PERANG MEDIA
Oleh Amir Jamaah Ansharu Syariah Jawa Timur
Ustadz Hamzah Baya
Dakwah merupakan suatu kewajiban bagi setiap muslim, baik bagi laki-laki maupun perempuan haruslah mengemban dakwah amar ma’ruf nahi munkar tanpa terkecuali. Dakwah juga merupakan sebuah tugas yang sangat mulia dari Allah Ta’ala dan memiliki peranan sangat penting dalam Islam.
Jika kaum muslim senantiasa mengemban dakwah, berpegang teguh pada agama dan tidak menyalahi hukum-hukum Islam, maka tidak diragukan lagi ummat ini disebut sebagai ummat terbaik.
Allah Ta’ala Berfirman:
“Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan melarang yang mungkar dan beriman kepada Allah, dan kalau sekiranya ahlul kitab beriman, tentulah hal itu lebih baik bagi mereka, diantara mereka ada orang-orang yang beriman dan kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.” (Q.S Ali Imran:11)
Perkembangan zaman dan teknologi, sarana dan bentuk kehidupan pun kian berkembang, begitu pula sarana dalam berdakwah. Media sosial adalah salah satunya. Dahsyatnya media sosial pada zaman ini sudah tidak dapat kita pungkiri lagi; Facebook, Twitter, Instagram, youtube adalah beberapa contoh media sosial yang banyak digunakan oleh para netizen.
Mengingat pengguna internet di Indonesia yang cukup besar dan kebanyakan dari mereka adalah pengguna media sosial, maka ini merupakan sebuah peluang besar dalam meraih pahala amal kebaikan dan juga merupakan salah satu cara mudah dalam berdakwah.
Seiring kemajuan teknologi dalam bidang informasi, komunikasi, dan transportasi yang begitu cepat. Maka yang akan keluar sebagai pemenang dan mendapat manfaat dari globalisasi adalah yang sudah menyiapkan untuk arah kedepannya. Mulai politik, sosial, budaya bahkan agama terkena pengaruh daripada globalisasi.
Islam menghadapi serangan yang mengancam peradaban, serangan itu banyak merusak peradaban yang dibangun Islam berabad-abad lamanya. Dan Saat ini kita dapat melihat bahwa konten-konten dan seruan-seruan untuk melawan dakwah Islam terus disebarluaskan secara masif kepada masyarakat melalui berbagai macam media, baik media cetak, media elektronik.
Dalam sejarah perjuangan Islam, setelah melalui perjalanan panjang segalanya telah menjadi jelas bagi kita. Kehancuran kaum muslimin melalui perang konvensional atau perang fisik adalah mustahil. Karena mereka mempunyai manhaj yang jelas dan tegas di atas konsep jihad fie sabilillah. Dengan manhaj ini, mereka tidak akan pernah mengalami kekalahan militer. Maka musuh-musuh Islam menyerang kekuatan yang sudah terbangun dalam tubuh kaum muslimin dengan melalui berbagai macam cara diantaranya adalah mengalahkan umat Islam melalui pertempuran media.
Disaat umat Islam memiliki kekuatan media, mereka pun mengalami kekalahan dan frustasi menghadapi kekuatan media Islam sehingga berupaya keras memenangkan pertempuran dengan menghalalkan segala cara diantaranya dengan memblokir media-media yang dimiliki umat Islam yang sudah semakin luas jangkauannya. Na’udzu billah min dzalika.
Siapa yang lebih dipercaya ?
Ternyata publik lebih percaya media daripada pemerintah. Sebuah survey yang dilakukan oleh BBC, Reuters, dan The Media Center kepada 10,000 orang di 10 negara menggambarkan rata-rata 61% orang lebih percaya media dan 52% kepada pemerintah. Dan 86% rakyat Indonesia lebih percaya kepada media daripada pemerintah. Survey lain yang dilakukan oleh Kompas menunjukkan bahwa media masih lebih dipercaya ketimbang lembaga lain. (DPR, Eksekutif, Sistem Peradilan, Partai Politik dan LSM).
Dalam dunia modern, media pers menempati posisi yang sangat penting, antara lain dapat membentuk opini umat. Bahkan sering dikatakan bahwa barangsiapa yang menguasai pers berarti dapat juga menguasai dunia.
Kalau yang menguasai pers itu adalah orang mukmin, yang benar-benar paham dengan dakwah dan memang merupakan da’i, maka pers yang diterbitkanya tentu tidak akan menurunkan tulisan-tulisan yang merugikan Islam, memojokkan kaum muslimin atau menyakiti umat Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa salam.
Tetapi kenyataan membuktikan, di dunia ini tak sedikit pers yang menurunkan aneka bentuk tulisan yang substansinya bukan hanya memojokkan Islam, menyakiti hati kaum mukmin, menghina Nabi serta melecehkan Al-Quran, bahkan lebih dari sekedar itu.
Musuh-musuh Islam telah menggunakan media sebagai corong yang efektif untuk merontokkan keislaman kita. Dan keadaan bisa bertambah buruk lagi jika para pemimpin umat Islam bukannya memihak Islam, tapi justru memihak dan membela musuh-musuh Allah Swt. Na’udzu biillah min dzaalik!
Allah Ta’ala Berfirman:
“Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, lalu kamu menjadi sama (dengan mereka)…” (QS. An-Nisa [4] : 89)
Di berbagai media massa, musuh-musuh Islam melancarkan program-program yang bertujuan merusak akhlak generasi muslim mulai dari anak-anak, remaja, maupun dewasa sampai kaum muslimin menjadi murtad keluar dari agamanya. Ini adalah program utama dan yang paling jelas dari musuh-musuh Islam.
Mereka akan menghilangkan semangat keislaman agar tumbuh kekaguman akan peradaban barat yang semu, maka tahapan selanjutnya adalah menggiring hati kaum muslimin untuk keluar dari agamanya. Sebagaimana Allah berfirman:
“Mereka tidak henti-hentinya memerangi kalian hingga kalian murtad dari agama kalian jika mereka mampu.” (QS. Al-Baqarah : 217)
Ya, ini adalah perang melawan Islam, peradaban, kebebasan, demokrasi, modernisasi, pembebasan wanita, hak asasi manusia, dan perang melawan teror. Semua adalah slogan-slogan yang diangkat dalam media mereka untuk merusak aqidah umat Islam. Mereka mengangkat slogan ini sekalipun satu ayat Al Qur’an dan hadits Nabi saja sudah cukup untuk membuka kedok dan kejahatan mereka. (Dr. Muhammad abbas dalam bukunya Tapi perang terhadap Islam)
Perang media merupakan strategi perang yang menggunakan media sebagai tombak utama untuk melemahkan semangat dan pemikiran lawan. Dramatisasi, rekayasa data dan informasi, pemalsuan berita, dan membesar-besarkan atau mengecilkan suatu isu merupakan sejumlah metode yang digunakan dalam perang media. Sebagai misal, serangan terhadap aktivis muslim yang melakukan amar ma’ruf nahi mungkar di beritakan bahwa mereka telah melakukan tindakan anarkis mengganggu ketentraman dan persatuan bangsa.
Bisa kita bayangkan seandainya umat Islam saat ini tidak memiliki media sendiri dalam menjaga kemurnian ajaran Islam dan seluruh syari’at yang ada, tentu akan bisa dengan mudah dilecehkan dan dibully atau dikalahkan oleh orang-orang kafir yang bersekutu untuk menyerang Islam.
Dengan mudahnya mereka menistakan Al Qur’an, mengolok para ulama’ serta aktifis Islam, kemudian menjatuhkan kehormatan mereka dihadapan publik dan membuat label dengan vonis teroris, radikal ekstrim dan fundamentalis sehingga dengan mudahnya para aktivis Islam dan penegak syari’at itu ditangkap, dipenjara bahkan dibunuh dengan alasan yang tidak jelas dan kemudian oleh media mainstream dipublikasikan secara massal sehingga membuat seakan-akan berita itu benar walaupun jauh dari fakta yang sebenarnya.
Islam mengharamkan perbuatan dusta, berbohong apalagi dalam memberikan informasi atau berita kepada orang banyak yang akan berakibat fatal jika kabar itu keliru sehingga menimbulkan banyak fitnah yang akhirnya bisa membuat kaum muslimin kalah karena berhasil diadu domba dan berpecah belah diakibatkan berita yang tidak benar. Al-Qur’an mengajarkan, jika orang fasik yang membawa berita untuk tidak langsung dipercaya kecuali setelah diverifikasi, (tabayun)” (QS. Al-Hujarat: 6)
Adalah suatu keharusan melakukan pengecekan suatu berita, dan juga haram berpegang kepada berita orang-orang yang fasik yang banyak menimbulkan bahaya. Ayat ini mengajarkan bahwa mencari kebenaran berita serta tidak mempercayai berita yang dibawa oleh orang yang fasik yang menentang Allah. Bukan berarti setiap kabar yang sampai harus diragukan, namun setiap informasi wajib diteliti sumbernya. Apakah memenuhi syarat bisa dipercaya. Lalu apakah isi informasinya sesuai dengan syariat atau bertentangan dengannya.
Saatnya umat Islam kembali ke media Islam yang terpercaya, serta meninggalkan media mainstream yang telah dikuasai orang kafir. Jika umat Islam mengambil berita dari selain media Islam akan terjadi fitnah, yaitu ancaman yang menimbulkan kerusakan agama. Karena itu, di era seperti ini zaman dimana media sosial menjadi konsumsi kebanyakan orang, maka setiap khabar dan informasi harus ada tabayyun kepada sumber dan verifikasi terhadap isinya. Tidak asal sharing atau posting.
Saatnya ada edukasi agar umat berhati-hati pada media, karena sering terjadi manipulasi. Tujuan utama adalah untuk penyesatan ummat. Untuk kepentingan pemilik modal, para cukong hitam, dan kepentingan untuk menjauhkan umat Islam dari agamanya.
Media membunuhmu, itulah fakta yang terjadi hari ini, karena pada zaman modern seperti ini hampir tidak ada hari tanpa media di sekitar kita. Oleh sebab itu, bagaimana kita bersikap pada media yang ada sekarang ini. Kita butuh kecerdasan. Sebaiknya jangan mau jadi korban media. Jadilah pengendali media. Jika mampu.
Wallahua’lam bisshowab.