Kematian Tragis Para Pemimpin Dzalim, Ambillah Pelajarannya!
Oleh: Ustadz Budi Eko Prasetiya, SS
Siapa yang suka dan mau berteman dengan orang yang dzalim? kita pasti akan menjawab “tidak!” Bahkan, kita akan menghindari yang demikian. Apalagi andai yang zalim itu adalah seorang pemimpin. Tentunya bukan satu dua orang yang akan didzaliminya, namun rakyat juga negara terkena imbas atas perbuatannya.
Akibat dari pemimpin dzalim tidak hanya berdampak pada urusan ekonomi dan sosial budaya saja, namun bisa lebih parah. Bahkan, pada urusan yang paling besar, yaitu membawa seluruh komponen kekuasaannya kepada maksiat dan kesyirikan yang mengundang berbagai bencana.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengingatkan,
اسْمَعُوا، هَلْ سَمِعْتُمْ أَنَّهُ سَيَكُونُ بَعْدِي أُمَرَاءُ؟ فَمَنْ دَخَلَ عَلَيْهِمْ فَصَدَّقَهُمْ بِكَذِبِهِمْ وَأَعَانَهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ فَلَيْسَ مِنِّي وَلَسْتُ مِنْهُ وَلَيْسَ بِوَارِدٍ عَلَيَّ الحَوْضَ
“Dengarkanlah, apakah kalian telah mendengar bahwa sepeninggalku akan ada para pemimpin? Siapa yang masuk kepada mereka, lalu membenarkan kedustaan mereka dan menyokong kezaliman mereka, maka dia bukan golonganku, aku juga bukan golongannya. Dia juga tak akan menemuiku di telaga.” (HR Tirmidzi, Nasai dan Al Hakim).
Al Quran mengabadikan akhir hidup orang-orang yang zalim masa lalu, bukan berarti itu sebatas sejarah yang tidak terjadi lagi di masa kini. Setiap kezaliman pasti akan berakhir dengan kehancuran. Allah ta’ala berfirman:
وَلَا تَحْسَبَنَّ اللَّهَ غَافِلًا عَمَّا يَعْمَلُ الظَّالِمُونَ ۚ
“Janganlah sekali-kali engkau mengira bahwa Allah lalai terhadap apa yang diperbuat orang-orang zalim).” (QS Ibrahim 42).
Orang-orang zalim bisa saja melakukan segala cara untuk membentengi kezalimannya, namun Allah pasti akan memusnahkanya. Sekuat apa pun kedzaliman itu, jika melanggar ketentuan-Nya pasti akan hancur.
Kurang hebat dan kuatnya Firaun! Hidupnya pun berakhir dengan cara yang sangat mengenaskan. Allah menenggelamkannya di Laut Merah. Kaum Aad dan Tsamud juga dihancurkan dengan hukuman yang pedih.
Kaum Tsamud dihancurkan dengan thaagiah (suara yang sangat keras), sedangkan kaum Aad dihancurkan dengan badai angin yang sangat dingin dan kencang selama 7 malam 8 hari.
فَأَمَّا ثَمُودُ فَأُهْلِكُوا بِالطَّاغِيَةِ وَأَمَّا عَادٌ فَأُهْلِكُوا بِرِيحٍ صَرْصَرٍ عَاتِيَةٍ سَخَّرَهَا عَلَيْهِمْ سَبْعَ لَيَالٍ وَثَمَانِيَةَ أَيَّامٍ حُسُومًا فَتَرَى الْقَوْمَ فِيهَا صَرْعَىٰ كَأَنَّهُمْ أَعْجَازُ نَخْلٍ خَاوِيَةٍ فَهَلْ تَرَىٰ لَهُمْ مِنْ بَاقِيَةٍ
“Adapun kaum Tsamud, maka mereka telah dibinasakan dengan kejadian yang luar biasa. Adapun kaum Aad maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang. Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus menerus; maka kamu lihat kaum ‘Aad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk). Maka kamu tidak melihat seorangpun yang tinggal di antara mereka. (QS Al Haqqah 5-8).
Demikian jelasnya bukti dan balasannya agar tidak ada lagi setelah itu orang-orang yang berbuat zalim.
Dalam surat Al Fajr: 6-14, setelah menyebutkan kaum-kaum terdahulu yang diazab, Allah Subhanahu wa Ta’ala menggambarkan urutan mengapa azab itu menimpa mereka.
Pertama, karena melakukan penyimpangan melampaui batas thagha. Dari penyimpangan ini muncullah yang kedua, banyaknya kerusakan, seperti zina, korupsi, pembunuhan, dan sebagainya. Lalu terjadilah yang ketiga, yaitu turunnya azab Allah :
فَصَبَّ عَلَيْهِمْ رَبُّكَ سَوْطَ عَذَابٍ
Di sini Allah memastikan bahwa sekecil apa pun perbuatan zalim itu tetap dalam pantauan-Nya.
Dalam sejarah Islam, dikenal beberapa penguasa yang zalim. Para pemimpin zalim ini menjalankan kekuasaannya dengan cara yang tidak adil, sewenang-wenang, dan menindas rakyatnya. Mereka sering kali diingat karena kekejamannya, penindasan terhadap rakyat, dan tindakan tidak manusiawi lainnya yang mereka lakukan selama masa kekuasaan mereka.
Kita ambil contoh, Hajjaj bin Yusuf.
Menjelang kematiannya, Hajjaj bin Yusuf pemimpin yang dikenal kebengisannya kepada ‘ulama yang menyelisihi kebijakannya dikejar-kejar mimpi buruk. Dalam mimpinya, ia diqishosh atas setiap nyawa yang dihilangkannya, kecuali Sa’id bin Jubair, ia diqishosh sebanyak 70 kali untuk satu nyawa Sa’id.
Dalam tidur, ia sering berteriak-teriak, “Ada apa Sa’id bin Jubair?!”
Sa’id bin Jubair pun wafat, setelah sebelumnya sempat berdoa. “Yaa Allah, janganlah Engkau memberinya kesempatan untuk membunuh seorangpun setelah aku,” pinta Sa’id. Benar, Sa’id memohon agar Allah tidak membiarkan Hajjaj membunuh seorangpun setelah dirinya.
Kejadian pembantaian tersebut didengar oleh Hasan Bashri. Beliau seorang ulama Tabi’in terkemuka. “Yaa Allah, wahai Dzat Yang Maha Membinasakan orang-orang yang sewenang-wenang, hancurkanlah Hajjaj,” demikian doa Hasan Bashri.
Tidak lebih dari tiga hari setelah peristiwa sadis itu, lambung Hajjaj dipenuhi belatung hingga menimbulkan aroma yang tidak sedap dan Hajjaj pun meninggal. Demikian, kata Ibnu Katsir (h.288).
Riwayat lain menyebut, bahwa setelah pembantaian Sa’id itu, sebelum meninggal Hajjaj mengalami gangguan jiwa. Hajjaj berkata, “Borgol kami, borgol kami!” Atas hal itu, orang-orang berkeyakinan bahwa itu pengaruh (psikis) dari apa yang Hajjaj perbuat sebelumnya. Perbuatan sadisnya kepada Sa’id, dilakukan saat Sa’id terikat dengan borgol.
Hal yang pasti, siapapun bisa ingat, bahwa Hajjaj meninggal tak lama setelah membunuh Sa’id. Artinya, sebagaimana doa Sa’id, Hajjaj tercatat memang tak punya kesempatan membunuh orang lagi.
Bagaimana kalau masih kita jumpai kepemimpinan dzalim di zaman kita? Tentunya, kita tak boleh berdiam diri. Kita harus bersatu padu dan berjibaku menghentikan kedzaliman itu agar tidak berkembang luas dan berdampak parah bagi aspek-aspek yang dipimpinnya.
Kita harus memaksimalkan peran dakwah dan ma’ruf nahi munkar agar amanah kepemimpinan menjadi sebab turunnya berkah, bukan bencana.