Khutbah Jum'at

Khutbah Jumat Edisi 180: “Mencari Kemuliaan Di Akhir Ramadhan”

Materi Khutbah Jumat Edisi 180 tanggal 21 Ramadhan 1439 H ini dikeluarkan oleh

Sariyah Da’wah Jama’ah Ansharusy Syari’ah dapat dwonload di:

 

 

Mencari Kemuliaan Di Akhir Ramadhan

(Dikeluarkan Oleh Sariyah Dakwah Jama’ah Ansharusy Syari’ah)

 

KHUTBAH PERTAMA

 

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ وَلاَ رَسُوْلَ بَعْدَهُ، قَدْ أَدَّى اْلأَمَانَةَ وَبَلَّغَ الرِّسَالَةَ وَنَصَحَ اْلأُمَّةَ وَجَاهَدَ فِيْ سَبِيْلِهِ حَقَّ جِهَادِهِ

اَلصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا الْمُصْطَفَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ سَلَكَ سَبِيْلَهُ وَاهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.رَبِّ اشْرَحْ لِيْ صَدْرِيْ وَيَسِّرْ لِيْ أَمْرِيْ وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِيْ يَفْقَهُوْا قَوْلِيْ

قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. وَقَالَ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. وَقَالَ: وَتَزَوَّدُوْا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى

وَقَالَ النَّبِيُ: اِتَّقِ اللهَ حَيْثُ مَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بَخُلُقٍ حَسَنٍ. (رواه الترمذي، حديث حسن)

Jamaah Jum’at  hamba Allah yang  dirahmati Allah SWT.

Segala puji bagi Allah SWT, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya.

Khotib berwasiat kepada diri sendiri khususnya dan jama’ah sekalian marilah kita bertaqwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa, semoga kita akan menjadi orang yang istiqamah sampai akhir hayat kita.

MA’ASYIROL MUSLIMIN RAHIMANI WA RAHIMUKUMULLAH!!!

Mengapa Mencari Kemuliaan dari selain yang Allah SWT syari’atkan?

“Mereka berkata: “Sesungguhnya jika kita telah kembali ke Madinah, benar-benar orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah dari padanya.” Padahal Kemuliaan (kekuatan) itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui”. (QS. Al-Munafiqun:8)

Diantara logika yang dibangun kaum yang di dalam hatinya ada penyakit (munafiq) adalah mencari kemuliaan dengan berdekat-dekatan dengan orang kafir. Dalihnya agar mereka mendapat kemanfaatan dari orang kafir tersebut. Mereka menyangka dengan dekat kepada orang kafir, mereka akan mendapat kemuliaan dan kehormatan.

Mereka tidak sadar bahwa logika tersebut semakin mendekatkan mereka dengan kekafiran dan menjauhkan dari lingkungan keimanan. Mereka lalai bahwa pemilik kehormatan sebenarnya adalah Allah SWT sang Pemilik alam semesta dan orang-orang pembela Islam yang bersama Allah.

Fenomena mendekati orang kafir dan menjauh dari saudara yang beriman mulai kasat mata terjadi di tengah kehidupan kita. Bahkan sebagian yang ditokohkan ummat ikut memelopori hal ini. (benarkah perkataan bahwa orang kafir yang adil lebih baik daripada orang beriman yang zalim?) inilah musibah zaman NOW. Namun sebagai orang beriman, hendaknya parameter kebenaran bukan mengikuti tokoh melainkan mengikuti Al-Quran dan Sunnah. Jika seorang tokoh menyeru kepada kebenaran wahyu kita ikuti. Namun jika mengajak kepada hawa nafsu harus kita jauhi.

Maka karena kemuliaan milik Allah, hendaknya kita selalu memperbaiki hubungan dengan-Nya. Kekhusyukan ibadah, tawakkal dan banyak amal hati lainnya harus senantiasa dijaga dan diperbaiki. Agar kedekatan dengan Allah semakin menguat. Dan jika banyak kaum beriman yang kuat kedekatannya dengan Allah, lalu meraih maqam (kedudukan) sebagai wali Allah, saat itulah kemuliaan semakin kuat membersamai orang beriman. Karena para wali Allah (orang beriman yang bertaqwa dengan sebenarnya) langsung diback-up oleh Allah. Lalu siapakah yang bisa mengalahkan jika Allah SWT langsung membantu para wali-Nya?

وَمَنْ يَتَوَلَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَالَّذِينَ آمَنُوا فَإِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْغَالِبُونَ

“Dan Barangsiapa mengambil Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman menjadi penolongnya, Maka Sesungguhnya pengikut (agama) Allah[1] Itulah yang pasti menang.” (QS. Al-Maidah:56)

Demikianlah janji Allah. Lalu siapakah yang lebih kita percaya selain Allah? Maka kuatkanlah kesabaran dan tegarlah di jalan Allah. Bersamalah orang beriman. Belalah ajaran Rasulullah SAW maka kita akan mendapatkan kemuliaan hakiki, meskipun orang kafir membencinya.

MENCARI KEMULIAAN DI AKHIR RAMADHAN

Bulan  Ramadhan  adalah bulan yang di dalamnya terdapat satu malam yang mulia (lailatul qadr) malam yang didalamnya diturun-kan Al-Qur’an dan Allah SWT mengabarkan bahwa ia lebih mulia dari seribu bulan dari segi keutamaan,  kemuliaan-nya dan banyaknya pahala. Allah SWT berfirman:

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ (3) فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ (4) أَمْرًا مِنْ عِنْدِنَا إِنَّا كُنَّا مُرْسِلِينَ (5) رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ (6) الدخان : 3-6

“Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al-Qur’an) pada satu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kamilah yang memberikan peringatan * Pada malam itu di jelaskan segala urusan yang penuh hikmah (yaitu) urusan yang besar dari sisi kami. Sesungguhnya Kami adalah yang mengutus rasul-rasul, sebagai rahmat dari Tuhanmu. Sesungguhnya Dialah yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”(QS. Ad-Dukhaan: 3-6).

Makna Al-Qadr

Al-Qadr artinya kemuliaan, keagungan atau taqdir dan qadha (ketentuan) karena lailatul qadr sangat agung dan sangat mulia yang mana pada malam itu Allah SWT menenukan/menetapkan semua urusan yang akan terjadi selama satu tahun.

Kapankah Lailatul Qadr itu?

Al-Hafizh Ibnu Hajar رحمه اللهme-nyebutkan dalam Fathul Bari 42-50 pendapat dalam penentuan malam lailatul qadr dan yang paling rajih bahwa dia pada malam-malam yang ganjil pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan. Dan Rasulullah r telah mengabarkan hal itu. Beliau bersabda:

) تَحَرَّوْا لَيـْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْوِتــْرِ مِنَ الْعَشْرِ اْلأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ(  رواه البخاري ومسلم

“Carilah malam lailatul qadr pada tanggal-tanggal ganjil dari sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dan dalam hadits yang lain beliau bersabda:

) اُطْلُبُوا لَيـْلَةَ الْقَدْرِ فِيْ الْعَشْرِ اْلأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ فِي تِسْعٍ يَبـْقَيـْنَ وَسَبْعٍ يَبـْقَيْنَ وَخَمْسٍ يَبـْقَيـْنَ وَ ثـــَلاَثٍ يَبـْقَيـْنَ (  رواه أحمد

“Carilah lailatul qadr pada sepuluh malam yang terakhir pada malam 21, 23, 25 dan 27.” (HR. Ahmad, dishahihkan oleh Al-Albani).

Maka barangsiapa yang menghidupkan sepuluh malam terakhir khususnya malam-malam ganjil dari bulan Ramadhan dengan amalan-amalan ibadah niscaya akan mendapatkan lailatul qadr dan mendapatkan apa yang dijanjikan oleh Allah SWT berupa ampunan dan pahala.

Adapun  hikmah dari disembunyikannya waktu tepatnya lailatul qadr agar supaya kaum muslimin memper-banyak ibadah dikeseluruhan malam bulan Ramadhan terutama pada malam-malam ganjil pada malam terakhir di bulan Ramadhan karena lailatul qadr berpindah-pindah setiap tahunnya.

Keutamaan lailatul qadr

Diantara keutamaan lailatul qadr adalah:

  1. Malam yang didalamnya diturunkan Al-Quran.
  2. Malam lailatul qadr lebih baik dari seribu bulan, sebagaimana dalam Al Qur’an surat Al-Qadr ayat 3

Maksudnya pahala ibadah pada saat itu lebih baik dari pada seribu bulan bagi mereka yang menghidup-kannya dengan berbagai macam ibadah dan kebaikan seperti shalat, dzikir dan berdo’a.

  1. Bagi mereka yang menghidupkan malam lailatul qadri dengan memperbanyak ibadah maka Allah SWT akan mengampuni dosa–dosanya  yang telah lalu. Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Barang siapa yang beribadah kepada Allah di malam lailatul qadr maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu” (Muttafaqun ‘Alaih)
  2. Pada malam itu turun para malaikat dan mereka tidak turun (ke bumi) kecuali membawa kebaikan dan berkah serta kasih sayang. sebagaimana dalam Al Qur’an surat Al-Qadr ayat  4
  3. Malam lailatul qadr adalah malam keselamatan. Allah SWT berfirman:

]سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ [  القدر : 5

“Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar” (QS. Al-Qadr: 5)

Yaitu selamat dari kesalahan dan penyakit atau selamat dari azab dan siksaan Allah SWT.

Tanda-tanda Lailatul Qadr

Berkata Al Hafizh Ibnu Hajar dalam Fathul Baari: “Telah disebutkan dalam beberapa riwayat tanda-tanda lailatul qadr namun kebanyakan tanda-tanda tersebut tidak nampak kecuali setelah lewat malam tersebut”

Para ulama telah menyebutkan beberapa tanda-tanda tersebut, berdasarkan hadits-hadits yang shahih diantara-nya:

  1. Bulan sabit

Dari Abu Hurairah radhiallaahu ‘anhu berkata: “Kami bermudzakarah (bertanya-tanya)  tentang kapan malam lailatul qadr bersama dengan Rasulullah SAW, maka beliau bersabda:

) أَيـُّكُمْ يَذْكُرُ حِينَ طَلَعَ الْقَمَرُ وَهُوَ مِثْلُ شِقِّ جَفْنَةٍ (  رواه مسلم

“Siapa saja diantara kalian yang mengingat ketika terbit bulan dan saat itu bulan bagaikan belahan piring (bulan sabit).” (HR. Muslim)

  1. Suhu udara pada malam itu tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin

Dari Ibnu Abbas berkata, Rasulullah SAW bersabda:

) لَيـْلَةُ الْقَدْرِ لَيْلَةٌ سَمْحَةٌ، طَلِقــَةٌ، لاَ حَارَةٌ، وَلاَ بَارِدَةٌ، تُصْبِحُ الشَّمْسُ صَبِيْحَتُهَا ضَعِيْفَةً حَمْرَاءَ( رواه الطيالسي و ابن خزيمة و البزار  

“Malam Lailatul qadr adalah malam yang sejuk tidak panas dan tidak dingin, di pagi harinya cahaya mentarinya lembut dan berwarna merah“ (HR. Ath Thayalisi, Ibnu Khuzaimah dan Al Bazzar)

  1. Cahaya matahari di pagi hari-nya tidak menyengat

Dari Ubaiy bin Ka’ab radhiallahu ‘anhu berkata, Rasulullah SAW bersabda:

) صُبْحَةَ لَيـْلَةِ الْقَدْرِ تَطْلُعُ الشَّمْسُ  لاَ شُعَاعَ لَهَا كَأَنـــَّــهَا طَسْتٌ حَتَّى تَرْتَفِعَ ( رواه مسلم و أحمد و الترمذي و أبو داود

“Pagi hari dari malam lailatul qadr terbit matahari tidak menyengat bagaikan bejana, sampai meninggi.” (HR. Muslim, Ahmad, Tirmidzi dan Abu Daud)

Namun tidak ada halangan bagi yang tidak melihat atau mengetahui tanda-tandanya untuk mendapatkan keutamaan dan pahalanya selama dia menghidupkan pada sepuluh malam terakhir dengan ibadah karena iman danmengharapkan pahala dari Allah SWT.

Amalan-amalan Yang Disyariat-kan Pada 10 Malam Terakhir Di Bulan Ramadhan

Rasulullah SAW senantiasa bersungguh-sungguh dalam ibadah pada sepuluh malam terakhir, tidak seperti dua puluh malam pertama. Sebagaimana yang dikatakan oleh ‘Aisyah رضي الله عنها:

) كَانَ رَسُولُ اللهِ r يَجْتـَهِدُ فِي الْعَشْرِ اْلأَوَاخِرِ مَا لاَ يَجْتـَهِدُ فِي غَيْرِهِ ( رواه مسلم

“Adalah Rasulullah SAW bersungguh-sungguh dalam beribadah pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan hal yang tidak beliau lakukan pada malam yang lainnya.” (HR. Muslim).

Para shahabat Rasulullah SAW dan para salafus shaleh juga memuliakan sepuluh malam terakhir ini serta bersungguh-sungguh di dalamnya dengan memperbanyak amal kebaikan, untuk itu dianjurkan secara syar’i kepada seluruh kaum muslimin untuk mencontoh Rasulullah SWT dan para shahabatnya SAW dalam menghidupkan malam-malam ini dengan beri’tikaf di masjid-masjid, shalat, istighfar, membaca Al-Qur’an serta berbagai ibadah lainnya, agar mendapatkan kemena-ngan berupa ampunan dan pembebasan dari api Neraka.

Dan disunnahkan bagi seorang muslim untuk memperbanyak do’a pada malam-malam tersebut karena do’a di waktu-waktu tersebut mustajab dan do’a yang diulang-ulang pada waktu tersebut adalah do’a yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah رضي الله عنها bahwasanya  dia berkata: “Wahai Rasulullah, bagaimana jika saya mendapatkan lailatul qadr maka apa yang aku katakan?” Beliau SAW bersabda: “Katakanlah:

) اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي ( رواهالترمذي و ابن ماجه

“Allahumma Innaka Afuwwun Tuhibbul ‘Afwa Fa’fuannii (Ya Allah! Sesungguhnya Engkau Maha Pengampum, mencintai ampunan (maaf) maka ampunilah aku).”(HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Hendaknya bagi setiap muslim untuk bersungguh-sungguh dalam  beribadah  pada malam-malam  ini,  sebab yang demikian  itu  adalah  kesempatan seumur  hidup  dan kesempatan itu tidak selalu ada. Sesungguhnya Allah SWT telah memberitahukan bahwa malam itu lebih mulia dari seribu bulan atau delapan puluh tiga tahun lebih.

Seandainya seseorang beribadah kepada Allah selama delapan puluh tiga tahun lebih, maka lailatul qadr lebih baik dari itu, dan hal tersebut merupakan keutamaan dan karunia yang sangat besar. Karunia apakah yang lebih besar dari hal itu.

Dan sangatlah merugi orang yang tidak sempat mendapatkan pahala di waktu-waktu mulia dan musim-musim maghfirah disebabkan kelalaiannya dan ketidak seriusannya dalam beribadah.[2]

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُوْا اللهَ لِيْ وَلَكُمْ

Wallahul muwaffiq.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَالْعَصْرِ، إِنَّ الإِنسَانَ لَفِيْ خُسْرٍ، إِلاَّ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ

 

KHUTBAH KEDUA

 

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ

جَمَاعَةَ الْجُمُعَةِ، أَرْشَدَكُمُ اللهُ. أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهُ، وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا وَيَرْزُقُهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ، وَمَن يَتَّقِ اللهَ يُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ.اَللَّهُمَ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ.اَللَّهُمَّ انْصُرِ الْمُجَاهِدِيْنِ فِيْ كُلِّ مَكَانٍ وَزَمَانٍ

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ.رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ اْلأَبْرَارِ.رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَّسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا، رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِن قَبْلِنَا، رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ، وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنتَ مَوْلاَنَا فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.اَللَّهُمَّ إِنَا نَسْأَلُكَ رِضَاكَ وَجَنَّتَكَ وَنَسْأَلُكَ شَهَادَةً فِيْ سَبِيْلِكَ.اَللَّهُمَّ أَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَالْمُبْتَدِعَةَ وَالْمُشْرِكِيْنَ أَعْدَائَكَ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ

اَللَّهُمَّ شَتِّتْ شَمْلَهُمْ وَمَزِّقْ جَمْعَهُمْ وَزَلْزِلْ أَقْدَامَهُمْ وَأَلْقِ فِيْ قُلُوْبِهِمُ الرُّعْبَ.اَللَّهُمَّ عَذِّبْهُمْ عَذَابًا شَدِيْدًا وَحَسِّبْهُمْ حِسَابًا ثَقِيْلاً.رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

 

[1]Yaitu: orang-orang yang menjadikan Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman sebagai penolongnya.

[2] Maraji’ :

  1. Fatawa Fish Shiyam, Syekh Abdullah Al Jibrin
  2. Ad Durus Ar Ramadhaniyah, Muassasah Al Haramain Markazul Bahts Al Ilmi
  3. Fathul Baari, Ibnu Hajar Al Asqalani
Lihat lebih banyak

Artikel terkait

Back to top button