Dakwah itu Militan
Oleh Ustadz Surowijoyo
Rois Sariyah Dakwah Jamaah Ansharu Syariah
Keterpurukan Islam saat ini karena kaum muslimin terkena penyakit Wahn, yakni cinta dunia dan takut mati, karena sesungguhnya Islam ini membutuhkan orang-orang yang memberikan segalanya untuk diennya (agamanya), kehidupannya, waktunya, hartanya, tangannya, jiwanya, rumahnya, mobilnya dan semua yang dimilikinya.
Kita menghendaki seseorang yang menjual dirinya kepada Allah Subhanahu wa ta’ala dengan keutuhan makna kalimat ini :
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang di jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al-Qur’an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar,” (Q.S At-Taubah [9] : 111).
Kita menghendaki seseorang yang setiap harinya membawa sesuatu yang baru untuk dipersembahkan kepada Islam. Bukankah Mus’ab Bin Umair seorang pemuda parlente yang selalu wangi dan mengenakan pakaian terbaik, seorang pemuda yang ditunggu-tunggu oleh setiap gadis Quraisy karena ketampan, penampilannya, kemuliaannya dan nasabnya?
Bukankah ketika dia memeluk Islam dia mempersembahkan semuanya? dia berikan semuanya tanpa ada sesuatupun yang disimpannya? sampai-sampai ia memakai baju yang penuh dengan tambalan saat hidup dan di saat mati kaum muslimin tidak mendapati kain untuk mengkafaninya?!
Dan kita saksikan seluruh hidupnya Mushab bin Umair selalu menghadirkan sumbangsih untuk Islam di bidang dakwah dan Jihad dia adalah “Dai Islam” yang pertama di Madinah, dia adalah orang yang menyebabkan kebanyakan Penduduk Madinah mendapatkan hidayah Islam dan dia adalah peletak batu pertama bangunan Daulah Islamiyah di Madinah.
Selain itu ia juga seorang pejuang agung pembawa Panji di Medan Uhud sekaligus salah satu syuhada teragung di sana, itulah sumbangsih yang sebenarnya bagi Islam dan jamaah Islam.
Selayaknya setiap muslim bahkan aktivis ahlul jamaah bertanya kepada dirinya sendiri setiap waktu :
Berapa orang yang telah mendapatkan hidayah dari tangannya ?
Berapa desa yang telah dimasukinya untuk menyeru penduduknya kepada Allah ?
Sudah berapakah kerabat tetangga dan kedua orang tuanya untuk didakwahi ?
Adakah langkah ini maju menuju pemahaman dan pengalaman Islam yang lebih baik dengan Taklim ?
Berapa banyak harta yang telah diinfakkan bagi kaum muslimin di jalan Allah dalam sepekan ini, sebulan ini, setahun ini ?
Sudah berapa malam dihabiskan untuk memikirkan program-program amal Islami secara umum di kota maupun di desa tempat tinggal dia secara khusus maupun kota yang lain ?
Sudah berapa kali telah beramar ma’ruf nahi mungkar di bulan ini ?
Sudah berapa kali memperjuangkan hukum Allah dan membela kaum muslimin darah dan kehormatannya ?
Dengan menjawab secara jujur anda wahai para aktivis, akan tahu berapa serius kelalaian dan peran yang anda lakukan berkenaan dengan hak-hak Allah dan dengan itu pula anda dapat mencoba untuk memperbaikinya sebelum Allah terlanjur menjatuhkan hukuman kepadamu dan menghalangimu dari kemuliaan beramal bagi dunia dan menjadi bagian dari jalan Nabi.
Wal akhir, semoga kita diberi oleh Allah Hidayah dan Istiqomah menjadi pewaris pewaris nabi dan penerus para Da’i Robbani yang militan, tsabat dan tsiqoh, Aamiin.
Allahu a’lam bishowwab.