Khutbah Jum'at

Khutbah Jumat Edisi 083: “Perubahan Pasca Ramadhan”

Materi Khutbah Jumat Edisi 083 tanggal 3 Syawal 1437 H ini dikeluarkan oleh

Sariyah Da’wah Jama’ah Ansharusy Syari’ah dapat download di:

 

 

Perubahan Pasca Ramadhan

(Dikeluarkan Oleh Sariyah Dakwah Jama’ah Ansharusy Syari’ah)

 

KHUTBAH PERTAMA

 

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ وَلاَ رَسُوْلَ بَعْدَهُ، قَدْ أَدَّى اْلأَمَانَةَ وَبَلَّغَ الرِّسَالَةَ وَنَصَحَ اْلأُمَّةَ وَجَاهَدَ فِيْ سَبِيْلِهِ حَقَّ جِهَادِهِ

اَلصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا الْمُصْطَفَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ سَلَكَ سَبِيْلَهُ وَاهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.رَبِّ اشْرَحْ لِيْ صَدْرِيْ وَيَسِّرْ لِيْ أَمْرِيْ وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِيْ يَفْقَهُوْا قَوْلِيْ

قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. وَقَالَ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. وَقَالَ: وَتَزَوَّدُوْا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى

وَقَالَ النَّبِيُ: اِتَّقِ اللهَ حَيْثُ مَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بَخُلُقٍ حَسَنٍ. (رواه الترمذي، حديث حسن)

Jamaah Jum’at  hamba Alloh yang  dirahmati Alloh SWT.

Segala puji bagi Alloh SWT, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepadajunjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga, dan para sahabatnya.

Khotib berwasiat kepada diri sendiri khususnya dan jama’ah sekalian marilah kita bertaqwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa, semoga kita akan menjadi orang yang istiqamah sampai akhir hayat kita.

Arti Perubahan

Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata perubahan atau berubah berarti : 1 menjadi lain (berbeda) dari semula. 2 bertukar (beralih, berganti) menjadi sesuatu yg lain.

Ada dua macam perubahan pasca Ramadhan berdasarkan tingkatan keimanan kaum muslimin yang berpuasa. Adapun perubahan tersebut sebagai berikut :

  1. Perubahan negatif: perubahan dari keadaan baik menjadi buruk. Perubahan mundur kebelakang setelah maju. Berubah dari aktif menjadi pasif. Rajin berubah menjadi malas. Tidak istiqamah atau disebut juga futur yakni berhenti setelah bergerak.

Contoh perubahan negatif pasca ramadhan adalah masjid kembali sepi dari jamaahnya. Kaum muslimin banyak tidak sholat berjamaah lagi di masjid.

  1. Perubahan positif: dalam surat Al-Baqarah ayat 183. Harapan setelah orang beriman berpuasa di bulan Ramadhan adalah menjadi orang yang bertaqwa. (“la’allakum tattaquun”).

Perubahan Apa yang Kita Dapat dari Ramadhan ke Ramadhan?

Sudah berapa kali dalam hidup kita melewati Ramadhan demi Ramadhan dan apa yang kita dapatkan selama ini

SUDAH  kita pahami bersama bahwa Ramadhan menawarkan begitu banyak keutamaan dan kemuliaan. Tetapi ada peringatan Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wa sallam yang hendaknya kita renungkan baik-baik. Rasulullah bersabda: “Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya melainkan hanya rasa lapar dan dahaga.” (HR Ath-Thabrani).

Sudah berapa kali dalam hidup kita melewati Ramadhan demi Ramadhan dan apa yang kita dapatkan selama ini. Kalau usia kita 40 tahun berarti kita sudah menjalani puasa sebulan penuh kira-kira 25 kali dalam 25 tahun terakhir sejak kita baligh. Perubahan apa yang telah kita dapatkan?

Ramadhan menawarkan momentum perubahan yang fundamental bagi pribadi seorang mukmin maupun kehidupan umat Islam secara keseluruhan. Peristiwa-peristiwa besar dalam sejarah umat Islam terjadi di bulan Ramadhan.

Perang Badar, pembebasan Makkah (Fatkhul Makkah), sebagian peristiwa pada Perang Tabuk, pembebasan Andalusia (Spanyol) oleh Thariq bin Ziyad, dan sebagainya, termasuk proklamasi kemerdekaan Indonesia terjadi di bulan Ramadhan.

Di bulan Ramadhan ini orang beriman diharuskan meninggalkan makan, minum, melakukan hubungan seksual, dan segala hal yang membatalkan puasa dari terbit fajar sampai terbenam matahari. Diperintahkan kepada kita untuk menjaga mata, telinga, lisan, tangan, kaki, pikiran dan hati kita dari segala kemaksiatan.

Diperintahkan kepada kita untuk memperbanyak ibadah sunnah di samping tetap memperbaiki ibadah-ibadah wajib. Kalau itu semua kita lakukan dengan benar tentu akan ada perubahan besar dalam hidup kita. Untuk itu mari kita renungkan kembali apa sesungguhnya esensi Ramadhan itu bagi kehidupan kita.

Antara Perubahan dan Hijrah

Alloh SWT berfirman :

لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ لا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلا مَرَدَّ لَهُ وَمَا لَهُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَالٍ (١١)

“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah[1]. Sesungguhnya Allah tidak merubah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan[2] yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (QS. Arra’du: 11)

Pada dasarnya dakwah Islamiyyah merupakan proses al-tahawul wa al-thaghoyyur (transformasi dan perubahan) dari yang tidak baik ke arah yang baik dan dari arah yang baik ke arah yang lebih baik hingga terbangun kehidupan individu dan kemasyarakatan yang Islami, dalam konteks internal umat dakwah dimaksud adalah upaya melakukan perubahan ke arah perbaikan umat, keselamatan masyarakat, dan kemajuan bangsa serta memastikan nilai-nilai Islam menjadi warna seluruh dimensi kehidupan serta terciptanya suasana lingkungan yang Islami.

Hijrah dan Kebangkitan Ummat Islam

Hijrah secara bahasa memang memiliki pengertian yang luas. Secara umum, hijrah berarti perpindahan dari suatu tempat ke tempat lain, atau dari suatu keadaan kepada keadaan yang lain. Sehingga, hijrah bisa saja dalam bentuk prilaku, ideologi, moral, hukum, kebudayaan dan lain sebagainya.

Akan tetapi hijrah menurut istilah yang lazim (masyhur) adalah bermakna pindahnya Rasulullah SAW dan para sahabat dari kota Makkah ke Madinah (yang sebelumnya bernama Yatsrib). Mengapa hijrah ke Madinah itu sedemikian istimewa, sampai mendominasi istilah hijrah itu sendiri yang sedemikian luas, dan lagi pula sebelum itu pun sudah ada hijrah yaitu hijrah ke Habasyah dan Tha’if? Bahkan tak sebatas itu, hijrah ke Madinah, secara historis nabawi menjadikan adanya dua periode dalam perjalanan risalah Nabi SAW: Yaitu Periode Makkah (qoblal hijrah) dan Periode Madinah (ba’dal hijrah).

Al-Qur’an pun secara garis besar, surat-suratnya, diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu: Surat-surat Makkiyah (artinya surat-surat yang diturunkan sebelum hijrah ke Madinah) dan Surat-surat Madaniyah (artinya yang diturunkan setelah hijrah ke Madinah, sekalipun turun di Makkah). Dan, pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab Hijrah ditetapkan sebagai kalender resmi Ummat Islam, sehingga kita punya Kalender Hijriyah.

Prof. Ismail R. Al Faruqi menjelaskan, bahwa hijrah ke Madinah merupakan puncak dari upaya yang lama dalam mencari tempat yang dapat dijadikan sebagai titik tolak pengembangan keimanan baru ini dan sekaligus untuk menata masyarakat Muslim, baik sebagai tatanan sosial maupun negara. Hijrah pertama (ke Habasyah), kata Al Faruqi lebih lanjut, sungguh baru merupakan pelarian pasif menuju keselamatan, sedang hijrah kedua merupakan suatu langkah dalam mengubah dunia dan mengarahkan sejarahnya ke arah baru. (Hakekat Hijrah, Mizan, hal. 10).

Adalah memang realita, bahwa Nabi dan kaum Muslimin di Makkah tidak lebih dari sekedar rakyat jelata dan masyarakat lemah yang tertindas; tak punya kekuatan apa-apa, kecuali keimanan yang membaja dan kesabaran yang prima. Itu, tak lebih. Baru setelah hijrah, di Madinah, Islam secara resmi eksis, kaum Muslimin mendapat kedudukan (makanah) dan kemudian bisa menjalankan perannya sebagai ummatan wasathan, yaitu ummat pertengahan yang memimpin peradaban dunia.

Oleh karena itu, ketika kita berbicara tentang hijrahnya Nabi ke Madinah, minimal ada tiga fenomena besar yang sangat jelas sebagai buah hijrah, sehingga hijrah ini menjadi betul-betul sangat penting: Tonggak kebangkitan ummat Islam.

Pertama: Eksisnya agama Islam di atas semua sistem yang ada (dhuhurul Islam ‘ala ad-diinikullih).

Di Makkah, selama 13 tahun Islam dianggap sebagai suatu gagasan yang menentang arus, merombak tradisi nenek moyang, mengancam ideologi bangsa dan merusak persatuan dan kesatuan yang sudah mapan. Ini berbeda dengan di Madinah. Di sana Islam justru dianggap sebagai alternatif untuk menyelesaikan permasalahan yang selama ini menimpa dan mengancam kehidupan mereka, karena kondisi mereka yang serba majemuk. Maka tatkala Islam datang, mereka menyambutnya dengan penuh antusias dan mereka pun lalu menyiapkan segala sesuatu untuk membela dan memperjuangkannya.

Setelah itu, baru Islam benar-benar menjadi rujukan utama, eksis berada di atas dan dominan tanpa harus menghapus agama lainnya. Di sinilah janji Alloh terwujud, sebagai hasil (natijah) hijrah, bahwa Islam pasti dhuhur ‘ala ad-diini kullih (eksis di atas semua sistem atau pandangan hidup yang ada). “Dialah (Alloh) yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas semua agama, meskipun orang-orang kafir itu tidak suka.” (QS. Ash-Shaaf: 9).

Kedua, berdirinya negara Islam (qiyamud Daulah al-Islamiyah).

Islam sebagai minhajul hayah, sistem hidup, yang lengkap menata dan mengatur kehidupan manusia secara totalitas baik masalah sosial, politik, hukum, da’wah, jihad, ibadah, aqidah dan seterusnya, semuanya itu tak mungkin bisa diwujudkan tanpa adanya suatu daulah. Oleh karena itu Nabi SAW tak mungkin bertahan terus di Makkah sebagai sub sistem, apalagi illegal. Sehinga tak berlebihan jika Al Faruqi mengatakan, bahwa segi terpenting hijrah adalah terciptanya daulah. Negara adalah tujuan hijrah, dan hijrah merupakan puncak dari persiapan di Makkah melalui wahyu, pengajaran dan pengislaman pria serta wanita dan akhirnya perjanjian Aqobah. (Al Faruqi, 32).

Rasulullah SAW sendiri, sejak awal, setelah tiba di Madinah langsung sibuk mencurahkan perhatiannya untuk meletakkan dasar-dasar Daulah yang dibangunnya. Berkaitan dengan ini ada tiga langkah besar yang dilakukan oleh Rasulullah, yaitu: membangun masjid, mempersaudarakan kaum Muhajirin dengan kaum Anshor, dan menetapkan undang-undang dasar (yang terkenal dengan Piagam Madinah) yang menggariskan tata cara hidup bernegara secara internal bagi kaum Muslimin maupun secara eksternal bersama dengan kaum Yahudi (non Islam). (Fiqhus Siirah, Al-Buthi, D. Fikr, hal 193). Untuk yang terakhir ini, beliau tetapkan secara tertulis yang beliau diktekan sendiri dan disetujui oleh semua pihak, termasuk kaum Yahudi. (Lihat: Piagam Nabi Muhammad SAW. Konstitusi Pertama Negara Tertulis yang Pertama di Dunia, oleh H.Z. Abidin Ahmad, Bulan Bintang).

Maka, menurut Al Faruqi, penandatanganan perjanjian ini merupakan berdirinya negara Islam pertama yang pengesahannya dengan konstitusi tertulis dan lengkap. Bahkan seorang Robert N. Bella mengakui, bahwa Nabi sebenarnya telah membuat lompatan yang amat jauh ke depan. Dimulai dengan “proyek” Madinah yang dilandasi pada permulaan berdirinya oleh “Konstitusi Madinah” ini, menurut Bella, telah melahirkan sesuatu yang untuk zaman dan tempatnya adalah sangat moderen. (lihat: Islam dan Masalah Kenegaraan, Syafii Maarif, LP3ES, hal. xi-xii).

Ketiga: tampil memimpin peradaban dunia (sebagai ummatan wasathan).

Rasulullah Muhammad SAW adalah diutus untuk membawa rahmat kepada seluruh manusia dan sekalian alam. “Tidaklah Kami mengutus kamu melainkan sebagai pembawa rahmat bagi sekalian alam.” (QS. Al-Anbiya’: 107) “Dan tidaklah Kami mengutus kamu melainkan untuk seluruh manusia dengan membawa berita gembira dan peringatan.” (QS. Saba’: 28).

Oleh karena itu, negara yang didirikan oleh Nabi bukan saja moderen tapi sungguh sangat unik. Sebuah negara yang tanah airnya tak punya batas-batas geografis yang sempit, dan yang menjadi rakyatnya pun tak didasarkan atas kelahiran, warna kulit, bahasa, bangsa, suku atau kebudayaan. Tetapi, yang menjadi tanah airnya adalah jagad raya yang pemilik sesungguhnya hanya Alloh dan rakyatnya adalah siapa saja yang penting beriman kepada Alloh atau mau tunduk kepada hukum-hukum-Nya. (Lihat, Masyarakat Islam, Sayid Quthb, Al-Ma’arif, hal. 70).

Dengan wujud seperti itulah, daulah yang dibangun oleh Rasulullah menjadikan ummatnya yang note bene khoiru ummah sebagai ummatan wasathan (ummat pertengahan) yang tampil memimpin peradaban dunia, menyerukan yang makruf dan mencegah segala bentuk kemunkaran (termasuk pelanggaran HAM) sekaligus menjadi saksi atau penjaga atas seluruh pola tingkah ummat manusia.

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ

“Kamu adalah adalah ummat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, kamu perintahkan yang makruf dan kamu cegah kemungkaran dan kamu beriman kepada Allah.”(QS. Ali-Imran: 110).

وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ …(١٤٣)

“Demikianlah Kami menjadikan kamu sebagai ummat pertengahan agar kamu menjadi saksi atas perbuatan manusia…” (QS. Al-Baqarah: 143).

Tak kurang dari 14 abad lamanya ummat Islam mengemban tugas sebagai ummatan wasathan, sejak pertama berdirinya daulah Islamiyah di Madinah yang langsung dipimpin Nabi hingga runtuhnya khilafah Islamiyah di Turki tahun 1924, dimana dunia dan ummat manusia secara keseluruhan merasa aman dan dapat berkahnya. Kini, setelah mundurnya ummat Islam dan tidak adanya negara Islam sebagaimana yang dibangun oleh Rasulullah melalui hijrahnya yang monumental itu, dunia menjadi tercabik-cabik, kehidupan menjadi gelap kembali seperti jaman jahiliyah sebelum diutusnya Nabi dan manusia jatuh ke dasar lumpur kenistaan serta krisis di segala bidang.

Akhirnya tak bisa dipungkiri bahwa kebangkitan kembali ummat Islam adalah satu-satunya alternatif sangat dinantikan. Tapi, bagaimana caranya? Sederhana saja. Itu tak mungkin, kecuali dengan cara yang telah dicontohkan oleh Nabi.

Metode perubahan

Diutusnya Rasul/utusan Alloh SWT adalah membawa misi perubahan. Perubahan dari kegelapan kepada cahaya Islam yang terang.

الر كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ لِتُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِ رَبِّهِمْ إِلَى صِرَاطِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ

“Alif, laam raa. (ini adalah) kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.” (QS. Ibrahim: 1).

Sebagai seorang muslim, kita harusnya juga selalu mencontoh metode Rasulullah SAW dalam merubah masyarakat jahiliyyah pada waktu itu menjadi masyarakat Islam yang diterangi cahaya kemilau dengan menegakan Daulah Islamiyyah yang telah menggoreskan tinta emas pada peradaban manusia.

Keharusan dalam mengikuti Rasulullah SAW selalu ditegaskan dalam firman Alloh SWT:

“Sungguh telah ada pada diri Rasulullah suatu contoh yang baik bagimu..” (QS. Al-Ahzab: 21).

“Apa saja yang disampaikan Rasulullah kepada kalian, terimalah, dan apa saja yang dilarangnya atas kalian, tinggalkanlah.” (QS. Al-Hasyr: 7).

”Katakanlah, ”Inilah jalan (dakwah) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kalian) kepada (agama) Allah dengan hujjah (bukti) yang nyata.” (QS. Yusuf: 108),

Siapapun yang ingin melakukan perubahan haruslah memahami dengan benar fakta-fakta tentang apa yang ingin dirubahnya, mengapa perlu dirubah dan ia pun harus mempunyai gambaran jelas yang tidak kabur dan mendetail tentang perubahan seperti apa yang ia inginkan. Ia pun harus memahami secara jelas apa kelebihan sistem yang dia inginkan dibanding sistem saat ini. Karena objek perubahan kita adalah masyarakat, maka kita harus memahami seperti apa realita masyarakat. Belumlah tepat ketika seseorang mendefinisikan masyarakat hanyalah kumpulan individu. Seseorang yang mengamati masyarakat secara mendalam akan menemukan bahwa masyarakat adalah sekumpulan individu yang berinteraksi untuk mencapai kemashlahatan dan mempunyai pemikiran, perasaan dan sistem yang diterapkan.

Jadi, untuk merubah masyarakat secara mendasar dan menyeluruh maka kita pun harus berusaha mengubah pemahaman (mafahim), standar (maqayis), dan keyakinan (qanaah) yang diadopsi, yang membentuk pemikiran, perasaan, dan sistem yang dipakai di dalam masyarakat dengan serangan pemikiran untuk kemudian menggantinya dengan pemahaman, standar, dan keyakinan yang Islam inginkan.

هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ

“Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka kitab dan Hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Al-Jumu’ah: 2).

Adapun jalan kemenangan adalah iman, hijrah, dan jihad. Inilah jalan yang ditempuh Rasulullah SAW untuk mendapatkan kemenangan dari Alloh SWT.

الَّذِينَ آمَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ أَعْظَمُ دَرَجَةً عِنْدَ اللَّهِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْفَائِزُونَ

“Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Alloh dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih Tinggi derajatnya di sisi Alloh; dan Itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.”(QS. At-Taubah:20).

Demikianlah berbagai hal yang menjadi esensi Ramadhan. Yaitu jalan kemenangan ditempuh dengan iman, hijrah dan jihad. Dengan iman yakni berpuasa dengan iman dan ikhlas. Dengan hijrah yakni orang yang berpuasa meninggalkan syahwat, kemaksiatan karena Alloh SWT. Dan dengan jihad. Orang berpuasa berjihad/berjuang memerangi musuh-musuh Alloh SWT berupa syetan, hawa nafsu, orang kafir, dan orang munafiq. Semoga puasa kita tidak sia-sia. Tidak sekedar lapar dan dahaga. Semoga kita bisa menjalani Ramadhan ini sebaik-baiknya dan berhasil meraih berbagai kemuliaan yang dijanjikan Alloh dan Rasul-Nya.

 

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُوْا اللهَ لِيْ وَلَكُمْ

 

Wallahul muwaffiq.

 

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَالْعَصْرِ، إِنَّ الإِنسَانَ لَفِيْ خُسْرٍ، إِلاَّ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ

 

KHUTBAH KEDUA

 

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ

جَمَاعَةَ الْجُمُعَةِ، أَرْشَدَكُمُ اللهُ. أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهُ، وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا وَيَرْزُقُهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ، وَمَن يَتَّقِ اللهَ يُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ.اَللَّهُمَ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ.اَللَّهُمَّ انْصُرِ الْمُجَاهِدِيْنِ فِيْ كُلِّ مَكَانٍ وَزَمَانٍ

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ.رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ اْلأَبْرَارِ.رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَّسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا، رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِن قَبْلِنَا، رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ، وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنتَ مَوْلاَنَا فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.اَللَّهُمَّ إِنَا نَسْأَلُكَ رِضَاكَ وَجَنَّتَكَ وَنَسْأَلُكَ شَهَادَةً فِيْ سَبِيْلِكَ.اَللَّهُمَّ أَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَالْمُبْتَدِعَةَ وَالْمُشْرِكِيْنَ أَعْدَائَكَ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ

اَللَّهُمَّ شَتِّتْ شَمْلَهُمْ وَمَزِّقْ جَمْعَهُمْ وَزَلْزِلْ أَقْدَامَهُمْ وَأَلْقِ فِيْ قُلُوْبِهِمُ الرُّعْبَ.اَللَّهُمَّ عَذِّبْهُمْ عَذَابًا شَدِيْدًا وَحَسِّبْهُمْ حِسَابًا ثَقِيْلاً.رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

 

[1] Bagi tiap-tiap manusia ada beberapa Malaikat yang tetap menjaganya secara bergiliran dan ada pula beberapa Malaikat yang mencatat amalan-amalannya. dan yang dikehendaki dalam ayat ini ialah Malaikat yang menjaga secara bergiliran itu, disebut Malaikat Hafazhah.

[2] Alloh SWT tidak akan merubah Keadaan mereka, selama mereka tidak merobah sebab-sebab kemunduran mereka.

Lihat lebih banyak

Artikel terkait

Back to top button