Artikel

Jalan Perjuangan Para Pahlawan

Oleh: Ustadz Masyhadi Akhyar, M.Pd.
Qoid Katibah Tarbiyah Jamaah Ansharu Syariah Jawa Timur

Sering terdengar sebuah ungkapan yang fenomenal, “bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya,” melalui ungkapan ini seolah kita diminta untuk merenungkan kembali makna dari jalan perjuangan yang telah ditapaki oleh para pahlawan kita. Perjuangan mereka adalah petunjuk jalan bagi para pejuang berikutnya.

Perjuangan bukan hanya sekedar berada pada barisan perang, memang itu merupakan bagian dari perjuangan, namun lebih dari itu jika mengamati lebih dalam lagi maka kita akan memperoleh beberapa poin penting tentang makna dari jalan perjuangan. Makna inilah yang mendasari sebuah perjuangan bagaimana harus dilakukan.

Pertama, perjuangan adalah tentang kesadaran tanggung jawab besar melindungi keluarga, masyarakat, agama, bangsa, negara, bahkan dunia dari berbagai bentuk kejahatan ataupun penjajahan. Kesadaran akan tanggung jawab di Pundak inilah yang menjadikan para santri, Kyai dan seluruh rakyat Indonesia turut serta menjadi pejuang melawan para penjajah. Teriakan takbir, merdeka menjadi semboyan!.

Kedua, terjun dalam perjuangan adalah satu-satunya pilihan untuk mendapatkan kemuliaan, karena setiap apa yang dikerjakan hakikatnya adalah untuk perubahan lebih baik di masa mendatang. Harta, jiwa, fikiran dan hal hal lain yang dikorbankan adalah demi kemuliaan ummat Islam dan bangsa ini. Jasa-jasa itulah yang terus dikenang dan menjadi kemuliaan.

Ketiga, perjuangan tidak bisa dilakukan sendiri, perjuangan membutuhkan kebersamaan kolektif (berjama’ah) untuk saling membantu dan menanggung baik materi, spiritual ataupun moral. Siapa sangka berkat ide membuat parit, kemudian dikerjakan secara berjamaah terstruktur berhasil mencegah serangan musuh, kaum Muslimin dapat bertahan dan menang pada perang khondaq.

Keempat, perjuangan harus dilakukan dengan sungguh-sungguh. Bentuk kesungguhan adalah melaksanakan setiap tugas dan amanahnya. Sebaliknya ketidak sungguhan mengakibatkan kelalaian dan kelalaian dapat berujung pada kerugian serta kekalahan. Kekalahan dalam perang Uhud adalah pelajaran agar tidak lalai dalam hal sekecil apapun (Ali Imron: 165).

Kelima, tidak ada pahlawan sejati yang berjuang demi kekayaan pribadi, atau kekuasaan abadi. Mereka meletakkan kepentingan ummat, agama dan bangsa di atas kepentingan pribadinya. Pengorbanan dalam perjuangannya didasari dengan semangat yang tinggi serta tauhid keimanan yang kokoh. Inilah yang membedakan pahlawan sejati dan oportunis.

Keenam, istiqomah (konsisten) diri dalam perjuangan merupakan perihal yang mahal tidak ternilai dan tertawar. Ia adalah penghujung penentu serta tujuan akhir dalam perjuangan, baik tidaknya kualitas perjuangan nampak dari keistiqomahannya hingga akhir hayat. Maka sangat tidak layak jika keistiqomahan dalam perjuangan ditukar dengan berbagai bentuk fitnah dunia.

Ketujuh, jalan perjuangan itu panjang tiada ujung. Menapakinya membutuhkan nafas yang panjang, usia 1 abad tidak cukup untuk mengarunginya. Perjuangan harus dipastikan digenggam oleh generasi penerus, melanjutkan tongkat estafet perjuangan. Generasi penerus harus disiapkan secara kualitas dan kuantitas. Pembinaan tarbiyah berperan penting di dalamnya.

Kemerdekaan hari ini sudah kita raih, tetapi jalan perjuangan tidak pernah berakhir. Jalan perjuangan adalah kompas sebagai petunjuk untuk merenungi kembali esensi perjuangan bagaimana harus dilakukan. Karena selalu disetiap zaman memiliki tantangannya dan setiap tantangan ada orangnya.

Lihat lebih banyak

Artikel terkait

Back to top button