Tidak Mau Mendukung Jihad, Gak Bahaya tah?!
Oleh : Ustadz Budi Eko Prasetiya, SS
Kaum munafikin selalu menghindar dan beralasan agar tidak membantu Nabi Muhammad Shallallahu alaihi WA Sallam dan umat Islam dalam berdakwah dan berjihad. Mereka memiliki modus dan aksi yang sarat kontroversi pada setiap zaman dan tempat.
Namun mereka memiliki tabiat yang sama yaitu banyak berdusta, mencela dan mencibir orang-orang shalih, benci terhadap Islam dan menunggu-nunggu kehancurannya sehingga menyangka Allah tidak akan menolong mereka untuk memenangkan agama-Nya.
Allah menyingkap rahasia mereka di zaman Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam agar menjadi ibrah berharga di zaman-zaman sesudahnya,
بَلْ ظَنَنْتُمْ أَنْ لَنْ يَنْقَلِبَ الرَّسُولُ وَالْمُؤْمِنُونَ إِلَى أَهْلِيهِمْ أَبَدًا وَزُيِّنَ ذَلِكَ فِي قُلُوبِكُمْ وَظَنَنْتُمْ ظَنَّ السَّوْءِ وَكُنْتُمْ قَوْمًا بُورًا
“Tetapi kamu menyangka bahwa Rasul dan orang-orang mukmin tidak sekali-kali akan kembali kepada keluarga mereka selama-lamanya dan setan telah menjadikan kamu memandang baik dalam hatimu persangkaan itu, dan kamu telah menyangka dengan sangkaan yang buruk dan kamu menjadi kaum yang binasa.” (QS. Al-Fath: 12).
Kaum munafikin sangat semangat dalam menggembosi jihad dan menyudutkan mujahidin. Menyampaikan berbagai kritik pedas yang melemahkan jihad dan melabeli aktifitas jihad dengan label-label negatif, teroris, khawarij, bughat, dan semisalnya.
Mereka pun mencegah dan melarang kaum muslimin menyampaikan infak mereka untuk kegiatan jihad fi sabilillah sehingga Islam melemah dan kebangkitan Islam terkubur.
Ibnu Katsir Rahimahullah menyebutkan bahwa mencibir orang-orang yang beramal untuk Allah itu termasuk sifat munafik.
“Tak seorangpun lepas dari kritikan dan celaan kaum ini dalam semua kondisi. Sampai pun orang-orang yang bersedekah akan selamat dari (celaan) mereka. Jika ada orang yang datang (bersedekah) dengan harta yang banyak maka mereka berkata: ini orang riya’ (pamer & berharap pujian,-terj). Jika datang (bersedekah) dengan harta sedikit maka mereka berkata: Sesungguhnya Allah tidak butuh shodaqoh ini,” katanya dalam tafsir QS. Al-Taubah: 79.
Kaum munafikin absen dari amal-amal kebaikan untuk dien ini. Mereka tidak mau berkontribusi memberi manfaat untuk Islam dan kaum muslimin. Perhatikan ayat berikut ini yang turun berkaitan dengan Jadd bin Qais, manakala Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda kepadanya, “Wahai Jadd, maukah engkau memberi pelajaran kepada Bangsa Romawi di tahun ini?”
Lantas Al-Jadd menolak sambil mengungkapkan alasannya, “Wahai Rasulullah, alangkah baiknya engkau beri izin aku (untuk tidak berperang) dan tidak menjerumuskanku ke dalam fitnah. Demi Allah, kaumku mengenalku sebagai laki-laki yang tidak kuat terhadap wanita, aku takut jika aku melihat wanita Bani Ashfar (Romawi) aku tak tahan.”
Kemudian terhadap Al-Jadd ini turun ayat,
وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ ائْذَنْ لِي وَلَا تَفْتِنِّي أَلَا فِي الْفِتْنَةِ سَقَطُوا وَإِنَّ جَهَنَّمَ لَمُحِيطَةٌ بِالْكَافِرِينَ
“Di antara mereka ada orang yang berkata: Berilah saya keizinan (tidak pergi berperang) dan janganlah kamu menjadikan saya terjerumus ke dalam fitnah”. Ketahuilah, bahwa mereka telah terjerumus ke dalam fitnah. Dan sesungguhnya Jahanam itu benar-benar meliputi orang-orang yang kafir.” (QS. Al-Taubah: 49).
Kekhawatirannya terhadap godaan wanita Romawi tidaklah seberapa. Bukan itu masalah utamanya. Tapi mentalitasnya yang ingin berpaling dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan sikap egoisnya daripada agama Allah dan Rasul-Nya.
Abu Ja’far al-Thabari dalam menafsirkan QS. Al-Taubah: 45 berkata, “ini adalah pemberitaan dari Allah kepada Nabi-Nya Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tentang tanda orang munafikin: di antara tanda-tanda mereka yang dapat diketahui adalah tidak mau ikut berjihad fi sabilillah. Mereka meminta izin kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam untuk tidak ikut keluar bersama beliau jika mereka diseru berjihad dengan menyampaikan alasan-alasan palsu.
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam juga mengabarkan tentang sifat mereka yang enggan berjihad fi sabilillah.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
مَنْ مَاتَ وَلَمْ يَغْزُ, وَلَمْ يُحَدِّثْ نَفْسَهُ بِهِ مَاتَ عَلَى شُعْبَةٍ مِنْ نِفَاقٍ
“Barangsiapa meninggal dunia sementara dia belum pernah berperang atau meniatkan diri untuk berperang, maka dia mati di atas satu cabang dari kemunafikan,”.
Imam an Nawawi rahimahullah berkata dalam Syarah-nya atas Shahih Muslim, “Maknanya: siapa yang melakukan ini maka dia menyerupai orang-orang munafik yang meninggalkan jihad dalam sifat ini. Sebab meninggalkan jihad adalah satu cabang kemunafikan,”.
Semua ini menjadi peringatan bagi kaum muslimin agar waspada terhadap kaum munafikin dari tipu daya, makar dan berbagai bentuk permusuhan mereka yang hal tersebut sulit dideteksi.
Agar mereka juga menjauhi sifat-sifat orang-orang munafik yang benci kepada perjuangan Islam dan suka mencela para mujahidin. Hal ini agar kaum muslimin mengambil peran dalam perjuangan jihad ini, walau masih dalam kontribusi minimal berupa niat yang benar dan sungguh-sungguh dalam hati.
Semoga Allah menolong tentara-tentara-Nya dan menganugerahkan kemenangan untuk mereka dalam meninggikan agama-Nya.