Khutbah Jum'at

Khutbah Jumat Edisi 113: “Jadilah Pemburu Surga”

Materi Khutbah Jumat Edisi 113 tanggal 6 Jumadil Awal 1438 H ini dikeluarkan oleh

Sariyah Da’wah Jama’ah Ansharusy Syari’ah dapat download di:

 

 

Jadilah Pemburu Surga

(Dikeluarkan Oleh Sariyah Dakwah Jama’ah Ansharusy Syari’ah)

 

KHUTBAH PERTAMA

 

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ وَلاَ رَسُوْلَ بَعْدَهُ، قَدْ أَدَّى اْلأَمَانَةَ وَبَلَّغَ الرِّسَالَةَ وَنَصَحَ اْلأُمَّةَ وَجَاهَدَ فِيْ سَبِيْلِهِ حَقَّ جِهَادِهِ

اَلصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا الْمُصْطَفَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ سَلَكَ سَبِيْلَهُ وَاهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.رَبِّ اشْرَحْ لِيْ صَدْرِيْ وَيَسِّرْ لِيْ أَمْرِيْ وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِيْ يَفْقَهُوْا قَوْلِيْ

قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. وَقَالَ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. وَقَالَ: وَتَزَوَّدُوْا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى

وَقَالَ النَّبِيُ: اِتَّقِ اللهَ حَيْثُ مَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بَخُلُقٍ حَسَنٍ. (رواه الترمذي، حديث حسن)

Jamaah Jum’at  hamba Allah yang  dirahmati Allah SWT.

Segala puji bagi Allah SWT, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepadajunjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya.

Khotib berwasiat kepada diri sendiri khususnya dan jama’ah sekalian marilah kita bertaqwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa, semoga kita akan menjadi orang yang istiqamah sampai akhir hayat kita.

Islam hanya dipikul oleh orang yang bertekad baja.

Akhi, Saudaraku… Ketahuilah bahwa dien ini hanya tegak di atas pundak orang-orang yang memiliki ‘azam yang kuat. Ia tidak akan tegak di atas pundak orang-orang yang lemah iman, lemah ilmu, lemah tekad, lemah ibadah, lemah fisik dan suka bersantai, berhura-hura, tidak akan pernah!.

Dien yang agung ini hanya akan tegak di pundak orang-orang yang agung pula. Tanggung jawab besar yang sempat dienggani oleh langit dan bumi, pasti hanya akan dipikul oleh ahlinya, rijalnya. Bagaimana mungkin Islam akan tegak tanpa ‘azam seteguh ‘azam Anas bin Nadlar yang pernah berkata, “Sekiranya Allah memberi kesempatan kepadaku untuk memerangi orang-orang musyrik, niscaya Dia akan melihat apa yang aku lakukan.”

Ini adalah pengajaran bagi kita, pendidikan bagi ummat Islam pada umumnya, dan bagi para aktivis pada khususnya. Untuk itu, hendaknya kita banyak-banyak memanjatkan doa minta keteguhan disertai dengan memenuhi faktor-faktor pendukungnya.

Himmah, semangat yang tinggi benar-benar menggelegak di dalam dada orang-orang yang memilikinya seperti air mendidih dalam kuali. Ia akan mendorong pemiliknya untuk terus-menerus bekerja dari pagi hingga sore hari, sehingga terwujudlah penuturan Imam Syafi’i, “Bagi rijal, istirahat itu sama saja dengan lalai.”

Betapa rijal harakah Islamiyyah membutuhkan himmah yang tinggi itu. Himmah yang tidak mengenal kata mustahil, yang tidak berhenti karena adanya aral melintang; apa pun itu.

Ya Alloh, sesungguhnya kami mengadu kepada-Mu mengenai kelemahan kami, sedikitnya usaha kami, kerendahan kami di hadapaan manusia, berbilangnya tragedy yang menimpa kami, banyaknya luka kami dan tenggelamnya ummat islam dalam berbagai tragedi (yang menimpa) mereka –dan tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan (izin) Alloh!- ummat kita sedang berlari namun tenggelam dalam lumpur darah sedangkan Anda lihat keadaan mereka dalam (menghadapi) musuh-musuh mereka sehingga Anda teringat perkataan seorang yang mengatakan;

فإنك لو رأيت عبيد تيمٍ *** وتيمًا قلت أيهم العبيدُ

ويُقضى الأمر حين تغيبُ تيمٌ *** ولا يُستأمرون وهم شهودُ

Sesungguhnya jika Anda melihat budak milik seorang budak

Dan (Anda melihat) seorang budak, (niscaya) Anda mengatakan, “siapakah budak yang sebenarnya?”

Perkara itu akan dapat diputuskan ketika ada seorang budak yang hilang

Mereka tidak akan diminta penjelasan meskipun mereka melihat

Anda juga sedang menyaksikan keadaan ummat kita yang layak ditangisi, di mana musuh telah menguasai mereka, sedangkan Anda tidak melihat ada umat lain yang merasakan kehinaan dan gangguan sebagaimana yang dirasakan oleh ummat kita. (Mereka ditimpa) berbagai macam luka dan berbagai tragedi, sehingga (kita dapati) di setiap negeri (pasti ada) bencana, luka, gangguan dan siksaan. Mushibah dan problem ini ditambah dengan pecahnya umat kita menjadi beberapa sekte dan golongan, lalu sebagian menindas sebagian yang lain dan musuh pun cukup berdiri sebagai penonton.

Di antara ummat ini ada yang merasa cukup dengan pekerjaan. Anda akan merasa heran! Apakah ini bisa menimpa satu ummat yang telah mengukir sejarah dengan kemulian yang pernah mereka ukir dan (ummat) yang kemuliaannya telah mereka rekam!

Apakah ummat ini yang dahulu dawlah mereka pernah memenuhi pendengaran dunia dan memenuhi hati musuh-musuh mereka dengan rasa takut dan gentar!

Apakah ummat ini yang dahulu Khalifah mereka pernah berkata kepada awan, “hujanilah kami semaumu karena kamu tetap akan keluar untukku meskipun setelah beberapa waktu (yang cukup lama)”!

Anda lihat ummat ini berpaling dari diin mereka dan meninggalkan sumber kemuliaan mereka. Sedangkan hari demi hari kehinaan dan kelemahan semakin menjadi. Sungguh Rosul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah menggambarkan sifat ummat ini kepada kita sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu Dawud beliau berkata,

عَنِ ابْنِ عُمَرَ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: “إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِينَةِ، وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ، وَرَضِيتُمْ بِالزَّرْعِ، وَتَرَكْتُمُ الْجِهَادَ، سَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ ذُلًّا لَا يَنْزِعُهُ حَتَّى تَرْجِعُوا إِلَى دِينِكُمْ”، قَالَ أَبُو دَاوُدَ: “الْإِخْبَارُ لِجَعْفَرٍ وَهَذَا لَفْظُهُ” , (د) 3462 [قال الألباني]: صحيح

“Jika kalian telah berjual-beli dengan ‘inah, mengikuti ekor lembu, rela (sibuk) dengan berladang dan kalian telah meninggalkan jihad, Alloh akan menimpakan kehinaan pada kalian yang tidak (akan) Dia cabut dari (diri) kalian hingga kalian kembali pada diin kalian.” (HR.Abu Daud dan dishahihkan Syaikh Al-Albaniy).

Sungguh beliau Alaihis Sholatu wasSalam telah menyampaikan sifat penyakit dan menunjukkan obatnya, yakni kembali kepada diin. Karena kehinaan tidak (bisa) terangkat dari ummat kita kecuali dengan jihad di jalan Alloh dan meninggalkan kesibukan dunia untuk melaksanakan diin Alloh. Jika demikian, kita harus mengeluarkan ummat kita dari gelapnya perasaan lemah, (yakni) dengan kembali pada diin kita dan harus berangkat (berperang) di jalan Alloh. Sesungguhnya berangkat (berperang) adalah sebagai jawaban terhadap perintah Alloh, sebagai alasan di depan Alloh, sebagai pembuat marah musuh-musuh-Nya dan merupakan awal sebab setelah Alloh untuk menyelamatkan ummat ini dari rawa darah dan kehinaan tak berujung.

Saudaraku, bagaimana bisa kita bisa merasa nyaman untuk duduk (tidak berperang) sedangkan Alloh berfirman,

(يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ مَا لَكُمْ إِذَا قِيلَ لَكُمُ انفِرُواْ فِي سَبِيلِ اللهِ اثَّاقَلْتُمْ إِلَى الأَرْضِ أَرَضِيتُم بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا مِنَ الآخِرَةِ).

“Wahai orang-orang yang beriman, mengapa jika dikatakan kepada kalian berperanglah di jalan Alloh kalian menjadi berat terhadap dunia? Apakah kalian rela dengan kehidupan dunia melebihi (kehidupan) akhirat?.” (QS. At-Taubah: 38).

Saudaraku, bagaimana bisa kita merasa nyaman untuk duduk sedangkan Alloh berfirman,

(انْفِرُواْ خِفَافاً وَثِقَالاً وَجَاهِدُواْ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنفُسِكُمْ فِي سَبِيلِ اللّهِ).

Berangkatlah (berperang) dalam keadaan ringan dan (ataupun) berat, serta berjihadlah dengan harta dan jiwa kalian di jalan Alloh.” (QS. At-Taubah: 41).

Bagaimana bisa kita merasa nyaman untuk duduk sedangkan Alloh berfirman,

(إِلاَّ تَنفِرُواْ يُعَذِّبْكُمْ عَذَاباً أَلِيماً وَيَسْتَبْدِلْ قَوْماً غَيْرَكُمْ وَلاَ تَضُرُّوهُ شَيْئاً)

“Jika kalian tidak berangkat (berperang), niscaya Alloh akan mengadzab kalian dengan adzab yang pedih dan Dia akan mengganti (kalian) dengan kaum yang lain, dan kalian tidak akan membahayakan-Nya sedikitpun.” (QS. At-Taubah: 39).

Bagaimana bisa merasa nyaman untuk duduk sedangkan Rosululloh Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,

“من مات ولم يغزُ ولم يحدث نفسه بالغزو مات على شعبة من النفاق”

“Barangsiapa yang mati dalam keadaan tidak pernah berperang dan tidak terbetik hatinya untuk berperang, dia mati di atas cabang kemunafikan.” (Diriwayatkan oleh Abu Dawud).

Bagaimana bisa nyaman untuk duduk sedangkan kami melihat syari’ah Alloh ditinggalkan lagi dihilangkan, serta posisinya diganti oleh syari’ah buatan anak Adam? Dan hanya Alloh lah tempat meminta pertolongan.

Saudaraku, bagaimana bisa nyaman untuk duduk sedangkan kami melihat saudara-saudara kami dibunuh, kehormatan mereka terkoyak, rumah mereka dihancurkan dan kaum muslimin melarikan diri, sedangkan Alloh memanggil mereka,

(وَمَا لَكُمْ لاَ تُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللّهِ وَالْمُسْتَضْعَفِينَ مِنَ الرِّجَالِ وَالنِّسَاء وَالْوِلْدَانِ الَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَخْرِجْنَا مِنْ هَـذِهِ الْقَرْيَةِ الظَّالِمِ أَهْلُهَا وَاجْعَل لَّنَا مِن لَّدُنكَ وَلِيّاً وَاجْعَل لَّنَا مِن لَّدُنكَ نَصِيراً).

“Mengapa kalian tidak berperang di jalan Alloh dan dalam (membela) orang-orang lemah dari kalangan laki-laki, perempuan dan anak-anak yang berkata, ‘wahai Robb kami, keluarkanlah kami dari negeri ini yang penduduknya zholim, dan jadikanlah pelindung serta penolong bagi kami dari sisi-Mu.” (QS. An-Nisa’: 75).

Bagaimana bisa nyaman untuk duduk sedangkan kita melihat negeri-negeri islam dijajah satu demi satu. Negeri-negeri itu jatuh di tangan musuh satu demi satu. Sedangkan para fuqoha’ telah menetapkan bahwa jihad akan menjadi fardhu ‘ain dalam tiga kondisi yang di antaranya adalah jika musuh telah menyerang salah satu negeri kaum muslimin. Mereka (para fuqoha’) telah menetapkan bahwa dalam keadaan yang demikian, seorang anak (boleh) berangkat (perang) tanpa izin kedua orang tuanya, seorang hamba tidak (perlu) izin tuannya, seorang yang berutang tidak (perlu) izin orang yang menghutanginya. Juga bagi orang yang mampu untuk menolak (serangan), wajib baginya untuk bertahan sesuai dengan kemampuannya. Maka apakah orang yang dapat melihat dan mencermati keadaan kaum muslimin masih ragu bahwa jihad di masa ini fardhu ‘ayn bagi orang-orang yang mampu? Apakah setelah semua yang kita lihat ini masih ada tempat untuk ragu dan berdebat?

Mushibah yang besar adalah kita lari dari musuh kita sedangkan mereka merusak di bumi kita, kemudian kita mengadakan berbagai diskusi untuk memperbincangkan apakah jihad fardhu ‘ain atau fardhu kifayah! Sedangkan tahun terus berlalu diatas bencana yang menimpa kita. Negeri-negeri kita dirampas, kehormatan kita terkoyak, dan kita masih saja pada halaman pertama dari kitab jihad, mendiskusikan apakah jihad bisa berubah menjadi fardhu ‘ain atau tetap fardhu kifayah?! Saudaraku, berbuatlah semampu Anda, bela-lah saudara-saudara Anda, kemudian berbicaralah semau Anda mengenai hukum jihad.

Mushibah ini menjadi bertambah besar ketika Anda melihat ada orang yang memberikan fatwa kepada kaum muslimin bahwa jihad adalah fardhu kifayah dan menghalang-halangi mereka dari jihad, sedangkan dia (sendiri) tidak melihat medan jihad kecuali dari layar (saja). Lalu dari mana dia mengetahui (realita) dan memberikan fatwa?!

Saudaraku, jika memang jihad bukan fardhu ‘ain, jihad adalah amal yang paling dicintai oleh Alloh. Sungguh Syaikhul Islam rohimahulloh berkata,

“ومن كثرت ذنوبه فإن أعظم دوائه الجهاد في سبيل الله”

“Siapa yang banyak dosanya, obat yang paling manjur adalah jihad di jalan Alloh.”

Saudaraku, Anda berada di atas kebaikan namun Alloh mewajibkan Anda untuk membela kehormatan saudara-saudara Anda dan melindungi benteng islam. Maka hendaknya Anda berangkat (berperang) dan memohon ampun pada Alloh, semoga Alloh mengampuni sikap duduk kita yang telah lalu.

Saudaraku, apakah ada kebaikan yang lebih besar dari membela syari’ah dan menjaga benteng agama Islam ketika banyak musuh dan sedikit jumlah penolongnya? Apakah ada kebaikan yang lebih besar dari pada Anda keluar dengan apa yang Anda miliki dan mengorbankan nyawa dengan murah dalam keridhoan Alloh SWT.

Jadilah Pemburu Surga.

Islam tidak akan dapat tegak, kecuali dengan perjuangan para penganutnya. Islam tidak akan tertanam, kecuali dengan siraman darah. Oleh karena itu, guru kita, tauladan dan pimpinan kita Nabi Muhammad SAW, gagah berani – dalam semua arti yang dikandung kata – berani. Para sahabat beliau juga orang-orang pemberani. Abu Bakar Asshidiq, Umar terbunuh, Utsman juga terbunuh, Ali radhiallohu ‘anhum juga mandi darah terbunuh, 80 % sahabat Nabi terbunuh.

Kita perlu menengok perang uhud agar kita bisa melihat, bagaimana para leluhur kita dahulu, bagaimana keadaan kita sekarang, apa yang akan kita berikan kepada Islam? mana para syuhada hari ini? mana para pahlawan Islam hari ini? mana peran kita dalam menyebarkan Islam hari ini? mana darah? mana harta? mana waktu? mana pengorbanan? semuanya kosong?

Sehari sebelum pecah perang uhud, Rasulullah SAW bermusyawarah dengan para sahabat. Beliau mengumumkan hendak memerangi Abu Sufyan dan kaum musyrikin. Beliau bertanya kepada para sahabat,”Bagaimana pendapat kalian? apakah kita memerangi mereka di lorong-lorong kota atau kita cegat mereka di gunung uhud?”.

Orang-orang tua menjawab, “wahai Rasulullah, lebih baik kita tetap di tempat, bertahan di lorong-lorong dan rumah-rumah kita. Kalau mereka masuk kota kita perangi mereka”. Beliau pun setuju. Tetapi baru selesai ucapan itu, para sahabat yang berusia muda, yang berjumlah 80 orang keluar, lalu menghunus pedang dan memasang besi pelindung di kepala. Kemudian mereka melantunkan nasyid di luar masjid dengan suara lantang. “kami adalah orang-orang yang membaiat Muhammad untuk berjihad selama kami hidup,” tandas mereka.

Kemudian, seorang pemuda berusia sekitar 20 tahun berkata nyaring,”Wahai Rasulullah, pimpinlah kami ke uhud. Jangan halangi kami masuk surga! Demi Allah, saya pasti masuk surga,” mendengar gelora penuh semangat itu, Rasulullah bangkit berdiri. Setiap tetes darah beliau bergejolak. Beliau lalu berdiri. Beliau mengumumkan bahwa pintu-pintu surga telah dibuka dan Allah telah menempatkan diri kepada hamba-hambaNya. “dengan apa kamu masuk surga ?” tanya beliau kepada para pemuda itu ?

Para pemuda itu menjawab, dengan dua hal. Pertama saya mencintai Allah dan RasulNya dan saya tidak lari dari medan pertempuran,”  kemudian air mata Rasulullah SAW mengalir. Dengan mengangkat kedua tangan beliau bersabda,” kalau kamu jujur kepada Allah, Dia pasti akan membalas kejujuranmu”.

Allah SWT berfirman:

وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ (69)

“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS.Al-‘Ankabut: 69).

Rasulullah SAW tak lama berangkat menuju medan perang. Beberapa saat sebelum perang berkecamuk, beliau mencabut pedangnya dan bertanya, “Siapa yang mau memegang pedang ini?”. Jawab para sahabat. Abu Dujana bertanya, “apa hak pedang ini, wahai Rasulullah ?”, tanyanya. Haknya adalah menebaskannya kepada kaum kafir hingga ia bengkok”. Tegas Rasulullah.

Pernah anda mendengar ada pedang yang bengkok, karena digunakan membunuh musuh ? Ya, ada…dengan telapak tangan sahabat-sahabat Muhammad Rasulullah SAW. Kemudian Abu Dujana mengambil pedang itu, sambil bersyair.

“Akulah yang berjanji kepada kekasihku, tatkala kami berada di gunung diantara rumpun kurma..

Untuk selamanya tidak berdiri di barisan belakang. Aku membunuh dengan pedang Allah dan Rasul.”

Kemudian Abu Dujana menggunakan pedang untuk berperang dan membunuh orang-orang kafir, hingga pedang itu bengkok. Lalu, dia mengembalikan pedang bengkok kepada Rasulullah SAW. Para pahlawan lahir bermunculan.

Pintu-pintu surga dibuka. Para malaikat ikut meramaikan pertempuran. Pintu-pintu langit dibuka, menurunkan tentara yang dikomandani Jibril Alaihis Salam. Dan turun di atas gunung uhud. Agama ini lenyap dari muka bumi atau kebenaran ini yang menang.

Tentu kemenangan Islam yang akan datang. Tidak akan berhasil mereka yang menodai dan menggunakan agama hanya untuk mendapatkan kenikmatan sesaat dengan melakukan kerjasama dengan musuh-musuh Allah dan Rasul-Nya.

Semoga Allah merahmati orang yang telah mengucapkan kalimat berikut, “Wahai orang yang meminang bidadari surga tetapi tidak memiliki ‘sepeser’ pun semangat, jangan Anda bermimpi, jangan Anda bermimpi! Telah sirna manisnya masa muda dan yang tersisa tinggallah pahitnya penyesalan.”

Allah SWT berfirman:

“Dan berapa banyaknya Nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar.” (QS. Ali Imron: 146).

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُوْا اللهَ لِيْ وَلَكُمْ

Wallahul muwaffiq.

 

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَالْعَصْرِ، إِنَّ الإِنسَانَ لَفِيْ خُسْرٍ، إِلاَّ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ

 

KHUTBAH KEDUA

 

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ

جَمَاعَةَ الْجُمُعَةِ، أَرْشَدَكُمُ اللهُ. أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهُ، وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا وَيَرْزُقُهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ، وَمَن يَتَّقِ اللهَ يُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ.اَللَّهُمَ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ.اَللَّهُمَّ انْصُرِ الْمُجَاهِدِيْنِ فِيْ كُلِّ مَكَانٍ وَزَمَانٍ

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ.رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ اْلأَبْرَارِ.رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَّسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا، رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِن قَبْلِنَا، رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ، وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنتَ مَوْلاَنَا فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.اَللَّهُمَّ إِنَا نَسْأَلُكَ رِضَاكَ وَجَنَّتَكَ وَنَسْأَلُكَ شَهَادَةً فِيْ سَبِيْلِكَ.اَللَّهُمَّ أَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَالْمُبْتَدِعَةَ وَالْمُشْرِكِيْنَ أَعْدَائَكَ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ

اَللَّهُمَّ شَتِّتْ شَمْلَهُمْ وَمَزِّقْ جَمْعَهُمْ وَزَلْزِلْ أَقْدَامَهُمْ وَأَلْقِ فِيْ قُلُوْبِهِمُ الرُّعْبَ.اَللَّهُمَّ عَذِّبْهُمْ عَذَابًا شَدِيْدًا وَحَسِّبْهُمْ حِسَابًا ثَقِيْلاً.رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

Lihat lebih banyak

Artikel terkait

Back to top button