangan pejabat elit negara. Apalagi kita sering mendengarkan berita-berita di TV, media cetak maupun di media sosial. Seperti permasalahan harga BBM naik, kemiskinan yang kian meningkat, pengangguran yang semakin banyak, angka kriminalitas dan asusila yang semakin merebak dikalangan anak-anak, belum lagi masalah pendidikan yang bergonta-ganti kurikulum pendidikan, inefisiensi pelayanan publik, dan maraknya kasus korupsi.

Oknum yang terlibatpun beragam, mulai pejabat elit, hingga kepala desa dan perangkat desa. Bicara masalah korupsi, pasti semua orang kesal dengan kata itu. Kasus yang marak dilakukan oleh seorang pemimpin. Kasus yang sangat merugikan negara dan rakyat Indonesia. Para koruptor menggerogoti keuangan negara. Rakyat ditekan untuk membayar ini itu, ekonomi digoncang ganjingkan dengan kenaikan disemua sektor (kenaikan BBM, pajak dll) namun pada akhirnya uang tersebut masuk ke saku para pemimpin negara ini.

Uang yang seharusnya digunakan untuk membangun infrastruktur umum, tapi malah dibagi rata para pemimpin negera untuk berlibur ke luar negeri, untuk beli rumah, mobil mewah. Inikah yang dinamakan pemimpin negara? Perilaku yang sangat buruk dan tidak pantas dilakukan oleh pemimpin.

Rakyat yang mengharapkan kesejahteraan tetepi pemimpin negera sibuk memperkaya dirinya. Bisa dibilang aji mumpung, mumpung jadi pemimpin dia mengeruk keuangan negara sebanyak-banyaknya kemudian diinvestasikan ke negara lain. Sungguh kejamnya pemimpin-pemimpin kita sekarang.

Belum lagi kejadian yang sedang viral Keterlibatan Irjen Ferdy Sambo dalam kasus pembunuhan Brigadir J sampai saat ini masih menyita perhatian publik. Bahkan, aksi tidak terpuji yang dilakukan Ferdy Sambo saat masih menjabat Kadiv Propam Polri itu telah mencoreng nama baik instansi kepolisian secara umum. Kasus pembunuhan Brigadir J telah banyak merusak citra Kepolisian Republik Indonesia (Polri).

Sebab kasus pembunuhan Brigadir J itu telah menyeret banyak anggota Kepolisian Republik Indonesia (Polri) sebagai tersangka. Salah satunya adalah Ferdy Sambo yang seorang polisi berbintang 2. Selain itu, ada puluhan anggota Polri lainnya yang dicopot dari jabatan karena dianggap tidak profesional dalam menangani kasus ini. Alhasil kini Polri menjadi bulan-bulanan seluruh warga Indonesia.

Kepemimpinan di Negara Indonesia saat ini memang sedang berada diujung tanduk, lemahnya kesadaran para pamimpin negara dalam menjalankan roda pemerintahan menjadi alasan mendasar. Pemimpin yang seharusnya mengayomi masyarakat, mensejahterakan masyarakat, meningkatkan perekonomian suatu negara, kini malah menghianati kepercayaan rakyatnya. Para pemimpin negara saling beradu untuk melakukan korupsi, sehingga kesejahteraan rakyatpun mereka abaikan. Inilah yang mengakibatkan rakyat sekarang kurang percaya bahkan tidak percaya kepada seoarang pemimpin.

Beberapa penyebab krisis kepemimpinan di Indonesia dan solusinya

1. Kesadaran agama sangat rendah

Seorang pemimpin hendaknya mengedepankan nilai keagamaan, mengapa demikian ? karena jika pemimpin tersebut mimiliki agama yang kuat dalam arti beliau kuat dalam ketaatannya kepada Tuhan, maka hal-hal penyimpangan yang tidak sesuai dengan kewajiban atau tugas-tugasnya, tersebut tidak akan terjadi.
Agama merupakan pondasi dasar dalam diri setiap manusia.

Jika manusia pondasinya tidak kokoh dalam arti agamanya rendah maka dengan mudah dapat terpengaruh oleh hal-hal yang melanggar norma keagamaan. Itu terjadi pada para pemimpin kita, jika agama mereka kuat maka mereka tidak akan melanggar norma-norma agama, sehingga penyelewengan penyelewengan tidak akan terjadi pada seorang pemimpin. Dan masyarakatpun tidak merasakan kesengsaraan.

2. Kurangnya rasa percaya diri

Krisis kepemimpinan di Indonesia tejadi karena kurangnya rasa percaya diri yang dimiliki masyarakat Indonesia. Pada dasarnya sangat banyak anakanak bangsa ini yang pandai dan cerdas, memiliki integritas tinggi, namun karena kurangnya rasa percaya diri tersebut mereka menjadi terlalu pasif, hanya diam atas semua yang telah terjadi seperti saat ini. Dan akhirnya yang gila kekuasaanlah yang sekarang berdiri di kursi pemerintahan.

Seseorang harus bisa memimpin dirinya sendiri sebelum memimpin orang orang lain. Agar didalam memimpin tidak adanya keraguan dalam bertindak. Jika pemimpin tersebut percaya diri maka tidak akan terpengaruh oleh rayuan-rayuan penyelewengan kepemimpinannya.

3. Kurangnya penerapan moral bangsa

Kurangnya penerapan pendidikan akhlak dalam keseharian masyarakat Indonesia. Bisa dibuktikan dari banyaknya kasus KKN, seolah tidak ada habisnya. Pemimpin negara saling beradu mulut dalam menyelesaikan masalah. Sungguh betapa boboroknya moral bangsa Indonesia saat ini. Krisi kepemimpinan berakar dari rendahnya moral para pemimpin.
Penyelesaina dari rendahnya moral para pemimpin ini dengan menggunakan prinsip al akhlaqul karimah. Prinsip ini meliputi ash shidqu (benar), al wafa bil’ahd (tepat janji), ta’awun (tolong menolong), al’adalah (keadilan), istiqamah (konsisten).

4. Proses seleksi kurang ketat

Kurang transparannya proses seleksi para calon pemimpin juga menjadi persoalan yang memicu terjadinya krisis kepemimpinan. Seseorang harus melewati serangkaian seleksi agar bisa menjadi seorang pemimpin.
Rangkaian seleksi tersebut harus dilakukan tanpa terkecuali agar tercipta pemimpin yang dapat mengendalikan masyarakatnya. Sebagai contoh dalam Peraturan KPU No.5 tahun 2004 menyatakan bahwa seorang calon presiden dan wakil presiden harus Takwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan tidak boleh berhianat terhadap negara, tetapi fakta sebenarnya banyak pemimpin yang melanggar.

Solusinya dari kaderisasi calon pemimpin ke depannya. Perbaikan kepemimpinan bangsa tidak dapat langsung terjadi, memerlukan waktu yang relatif lama. Salah satunya kita perbaiki kualitas pendidikan di Indonesia, terutama pendidikan agama, agar kelak menciptakan generasi muda yang dapat memberikan warna baru dalam memimpin negara ini, sehingga pemasalahan kepemimpinan ini dapat terselesaikan.

5. Hukum yang masih rendah

Ada beberapa orang mengatakan hukum di Indonesia dapat dengan mudah dibeli. Jadi dapat disimpilkan bahwa sangatlah rendah hukum di Indonesia. Contohnya kasus korupsi, seorang koruptor yang menggunakan uang negara ber M (miliar) uang negara, tapi hukumannya tidak sebanding dengan kerugiannya terhadap negara. Bandingkan dengan kasus pencurian jagung oleh rakyat kecil yang di hukum sampai berpuluh-puluh tahun.

Apa ini yang dinamakan Indonesi negera hukum ? yang sangat jelas lemah dalam penegakan hukum di negaranya. Hukum di Indonesia harus diperbaiki, agar menimbulkan efek jera bagi para pelanggarnya. Selain itu peraturan akan syarat-syarat sebagai pemimpin hendaknya dikaji ulang sehingga muncul seorang pemimpin yang sesuai dengan karakter bangsa ini dan tentunya mampu menyelesaikan permasalahan yang kompleks ini.

Setiap kepemimpinan akan diuji dengan berbagai krisis. Ujian tersebut akan menentukan sukses atau tidaknya seorang pemimpin. Bila dapat menemukan solusi-solusi cerdas mengatasi berbagai ujian, maka kepemimpinannya akan dikenang zaman.

Karenanya, kata Haedar, setiap orang jangan merasa paling hebat tanpa berusaha untuk introspeksi apakah kepemimpinannya berada di jalur maslahat atau mudharat.

Kepemimpinan merupakan sesuatu yang urgen dalam tatanan kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, Alquran berbicara tentang kepemimpinan diantaranya merujuk kepada kata khalifah.

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat:

“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”. (QS al-Baqarah/2: 30).

Kata khalifah di antaranya terdapat dalam QS al-Baqarah/2: 30 dan Shad/38: 26, kedua ayat tersebut menunjukkan tentang tujuan diciptakannya manusia dimuka bumi sebagai khalifah (pemimpin).

Dalam konteks ini menunjukan eksistensi manusia sebagai wakil Allah di muka bumi sebagai khalifah atau pemimpin. Kata pemimpin dalam Alquran menggunakan istlah kata khalifah, maknanya menggantikan, meninggalkan, pengganti, atau pewaris.

Secara terminologis, kata ini mengandung setidaknya dua makna ganda. Di satu pihak, khalifah diartikan sebagai kepala negara dalam pemerintah dan kerajaan Islam masa lalu, yang dalam konteks kerajaan pengertiannya sama dengan sultan.

Urgensi kepemimpinan penting untuk dipahami dan diaktualisasikan dalam kehidupan masyarakat, hal tersebut dikarenakan melihat berbagai fenomena yang terjadi di masyarakat dalam kehidupan sehari-hari yang senantiasa berbenturan dengan aturan atau norma dan hukum yang berlaku. Sehingga diperlukan suatu sikap toleransi dalam menghadapi persoalan-persoalan yang terjadi di masyarakat, termasuk persoalan memahami urgensi kepemimpinan.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُوْا اللهَ لِيْ وَلَكُمْ

Wallahul muwaffiq

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَالْعَصْرِ، إِنَّ الإِنسَانَ لَفِيْ خُسْرٍ، إِلاَّ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.

Khutbah Kedua

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.

جَمَاعَةَ الْجُمُعَةِ، أَرْشَدَكُمُ اللهُ. أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهُ، وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا وَيَرْزُقُهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ، وَمَن يَتَّقِ اللهَ يُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا.

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ. اَللَّهُمَ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ. اَللَّهُمَّ انْصُرِ الْمُجَاهِدِيْنِ فِيْ كُلِّ مَكَانٍ وَزَمَانٍ.

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ اْلأَبْرَارِ. رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَّسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا، رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِن قَبْلِنَا، رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ، وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنتَ مَوْلاَنَا فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ. اَللَّهُمَّ إِنَا نَسْأَلُكَ رِضَاكَ وَجَنَّتَكَ وَنَسْأَلُكَ شَهَادَةً فِيْ سَبِيْلِكَ. اَللَّهُمَّ أَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَالْمُبْتَدِعَةَ وَالْمُشْرِكِيْنَ أَعْدَائَكَ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ.

اَللَّهُمَّ شَتِّتْ شَمْلَهُمْ وَمَزِّقْ جَمْعَهُمْ وَزَلْزِلْ أَقْدَامَهُمْ وَأَلْقِ فِيْ قُلُوْبِهِمُ الرُّعْبَ. اَللَّهُمَّ عَذِّبْهُمْ عَذَابًا شَدِيْدًا وَحَسِّبْهُمْ حِسَابًا ثَقِيْلاً. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.

Lihat lebih banyak

Artikel terkait

Back to top button