Khutbah IDUL ADHA 1440 H “KUNCI KEBERHASILAN NABI IBRAHIM MENGHADAPI SEMUA UJIAN ALLAH TA’ALA”
Materi Khutbah IDUL ADHA 1440 H ini dikeluarkan oleh
Sariyah Da’wah Jama’ah Ansharusy Syari’ah dapat download di:
“KUNCI KEBERHASILAN NABI IBRAHIM MENGHADAPI SEMUA UJIAN ALLAH TA’ALA”
الحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ خَلَقَ الزّمَانَ وَفَضَّلَ بَعْضَهُ عَلَى بَعْضٍ فَخَصَّ بَعْضُ الشُّهُوْرِ وَالأَيَّامِ وَالَليَالِي بِمَزَايَا وَفَضَائِلَ يُعَظَّمُ فِيْهَا الأَجْرُ والحَسَنَاتُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى بِقَوْلِهِ وَفِعْلِهِ إِلَى الرَّشَادِ. اللّهُمَّ صَلّ وسّلِّمْ علَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمّدٍ وِعَلَى آلِه وأصْحَابِهِ هُدَاةِ الأَنَامِ في أَنْحَاءِ البِلاَدِ. أمَّا بعْدُ، فيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللهَ تَعَالَى بِفِعْلِ الطَّاعَاتِ
فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ. إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ
Ma’asyiral muslimin jama’ah shalat ‘Ied yang semoga senantiasa dirahmati oleh Allah Ta’ala,
Amma ba’du …
Hari ini, kita kembali menjadi saksi betapa luasnya kasih-sayang Allah Azza wa Jalla kepada kita semua. Pagi hari ini, kita kembali merasakan betapa besarnya nikmat, rahmat dan ampunanNya untuk kita semua.
Suatu nikmat yang besar pada hari ini kita berada di hari yang mulia, hari Nahr (hari penyembelihan qurban) dan hari haji Akbar di mana saat ini jama’ah haji yang berangkat ke tanah suci melakukan pelemparan jumrah ‘aqabah setelah di hari kemarin wukuf di padang Arafah dan mabit di Muzdalifah.
Allah memberikan kita nikmat begitu banyak, yaitu sehat wal afiat, umur panjang, kesempatan untuk beribadah, lebih-lebih lagi rezeki batin yang Allah berikan berupa nikmat iman dan Islam. Karena nikmat yang banyak tersebut kita diperintahkan untuk bersyukur di hari raya dengan berdzikir dan bertakbir.
Jamaah shalat ied yang semoga dirahmati oleh Allah …
Ketahuilah … Allah Taala akan menguji setiap hamba-Nya dengan berbagai musibah, dengan berbagai hal yang tidak mereka sukai, juga Allah akan menguji mereka dengan musuh mereka dari orang-orang kafir dan orang-orang munafiq. Ini semua membutuhkan kesabaran, tidak putus asa dari rahmat Allah dan tetap konsisten dalam beragama. Hendaknya setiap orang tidak tergoyahkan dengan berbagai cobaan yang ada, tidak pasrah begitu saja terhadap cobaan tersebut, bahkan setiap hamba hendaklah tetap komitmen dalam agamanya. Hendaknya setiap hamba bersabar terhadap rasa capek yang mereka emban ketika berjalan dalam agama ini.
Sikap seperti di atas sangat berbeda dengan orang-orang yang ketika mendapat ujian merasa tidak sabar, marah, dan putus asa dari rahmat Allah. Sikap seperti ini malah akan membuat mereka mendapat musibah demi musibah.
Renungkanlah …
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ
“Sesungguhnya jika Allah mencintai suatu kaum maka Dia akan menguji mereka. Barang siapa yang ridho (terhadap ujian tersebut) maka baginya ridho Allah dan barang siapa yang marah (terhadap ujian tersebut) maka baginya murka-Nya.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah At Tirmidzi berkata bahwa hadits ini Hasan Ghorib)
Kunci Keberhasilan Nabi Ibrahim Menghadapi Semua Ujian Allah
Banyak hal yang dapat kita pelajari dari kehidupan Nabi Ibrahim dan keluarganya di hari yang mulia ini. Dari pencarian akan Tuhan Yang Satu, perlawanan terhadap kejahiliyahan di masanya, ketaatan kepada Allah dalam serangkain ujian berat, hingga tentang Ibadah Haji dan Kurban yang merupakan peringatan atas legasi, jejak, dan tauladan yang dibuatnya.
Namun dalam kesempatan kali ini, izinkan saya selaku khatib untuk memilih salah satunya saja. Insya Allah, saya akan membawakan khuṭbah tentang “Teladan Nabi Ibrahim dalam Menghadapi Ujian dan Relevansinya Bagi Kita Saat Ini.”
Allah SWT berfirman dalam Sūrah al-Baqarah 124:
وَإِذِ ٱبْتَلَىٰ إِبْرَاهِيمَ رَبُّهُ بِكَلِمَاتٍ فَأَتَمَّهُنَّ قَالَ إِنِّي جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَاماً قَالَ وَمِن ذُرِّيَّتِي قَالَ لاَ يَنَالُ عَهْدِي ٱلظَّالِمِينَ
Artinya: “Dan ketika Nabi Ibrāhīm diuji oleh Tuhannya dengan kalimat (serangkaian ujian perintah dan larangan) dan dia dapat memenuhinya. Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia”. Ibrahim berkata: “(Dan saya mohon juga) dari keturunanku”. Allah berfirman: “Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim”.
Di tengah kehidupan yang penuh dengan tuntutan seperti sekarang ini, setiap individu, setiap bangsa, setiap masyarakat pasti memiliki ujian sesuai dengan kemampuan dan situasi uniknya tersendiri. Anak sekolah diuji dengan serangkaian tes sebelum naik kelas. Mahasiswa diuji dengan pendadaran skripsi sebelum diwisuda. Pebisnis diuji dengan kebangkrutan sebelum bangkit dan meraup kesuksesan. Pekerja diuji dengan serangkain tugas dan beban berat sebelum dipercaya menjadi seorang pemimpin. Bangsa Indonesia diuji dengan penjajahan sebelum merdeka. Umat Islam diuji dengan serangkaian persekusi, perang sipil, dan keterbelakangan sebelum, mudah-mudahan, membangun peradaban yang gemilang.
Demikian pula, Nabi Ibrāhīm a.s.. Beliau juga mendapat serangkain ujian berat, bahkan bisa dibilang terberat dalam sejarah manusia, sebelum kemudian Allah menjanjikannya dan anak cucunya kualitas dan posisi untuk menjadi pemimpin (imām) di atas muka bumi. Kawah candradimuka, tempat pelatihan dan penggemblengannya, atau training center-nya adalah ujian-ujian tersebut.
Pertama, Nabi Ibrāhīm a.s. diuji dengan pembakaran yang dilakukan oleh kaumnya karena pembangkangan yang dilakukannya terhadap agama nenek moyang. Kaumnya mengatakan, sebagaimana direkam dalam Sūrah al-Anbiya’ 68: قَالُواْ حَرِّقُوهُ وَٱنصُرُوۤاْ آلِهَتَكُمْ إِن كُنتُمْ فَاعِلِينَ (Mereka berkata: Bakarlah dia (Ibrāhīm) dan tolonglah tuhan-tuhanmu jika kalian benar-benar hendak bertindak).
Nabi Ibrāhīm tidak hanya dibakar dengan api kecil, tapi api yang menyala-nyala dan tertutup di sebuah bangunan sebagaimana disebutkan dalam Surat al-Safat 97: قَالُواْ ٱبْنُواْ لَهُ بُنْيَاناً فَأَلْقُوهُ فِي ٱلْجَحِيمِ (Mereka berkata: Bangunlah bangunan untuknya lalu lemparkan dia kea pi yang menyala-nyala di dalamnya). Allah kemudian segera memerintahkan api untuk mendingin dalam ayat 69: قُلْنَا يٰنَارُ كُونِي بَرْداً وَسَلَٰماً عَلَىٰ إِبْرَاهِيمَ (Kami berfirman: “Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrāhīm).
Kedua, Nabi yang bergelar khalilullah ini dites dengan perintah untuk membawa anak sulungnya, Ismāʿīl, dan ibu si anak ke padang pasir yang gersang. Tanpa makanan dan minuman. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imām Bukhari, Ibn ʿAbbās mendapatkan cerita bahwa Ibu Ismāʿīl saat hendak ditinggalkan oleh suaminya, Ibrahim a.s., bertanya kepada suaminya:
“Wahai Ibrāhīm, kemana engkau hendak pergi, dan meninggalkan kami di lembah yang tak ada seorang pun bisa menemani dan tidak ada sesuatu pun yang dapat dinikmati?” Dia menanyakan hal ini berkali-kali. Nabi Ibrāhīm as. diam saja. Lalu Siti Hajar bertanya lagi,” Apakah Allah yang memerintahkan?” Nabi Ibrāhīm menjawab” Ya!” Dia kemudian berkata,”Allah tidak akan menyia-nyiakan kami.” فَقَالَتْ لَهُ آللَّهُ الَّذِي أَمَرَكَ بِهَذَا قَالَ نَعَمْ. قَالَتْ إِذًا لاَ يُضَيِّعُنَا Dia pun kemudian kembali ke putra sewayangnya, Ismāʿīl, dan Ibrāhīm pun melanjutkan perjalanannya.
Dalam perjalanan, Nabi Ibrāhīm yang juga terguncang batinnya berdoa sebagaimana terekam dalam Sūrah Ibrāhīm 37:
ربَّنَآ إِنَّيۤ أَسْكَنتُ مِن ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِندَ بَيْتِكَ ٱلْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُواْ ٱلصَّلٰوةَ فَٱجْعَلْ أَفْئِدَةً مِّنَ ٱلنَّاسِ تَهْوِىۤ إِلَيْهِمْ وَٱرْزُقْهُمْ مِّنَ ٱلثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ
Artinya: “Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.”
Sebagaimana kita tahu, Allah kemudian menganugerahi mereka mata air zam-zam, yang muncul dari kaki Ismāʿīl saat ibunya berada di ujung kelelahan mencari air di sekitar mereka.
Ketiga, Nabi Ibrāhīm juga dites dengan perintah untuk mengorbankan anak kesayangannya, Ismāʿīl, setelah kehadirannya lama ditunggu-tunggu.
Setelah lama sekali tidak dikaruniai keturunan dan kemudian baru saja dibakar hidup-hidup oleh kaumnya, Nabi Ibrāhīm berdoa kepada Allah. Doa itu tertuang dalam al-Qur’an, Surat al-Safat ayat 100: رَبِّ هَبْ لِي مِنَ ٱلصَّالِحِينَ. Allah langsung menjawabnya dengan ijabah dalam surat al-Safat 101: فَبَشَّرْنَاهُ بِغُلاَمٍ حَلِيمٍ (Maka kami berikan kabar gembira baginya (Ibrāhīm) dengan putera yang halim). Kata halim, juga bisa dimaknai sebagai anak yang menginjak dewasa dan tahan uji.
Namun, ketika Ismāʿīl sudah menginjak usia dewasa, Allah menguji Ibrāhīm untuk mengorbankannya. Sebagaimana direkam dalam surat al-Safat 37:102:
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ ٱلسَّعْيَ قَالَ يٰبُنَيَّ إِنِّيۤ أَرَىٰ فِي ٱلْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَٱنظُرْ مَاذَا تَرَىٰ قَالَ يٰأَبَتِ ٱفْعَلْ مَا تُؤمَرُ سَتَجِدُنِيۤ إِن شَآءَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلصَّابِرِينَ
Artinya: “Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berlari-lari bersama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”.
Di tengah pelaksanaan kurban akan diselenggarakan, Allah kemudian menggantinya dengan domba. Nabi Ibrāhīm pun dipuji oleh Allah sebagai hamba yang muhsin dan mukmin, sebagaimana direkam dalam Sūrah al-Safat ayat 103-111.
وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ. قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا ۚ إِنَّا كَذَٰلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ
إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلَاءُ الْمُبِينُ. وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ. وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي الْآَخِرِينَ. سَلَامٌ عَلَى إِبْرَاهِيمَ. كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ. إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُؤْمِنِينَ
Artinya: “Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya),. Dan Kami panggillah dia: “Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian. ”Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim”. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman.”
Apa relevansinya kisah ujian Ibrāhīm tersebut bagi kita sekarang ini? Sebagaimana tadi yang disinggung di atas. Kita semua manusia pernah, sedang, dan terus akan diuji. Sesuai dengan kemampuan dan rencana Allah pada kita, meskipun tidak akan seberat ujian bagi Nabi Ibrāhīm a.s. Beberapa kunci yang dimiliki Ibrāhīm untuk menghadapi ujian tersebut adalah:
- Kembali kepada Allah dan yakin bahwa Allah akan membimbing kita. Sesaat setelah keluar dari ujian dibakar api, Nabi Ibrāhīm berkata sebagaimana direkam dalam Surat al-Saffat 99: وَقَالَ إِنِّي ذَاهِبٌ إِلَىٰ رَبِّي سَيَهْدِينِ (Dan Ibrahim berkata: “Sesungguhnya aku pergi menghadap kepada Tuhanku, dan Dia akan memberi petunjuk kepadaku).
- Ketika Siti Hajar bertanya kepada Nabi Ibrāhīm, apakah ini perintah Allah, dan dijawab “benar”, dia punya optimism: Allah tidak akan menyia-nyiakan kita, akan mencukupi kita: فَقَالَتْ لَهُ آللَّهُ الَّذِي أَمَرَكَ بِهَذَا قَالَ نَعَمْ. قَالَتْ إِذًا لاَ يُضَيِّعُنَا
- Ketika Nabi Ismāʿīl diceritakan tentang mimpi Nabi Ibrahi, dia menjawab dengan tegas agar ayahnya melaksanakan perintah tersebut dan, dia, yakin menjadi orang yang sabar: ٰ قَالَ يٰأَبَتِ ٱفْعَلْ مَا تُؤمَرُ سَتَجِدُنِيۤ إِن شَآءَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلصَّابِرِينَ
- Serangkaian ujian dan sikap Ibrāhīm terhadapnya merupakan manifestasi dari keislaman, keberserahdirian Ibrāhīm, yang total kepada Allah, sebagaimana direkam dalam Surat al-Baqarah 131: إِذْ قَالَ لَهُ رَبُّهُ أَسْلِمْ قَالَ أَسْلَمْتُ لِرَبِّ ٱلْعَالَمِينَ (Dan ketika Allah berkata kepada Ibrāhīm,”Berserah dirilah (berislamlah).” Nabi Ibrāhīm menjawab,” Saya berserah diri kepada Tuhan seru sekalian alam).
- Apa manfat dan ganjaran atas semua itu? Allah berfirman dalam Sūrah al-Baqarah 112: بَلَىٰ مَنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ للَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَلَهُ أَجْرُهُ عِندَ رَبِّهِ وَلاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ(Beruntunglah orang-orang yang menyerahkan dirinya kepada Allah dan dia orang yang muhsin (baik). Maka balasan baginya adalah tidak ada ketakutan dan kesedihan di dalam hidupnya).
- Lalu, apa hasilnya setelah Nabi Ibrāhīm berhasil memenuhi dan melewatu ujian-ujian tersebut? Allah berfirman: وَإِذِ ٱبْتَلَىٰ إِبْرَاهِيمَ رَبُّهُ بِكَلِمَاتٍ فَأَتَمَّهُنَّ قَالَ إِنِّي جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَاماً قَالَ وَمِن ذُرِّيَّتِي قَالَ لاَ يَنَالُ عَهْدِي ٱلظَّالِمِينَHasilnya adalah: Dia dijadikan pemimpin, termasuk anak-cucunya, untuk umat dan generasi setelahnya.
Sehingga, jamaah Idul Adha yang dimuliakan Allah, kalau kita mau lulus ujian hidup dengan baik, mari teladani kisah hidup Ibrāhīm. Pertama, pergi dan berserah diri kepada Allah. Dua,berikan total kepercayaan bahwa Allah pasti akan memberikan kita yang terbaik, bagi kita sebagai individu, bangsa, maupun umat, jika kita telah melakukan bagian kita, kewajiban-kewajiban kita. Tiga, setelah semua ditempuh, kita bersabar untuk terus berusaha sambil bersiap menerima keputusan terbaik Allah untuk kita.
Setelah melampaui semua ujian dengan dengan baik, siapa tahu, mental dan karakter kita menjadi tertempa untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan kuat. Kita disiapkan untuk menjadi pemimpin, yang terbaik, bagi diri kita, bagi keluarga kita, bagi bangsa kita, dan bagi kemaslahatan umat sebagaimana Ibrāhīm yang dijadikan pemimpin dan orang yang melahirkan pemimpin di masanya dan pemimpin di generasi setelahnya. Semoga kita termasuk orang-orang yang bersabar ketika menghadapi musibah, baik dengan hati lisan atau pun anggota badan. Ya Allah, jadikanlah kami termasuk hamba-hamba-Mu yang selalu ridho dengan taqdir-Mu. Aamiin.
Jamaah Shalat idul adha, Rahimakumullah.
Marilah kita berdoa memohon kepada Alloh ta’ala agar Dia ampuni dosa-dosa kita dan sikap berlebihan kita (yang melampui batas) dalam urusan kita, agar Dia meneguhkan langkah kita, memenangkan kita dalam (melawan) musuh-musuh Islam, dan agar Dia berikan syahadah kepada kita sebagai rizki dalam keadaan sabar, mengharap (ridho Alloh), menghadapi (musuh) dan tidak mundur.
DO’A KHUTBAH
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ.اَللَّهُمَ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ.اَللَّهُمَّ انْصُرِ الْمُجَاهِدِيْنِ فِيْ كُلِّ مَكَانٍ وَزَمَانٍ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ.رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ اْلأَبْرَارِ.رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَّسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا، رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِن قَبْلِنَا، رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ، وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنتَ مَوْلاَنَا فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.اَللَّهُمَّ إِنَا نَسْأَلُكَ رِضَاكَ وَجَنَّتَكَ وَنَسْأَلُكَ شَهَادَةً فِيْ سَبِيْلِكَ.اَللَّهُمَّ أَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَالْمُبْتَدِعَةَ وَالْمُشْرِكِيْنَ أَعْدَائَكَ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ.
اَللَّهُمَّ شَتِّتْ شَمْلَهُمْ وَمَزِّقْ جَمْعَهُمْ وَزَلْزِلْ أَقْدَامَهُمْ وَأَلْقِ فِيْ قُلُوْبِهِمُ الرُّعْبَ.اَللَّهُمَّ عَذِّبْهُمْ عَذَابًا شَدِيْدًا وَحَسِّبْهُمْ حِسَابًا ثَقِيْلاً.رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.