Khutbah Jum'at

Khutbah Jumat Edisi 078: “Ramadhan Membangun Manusia Shalih”

Materi Khutbah Jumat Edisi 078 tanggal 26 Sya’ban 1437 H ini dikeluarkan oleh

Sariyah Da’wah Jama’ah Ansharusy Syari’ah dapat download di:

 

 

Ramadhan Membangun Manusia Shalih

(Dikeluarkan Oleh Sariyah Dakwah Jama’ah Ansharusy Syari’ah)

 

KHUTBAH PERTAMA

 

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ وَلاَ رَسُوْلَ بَعْدَهُ، قَدْ أَدَّى اْلأَمَانَةَ وَبَلَّغَ الرِّسَالَةَ وَنَصَحَ اْلأُمَّةَ وَجَاهَدَ فِيْ سَبِيْلِهِ حَقَّ جِهَادِهِ

اَلصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا الْمُصْطَفَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ سَلَكَ سَبِيْلَهُ وَاهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.رَبِّ اشْرَحْ لِيْ صَدْرِيْ وَيَسِّرْ لِيْ أَمْرِيْ وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِيْ يَفْقَهُوْا قَوْلِيْ

قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. وَقَالَ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. وَقَالَ: وَتَزَوَّدُوْا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى

وَقَالَ النَّبِيُ: اِتَّقِ اللهَ حَيْثُ مَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بَخُلُقٍ حَسَنٍ. (رواه الترمذي، حديث حسن)

Jamaah Jum’at  hamba Allah yang  dirahmati Allah SWT.

Segala puji bagi Alloh SWT, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepadajunjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga, dan para sahabatnya.

Khotib berwasiat kepada diri sendiri khususnya dan jama’ah sekalian marilah kita bertaqwa kepada Alloh dengan sebenar-benarnya taqwa, semoga kita akan menjadi orang yang istiqamah sampai akhir hayat kita.

Ramadhan Bulan Tarbiyah

Inilah 6 Keutamaan Yang Dapat Kita Ambil Pelajarannya.  

Alloh SWT, menyediakan Ramadhan sebagai madrasah bagi kaum beriman untuk memusatkan dirinya mengisi ulang (recharge) keimanan dan takwa sebagai sarana pembangunan karakter yang menjadi pusat kendali arah bagi pembangunan fisik dan sumber daya manusia muslim.

Sebagai bulan tarbiyah (pendidikan) sekurang-kurangnya ada enam nilai pendidikan yang terkandung dalam puasa ramadhan; 

  1. Ramadhan Mendidik dan Mengembangkan Kecerdasan Emosi

Sesuai hakikat puasa puasa adalah menahan diri dan menahan hawa nafsu bukan membunuh hawa nafsu, puasa mendidik manusia agar dapat melakukan pengendalian diri (self controll) dan pengaturan diri (self regulation).

  1. Puasa Mengajarkan dan Mendidik Tentang Arti Kejujuran

Orang yang sedang berpuasa atas dasar imanan wahtishaban, ia  tidak akan makan dan minum serta melakukan hal-hal yang membatalkan puasa betapapun tidak ada orang yang melihat dan tidak ada orang yang tahu kecuali dirinya dan Alloh.

  1. Ramadhan Bulan Tarbiyah Mendorong Agar Belajar dan Meningkatkan Diri

Puasa mendorong dan mendidik manusia agar selalu belajar dalam rangka memperoleh dan meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada bulan puasa ramadhan ini terdapat  peristiwa turunnya al-Quran (Nuzulul Qur’an), Al-Qur’an surat  Al-Alaq: 1-5 sebagai ayat yang pertama kali diterima Nabi Muhammad SAW menjadi bukti agar manusia mau belajar.

  1. Bulan Ramadhan Mengajarkan Tentang Kesetaraan

Dalam ibadah puasa, Islam memandang manusia memiliki kesamaan derajat. Mereka yang memiliki banyak harta, status sosial yang  yang tinggi, memiliki dolar, atau yang mempunyai sedikit rupiah, atau bahkan orang yang tak memiliki sepeserpun ketika sedang berpuasa, tetap merasakan hal yang sama yaitu: lapar dan haus.

  1. Bulan Ramadhan Mendidik Sikap Disiplin

Puasa adalah ibadah paling rahasia di mata manusia, yang bisa menumbuhkan sikap disiplin diri, merasa diawasi (muraqabah) oleh Alloh. Sikap ini akan memunculkan perasaan ada pengawasan diri sendiri dan saat mengawasi itu kita pun sadar bahwa kita sedang diawasi oleh Zat Yang Maha Mengetahui segala-galanya.

  1. Ramadhan Bulan Tarbiyah: Mendidik Tentang Kesabaran

Betapapun kita merasa haus mencekik tenggorokkan dan lapar melilit perut, ketika waktu  magrib belum tiba, kita tidak diperbolehkan bersentuhan dengan makan dan minuman meskipun itu halal melainkan kita  harus bersabar menunggu hingga waktu berbuka tiba.

Demikian Ramadhan Bulan Tarbiyah: Inilah 6 Keutamaan Yang Dapat Kita Ambil Pelajarannya.

Bumi diwariskan untuk orang beriman yang beramal shaleh

Alloh SWT berfirman:

وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ

“Dan Alloh telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan aku. dan Barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, Maka mereka Itulah orang-orang yang fasik.” (QS. An-Nur: 55)

Membangun Manusia Shalih

Sasaran yang pertama yang dituju Islam adalah membangun manusia shalih yang pantas menjadi khalifah di muka bumi ini. Manusia adalah makhluk yang paling mulia dengan berbagai kelebihan yang diberikan Alloh kepadanya. Hanya saja, berbagai kelebihan itu tidak terlalu bermanfaat jika manusia tidak tunduk pada ketentuan Alloh. Manusia shalih inilah yang merupakan dasar keluarga shalih, masyarakat dan bangsa yang shalih.

Manusia Shalih adalah Manusia Berakidah

Manusia Muslim adalah manusia yang tertanam dalam jiwanya iman dan aqidah. Ia mengerti hakekat dirinya dan alam semesta yang ada di sekitarnya. Ia bukan tumbuhan liar di padang pasir tandus yang tumbuh sendiri tanpa ada tangan yang  menanamnya. Begitu juga alam di sekitarnya tidaklah ia ada dengan sendirinya tanpa ada yang menciptakan, merawat dan memeliharanya. Manusia muslim selalu yakin bahwa dirinya dan alam semesta yang ada di sekitarnya adalah makhluk yang memiliki Rabb yang telah menciptakan, menyempurnakan dan menyeimbangkannya, mengajarinya berbagai kepandaian, memberinya akal dan kehendak, mengirimkan Rasul-rasul, kitab-kitab dan mengenalkannya pada tujuan dan jalan hidup.

Sebagaimana alam semesta yang indah ini di baliknya ada pencipta yang yang Maha Agung. Dia yang telah menciptakan segala sesuatu lalu menentukan ukurannya, memberinya hidayah. Hanya saja, alam semesta yang Ia cipta tidaklah abadi. Jika tiba saatnya nanti Ia akan mensirnakannya dan menggantikannya dengan alam yang lain. Yaitu alam keabadian dimana setiap jiwa akan diganjar tunai atas segala macam perbuatannya.

Alloh Ta’ala berfirman, “Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi beserta apa yang ada di antara keduanya sia-sia. Yang demikian adalah anggapan orang-orang kafir. Maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka. Patutkah Kami memperlakukan orang-orang beriman dan beramal shalih sama dengan orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi? Patutkan (pula) Kami menggap orang-orang bertakwa sama dengn orang-orang yang berbuat maksiat?” (QS. Shad: 27-28).

Dengan demikian, manusia Muslim hidup dengan beriman kepada Alloh, beriman kepada semua risalahNya, kitab-kitabNya dan yang paling inti tentunya adalah beriman kepada risalah yang dibawa oleh Rasul terakhir Muhammad SAW, iman dengan hari perhitungan. Hari yang tidak lagi bermanfaat harta dan anak-anak kecuali mereka yang datang dengan dengan hati yang salim.

Sesungguhnya iman ini yang membedakan seorang Muslim dengan yang non nuslim.  Seorang Muslim tidak hanya wajib mengimani mengimani rububiyah (pengakuan akan keberadaan Alloh) semata tapi  juga harus meyakini uluhiyahNya (menetapkan seluruh bentuk ibadah hanya kepada Alloh. Aqidah non Muslim sama saja dengan keyakinan orang-orang musyrik Arab dulu yang hanya mengakui eksistensi Alloh saja, tetapi mereka tidak beribadah kepadaNya satu-satunya.

Alloh berfirman tentang mereka, ”Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka, “Siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?” tentu mereka menjawab Allah.” (QS. Al-Ankabut: 61)

Karena itu, menyamakan orang Muslim dan non muslim atau agama Islam dengan agama-agama yang lain dengan alasan bahwa Islam dan agama yang lain memiliki tujuan yang sama yaitu terciptanya kedamaian dan kesejahteraan di atas muka bumi ini, adalah pemikiran yang bathil. Sebab, asas keyakinan berupa aqidah yang bertumpu pada tauhid adalah pijakan kokoh yang tidak ada pada agama selain Islam. Itu berarti, upaya memakmurkan atau mensejahterakan bumi ini harus bersumbu pada satu prinsip yaitu dalam rangka ibadah pada Alloh.

Islam datang dengan tujuan besar yaitu membebaskan manusia dari penyembahan alam atau penyembahan kepada sesama manusia kepada penyembahan hanya pada Alloh semata. Islam datang mengeluarkan manusia dari menyembah benda-benda langit, hewan, setan, manusia berupa diktator atau dukun, bahkan penyembahan manusia terhadap hawa nafsunya. Dengan datangnya Islam tidak lagi ada pengagungan, perhormatan, pengkultusan kecuali hnya pada Alloh. Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam mengirimkan surat-suratnya kepada raja-raja dan amir-amir (penguasa) dengan mengajak mereka kepada Islam dan menutup surat beliau  dengan ayat yang mulia ini. “Katakanlah: “Wahai ahlul Kitab marilah berpegang satu kalimat (ketetapan) yang tidak ada lagi perselisihan antara kami dan kalian bahwa kita tidak menyembah kecuali Alloh dan menyekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula) sebagian kita menjadian sebagian yang lain tuhan selain Alloh.”” (QS. Ali Imran: 64).

Manusia Muslim adalah Manusia Beribadah.

Demikian juga bahwa manusia Muslim adalah manusia yang sunnahnya beribadah kepada Alloh. Seorang Muslim tahu bahwa alam di sekitarnya diciptakan  untuknya. Adapun dirinya maka ia tercipta untuk semata-mata mengabdi pada Alloh dalm seluruh sisi kehidupan. Beribadah pada Allah semata tanpa menyekutukanNya merupakan tujuan akhir dari semua tujuan, maka segala kekayaan alam untuknyalah ia diciptakan Alloh dan karenanya ditundukkanlah langit dan bumi beserta apa-apa yang ada padanya.

Alloh berfirman, “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah padaKu. Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan. Sesungguhnya Dialah yang Maha Pemberi Rezki Yang Memiliki kekuatan lagi Maha Kokoh.” (QS. Adz-Dzaariyat: 56-58).

Sesungguhnya para makhluk itu satu sama lain saling melayani. Setiap makhluk melayani makhluk yang lebih tinggi derajatnya. Maka, benda mati melayani tumbuhan. Tumbuhan melayani hewan. Adapun semua itu, benda mati, tumbuhan, hewan untuk manusia. Lalu kepada siapakah manusia memberikan pelayanannya. Karena itu, manusia tidak dicipta kecuali untuk beribadah padanya dan menyembahNya. Dengan inilah Alloh mengutus Rasul-rasulNya pada berbagai masa dan zaman.

“Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu”, maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).” (QS. An-Nahl: 36)

Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: “Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku.” (QS. Al-Anbiya’: 25)

Dan dari sinilah manusia Muslim merasa suka untuk menjadi orang yang beribadah kepada Alloh Ta’ala dengan mematuhi perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya dengan menjadikan rasa takut dan takwanya kepada Alloh senantiasa berada di pelupuk matanya.

“Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): “Aku pasti membunuhmu!”. Berkata Habil: “Sesungguhnya Alloh hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa.”” (QS. Al-Maidah: 27)

Ibadah untuk pertama kalinya termanifestasikan dalam mendirikan ibadah-ibadah ritual (syiar) yang besar diwajibkan Islam dan dijadikan termasuk rukun Islam yang besar berupa shalat, zakat, puasa dan haji kemudian apa yang menyempurnakannya dari dzikir, do’a, tilawah Al-Qur’an, tasbih, tahlil, dan takbir.

Seorang muslim mengingat Rabbnya di setiap saat dalam kondisi apapun, diwaktu makan dan minumnya, ketika tidur dan bangunnya di pagi hari dan sore hari disaat masuk dan keluarnya, pada hari bepergian da kepulangannya, ketika mengenakan bajunya, ketika menaiki kendaraannya, bahkan sampai ketika melakukannya kebutuhan biologisnya terhadap istrinya ia tidak melupakan dalam berbagai situasi ini dan lainnya untuk mengingat Alloh Ta’ala yang hal ini merupakan karakter ulil albaab (orang-orang yang berakal). “(yaitu) orang-orang yang mengingat Alloh sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”” (QS. Al-Imran: 191)

Alloh SWT berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”  (QS. Al-Baqarah: 183)

Alloh SWT mewajibkan orang-orang beriman berpuasa agar menjadi pribadi yang shaleh, bertaqwa, yang akan menjadi khalifah di Bumi Alloh SWT.

 

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُوْا اللهَ لِيْ وَلَكُمْ

 

Wallahul muwaffiq.

 

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَالْعَصْرِ، إِنَّ الإِنسَانَ لَفِيْ خُسْرٍ، إِلاَّ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ

 

Khutbah Kedua

 

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ

جَمَاعَةَ الْجُمُعَةِ، أَرْشَدَكُمُ اللهُ. أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهُ، وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا وَيَرْزُقُهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ، وَمَن يَتَّقِ اللهَ يُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ.اَللَّهُمَ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ.اَللَّهُمَّ انْصُرِ الْمُجَاهِدِيْنِ فِيْ كُلِّ مَكَانٍ وَزَمَانٍ

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ.رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ اْلأَبْرَارِ.رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَّسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا، رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِن قَبْلِنَا، رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ، وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنتَ مَوْلاَنَا فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.اَللَّهُمَّ إِنَا نَسْأَلُكَ رِضَاكَ وَجَنَّتَكَ وَنَسْأَلُكَ شَهَادَةً فِيْ سَبِيْلِكَ.اَللَّهُمَّ أَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَالْمُبْتَدِعَةَ وَالْمُشْرِكِيْنَ أَعْدَائَكَ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ

اَللَّهُمَّ شَتِّتْ شَمْلَهُمْ وَمَزِّقْ جَمْعَهُمْ وَزَلْزِلْ أَقْدَامَهُمْ وَأَلْقِ فِيْ قُلُوْبِهِمُ الرُّعْبَ.اَللَّهُمَّ عَذِّبْهُمْ عَذَابًا شَدِيْدًا وَحَسِّبْهُمْ حِسَابًا ثَقِيْلاً.رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

Lihat lebih banyak

Artikel terkait

Back to top button