Khutbah Jumat Edisi 092: “Merajut Ukhuwah Islamiyyah di Hari Raya Idul Adha”
Materi Khubah Jumat Edisi 092 tanggal 8 Dzulhijjah 1437 H ini dikeluarkan oleh
Sariyah Da’wah Jama’ah Ansharusy Syari’ah dapat download di:
Merajut Ukhuwah Islamiyyah di Hari Raya Idul Adha
(Dikeluarkan Oleh Sariyah Dakwah Jama’ah Ansharusy Syari’ah)
KHUTBAH PERTAMA
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ وَلاَ رَسُوْلَ بَعْدَهُ، قَدْ أَدَّى اْلأَمَانَةَ وَبَلَّغَ الرِّسَالَةَ وَنَصَحَ اْلأُمَّةَ وَجَاهَدَ فِيْ سَبِيْلِهِ حَقَّ جِهَادِهِ
اَلصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا الْمُصْطَفَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ سَلَكَ سَبِيْلَهُ وَاهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.رَبِّ اشْرَحْ لِيْ صَدْرِيْ وَيَسِّرْ لِيْ أَمْرِيْ وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِيْ يَفْقَهُوْا قَوْلِيْ
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. وَقَالَ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. وَقَالَ: وَتَزَوَّدُوْا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى
وَقَالَ النَّبِيُ: اِتَّقِ اللهَ حَيْثُ مَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بَخُلُقٍ حَسَنٍ. (رواه الترمذي، حديث حسن)
Jamaah Jum’at hamba Allah yang dirahmati Allah SWT.
Segala puji bagi Allah SWT, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepadajunjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga, dan para sahabatnya.
Khotib berwasiat kepada diri sendiri khususnya dan jama’ah sekalian marilah kita bertaqwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa, semoga kita akan menjadi orang yang istiqamah sampai akhir hayat kita.
Pada hari raya idul adha yang berbahagia, jutaan manusia mengumandangkan takbir, tahlil dan tahmid, sebagai proklamasi internasional atas kebesaran dan keagungan Allah, Rabbul ‘alamin, Pencipta dan Penguasa tunggal alam semesta. Dia-lah satu-satunya yang berhak disembah, dipuji dan dipuja.
Proklamasi akbar ini dilakukan sekaligus dalam rangka memperingati dua momentum (peristiwa) penting, yang menunjukkan kesatuan dan persatuan yang diikat oleh aqidah Islamiyah. Pertama, di kawasan Makkatul Mukarramah berkumpul kaum Muslimin dari seluruh penjuru dunia guna melaksanakan ibadah haji. Mereka berkumpul tanpa dibedakan bahasa, bangsa, status sosial, dan warna kulit. Kedua, di setiap sudut dari lima benua di dunia ini, serentak dilakukan shalat ‘Idul Adha dan penyembelihan hewan qurban.
Ukhuwah Islamiyah, merupakan salah satu tujuan besar yang hendak dicapai oleh syari’at. Merupakan salah satu pondasi dan tali keimanan yang paling kokoh, sebagaimana sabda Nabi:
أَوْثَقُ عُرَى اْلإِيْمَانِ اَلْمُوَالاَةُ فِي اللهِ وَالْمُعَادَاةُ فِي اللهِ وَالْحُبُّ فِي اللهِ وَالْبُغْضُ فِي اللهِ
“Tali iman yang paling kuat adalah saling berkasih-sayang karena Allah, memusuhi karena Allah, mencintai karena Allah dan membenci karena Allah.”[1]
Dengan ukhuwah Islamiyah, kaum beriman saling mencintai, berkasih-sayang dan bersatu, sehingga kaum muslimin bisa menikmati kebahagian di bawah naungan ukhuwah Islamiyah. Allah berfirman: “Sesungguhnya kaum beriman itu bersaudara” (QS. al Hujurat: 10). Dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
الْأَرْوَاحُ جُنُودٌ مُجَنَّدَةٌ فَمَا تَعَارَفَ مِنْهَا ائْتَلَفَ وَمَا تَنَاكَرَ مِنْهَا اخْتَلَفَ
“Ruh-ruh manusia adalah pasukan yang besar. Selagi ruh-ruh itu saling mengenal, maka mereka akan bersatu padu. Dan selagi ruh-ruh itu saling mengingkari, maka mereka akan berselisih.” (HR. Muslim).
الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لَا يَظْلِمُهُ وَلَا يَخْذُلُهُ وَلاَيُكَذِّبُهُ وَلَا يَحْقِرُهُ
“Seorang muslim itu saudara bagi muslim lainnya, tidak boleh menzhaliminya, menghinakannya, mendustakannya dan merendahkannya.” (HR Muslim, no. 2580).
Makna dan Nilai Ukhuwah
IMAN adalah dasar ukhuwah Islamiyah dan Ukhuwah Islamiyah adalah bagian dari Prinsip Iman. Karenanya seringkali kita dapati pesan-pesan Nabi tentang aplikasi nilai ukhuwah disanding dengan kesempurnaan iman seseorang, antara lain dalam beberapa hadits berikut :
لايؤمن أحدكم حتى يحب لأخيه ما يحب لنفسه
“Tidak sempurna iman seseorang dari kalian sehingga ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dalam kitab shahihnya Bab: al-Iman no: 12 dan Imam Muslim dalam kitab shahihnya Bab: Iman no: 64).
( من كان يؤمن بالله واليوم الآخر فلا يؤذ جاره ومن كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليكرم ضيفه ومن كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليقل خيرا أو ليصمت )
“Siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaknya ia tidak menyakiti tetangganya. Siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaknya ia memuliakan tetamunya. Siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaknya ia berkata baik atau diam.” (HR. Bukhari Muslim).
Nilai Ukhuwah (persaudaraan) juga dapat dilihat dari sebutan Ibadullah (hamba-hamba Allah) sebagai sebutan kehormatan bagi yang bersaudara, dalam sebuah hadits Nabi SAW:
( ….. وكونوا عباد الله إخوانا … )
“Dan jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara.” (HR. Bukhari no: 5605 Muslim no: 4641).
Lebih dari itu, keluhuran dan keagungan makna dan nilai ukhuwah Islam, bahwa ukhuwah bukan sekadar anjuran dan himbauan, tetapi ia merupakan perintah yang mesti ditaati. Justru itu, pelanggaran terhadap nilai-nilai ukhuwah berdampak pada siksa dan murka Allah, firmanNya:
“Hai orang-orang beriman, jangan suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi merka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang memperolok-olok), demikian para wanita jangan mereka mengolok-olok kaum wanita yang lain, (karena) boleh jadi mereka lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok), jangan kamu mencela dirimu sendiri (maksudnya adalah saudaramu), jangan kamu panggil dengan sebutan yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang tidak bertaubat maka mereka itulah orang-orang yang zhalim.” (QS. al-Hujurat: 11).
Rasulullah SAW bersabda:
( سباب المسلم فسوق وقتاله كفر )
“Menghina orang muslim adalah kefasikan, sedangkan membunuhnya merupakan kekafiran.” (HR Bukhari, Bab Adab 5584 dan Muslim, Bab: Iman no: 97).
( بحسب امرئ من الشر أن يحقر أخاه المسلم كل المسلم على المسلم حرام دمه وماله وعرضه )
“Cukuplah keburukan/dosa seseorang, bahwa ia menghina saudaranya muslim. Setiap muslim atas muslim lainnya haram darahnya, harta dan kehormatannya (citra baiknya).” (HR. Muslim Bab: al-Birr wash-shilah wal Adab no: 4650).
“Seluruh perbuatan manusia dilaporkan (oleh malaikat) dalam sepekan dua kali, yakni hari Senin dan Kamis, lalu diampuni dosa setiap hamba mukmin, kecuali hamba yang mempunyai permusuhan dengan saudaranya, sehingga mereka berdamai.” (HR. Muslim, Bab: al-Birr, No: 4654).
Kendala-kendala Ukhuwah
Prinsip Ukhuwah bukan suatu hal yang mustahil diwujudkan, meskipun mewujudkannya tidak semudah membalikkan telapak tangan. Dalam kenyataannya, setiap yang bernilai agung dan berkualitas tinggi memerlukan usaha gigih, perjuangan dan pengorbanan; oleh sebab itu mewujudkan nilai-nilai ukhuwah islamiyah menghadapi kendala-kendala yang mesti dicermati dan ditangani secara jujur dan serius serta sabar.
Setidaknya ada 3 kendala yang dihadapi setiap mukmin di dalam merealisasi nilai-nilai ukhuwah islamiyah, yaitu:
(1) Jiwa Yang Tidak Dirawat.
Ukhuwah Islamiyah sangat erat dengan keimanan. Iman merupakan sentuhan hati dan gerakan jiwa; karenanya jiwa dan hati yang tidak diperhatikan atau jarang diperiksa atau tidak dibersihkan akan menjadi lahan subur bagi munculnya virus-virus jiwa yang membahayakan kalangsungan ukhuwah, seperti: takabur, hasud, dendam, cenderung menzholimi, kemunafikan dll.
Virus jiwa memang sulit diditeksi sebagaimana virus-virus penyakit jasmani. Biasanya orang tidak merasa dengan adanya virus tersebut kecuali setelah muncul dampak serangan virus itu, kecuali mereka yang terawat hati dan jiwanya, karena ia memiliki sensitifitas terhadap virus-virus tersebut, sebagaimana firman Allah SWT: “Wahai orang-orang beriman, jika kalian bertakwa maka Allah akan memberimu daya furqon yakni pembeda yang baik dan buruk”.
Betapa banyak orang tidak memahami adanya virus ukhuwah pada dirinya, kecuali setelah ia merasakan bahwa orang-orang di sekitanya membencinya, tidak senang kepadanya.
Oleh karenanya, proses pembersihan hati dan merawat jiwa hendaknya dilakukan secara intens dan kontinyu, agar nilai-nilai ukhuwah dapat terpatri pada diri setiap hamba Allah yang mukmin.
(2) Lidah Yang Tidak Dikendalikan.
Menjaga lidah dengan berkata baik dan jujur serta menjaui kata-kata merusak dan tercela, merupakan salah satu indikasi taqwa kepada Allah SWT. Firman Allah SWT:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
“Wahai orang-orang beriman bertakwalah kepada Allah dan berkatalah dengan perkataan yang benar.” (QS. Al-Ahzab: 70).
Bahkan memelihara lidah merupakan tanda kesempurnaan iman, sabda Nabi SAW: (Dan siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaknya ia berkata baik atau diam).Karenanya lidah tidak boleh lepas kontrol, berfikir positif dan cermat sebelum berbicara dan bersikap merupakan sikap orang bijak. Seringkali lidah tanpa kontrol dan berbicara tanpa berfikir menyebabkan perselisihan dan permusuhan di masyarakat. Kata orang “Memang lidah tak bertulang”Dengan lisan orang bisa tersinggung, merasa tidak dihargai, merendahkan orang lain, menyebut-nyebut aib seseorang dan sejumlah racun ukhuwah lainnya yang keluar dari mulut yang tidak dikendalikan.
Suatu saat shahabat Abu Bakar r.a. lewat di depan 3 orang shahabat “non-Arab” ( Salman, Shuhaib dan Bilal) yang sedang asyik membincangkan kegagahan dan kepahlawanan para pedang Allah menghadapi Abu Sofyan (tokoh Quraisy sebelum masuk Islam) seraya mereka berkata: “Sungguh pedang-pedang Allah takkan gentar menghadapi Abu Sofyan. Mendengar kata Abu Sofyan, langsung Abu Bakar menanggapi: Apakah kalian membincangkan seorang dari tokoh Quraisy ? Setelah Rasulullah saw mendengar berita tersebut, beliau meminta Abu Bakar untuk kembali menemui 3 shahabat tadi untuk meminta maaf, kata beliau: Barangkali engkau membuat merekmarah (karena kata-katamu).
Maksud pinta Rasulullah adalah agar setiap umat berhati-hati dalam berkata-kata dan tetap memelihara kebersihan hati dan keluhuran jiwa.
(3) Lingkungan Yang Kurang/Tidak Kondusif.
Kepribadian seseorang seringkali dibentuk dan dipengaruhi oleh lingkungannya. Apalagi seseorang yang tidak memiliki kemampuan ta’tsir (mempengaruhi orang lain), sehingga dengan mudah ia dipengaruhi lingkungan dimana ia harus berinteraksi. Oleh sebab iotu Allah memerintahkan Nabi SAW untuk senantiasa bersabar bersama orang-orang yang multazim (komitmen) dengan ajaran Allah, senantiasa taqorrub (mendekatkan diri) kepada Allah SWT firman-Nya:
“Bersabarlah bersama mereka yang selalu berdoa kepada Allah di pagi dan petang hari, jangan sekali-kai engkau berpaling dari mereka.” (QS. al-Kahfi: 28).
Nabi Muhammad SAW pun meninggalkan pesan-pesan berharga buat umatnya dalam sebuahhadits:
عَنْ أَبِي مُوسَى – رضي الله عنه – عَنْ النَّبِيِّ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – قَالَ إِنَّمَا مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالْجَلِيسِ السَّوْءِ (4) كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ (5) فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ (6) وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَةً.
“Perumpamaan orang yang shalih dengan orang yang tidak shalih ibarat pembawa minyak wangi dan peniup bara, Pembawa minyak wangi bisa memberikan minyak itu kepadamu, atau kamu membeli darinya atau (minimal) kamu memperoleh harum wangi itu. Peniup bara api bisa membakar bajumu atau kamu memperoleh bau tak sedap.” (HR Muslim, Bab: al-Birr dst, no: 4762).
Suasana dan lingkungan yang tidak baik merupakan salah satu faktor utama keretakan hubungan persaudaraan orang-orang yang beriman. Lingkungan yang terdapat saling hasud, budaya pamer, sikap riya’ dan hedonis, materialistis, prilaku desturktif, senang menyebar fitnah, hobi bergunjing, menyebar gosip dan isu tidak benar. Semua itu adalah penyakit-penyakit lingkungan yang merusak dan mematikan keharmonisan hubungan personal dan komunal pada masyarakat muslim.
Buah Ukhuwah Islamiyyah
Bila ukhuwah Islamiyah telah bersemi, merekah dan tumbuh dengan subur, maka akan dapat membuahkan hasil, diantaranya :
• Terwujudnya persatuan Islam yang kokoh, karena diikat dengan aqidah Rabbaniyyah, dan tegak di atas landasan takwa, sebagaimana firman Allah dalam surat Al Hujurat, yang artinya: “Sesungguhnya hanyalah orang-orang yang beriman itu bersaudara,” (QS. Al Hujurat: 10) dan juga firman Allah, yang artinya: “Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling bertakwa.” (QS. al Hujurat: 13).
Betapa besar dan kuatnya persatuan jika berjuta orang dari berbagai negeri terhimpun seluruhnya di bawah panji ukhuwah dengan beriman kepada Rabb yang sama, nabi yang sama dan syari’at yang sama, serta manhaj yang lurus.
• Tersebarnya Islam ke seluruh penjuru bumi.
• Terpencarnya peradapan Islam.
• Kuatnya solidaritas dalam masyarakat Islam.
• Menjadi pendukung majunya ilmu dan peradaban.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُوْا اللهَ لِيْ وَلَكُمْ
Wallahul muwaffiq.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَالْعَصْرِ، إِنَّ الإِنسَانَ لَفِيْ خُسْرٍ، إِلاَّ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ
KHUTBAH KEDUA
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
جَمَاعَةَ الْجُمُعَةِ، أَرْشَدَكُمُ اللهُ. أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهُ، وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا وَيَرْزُقُهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ، وَمَن يَتَّقِ اللهَ يُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ.اَللَّهُمَ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ.اَللَّهُمَّ انْصُرِ الْمُجَاهِدِيْنِ فِيْ كُلِّ مَكَانٍ وَزَمَانٍ
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ.رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ اْلأَبْرَارِ.رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَّسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا، رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِن قَبْلِنَا، رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ، وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنتَ مَوْلاَنَا فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.اَللَّهُمَّ إِنَا نَسْأَلُكَ رِضَاكَ وَجَنَّتَكَ وَنَسْأَلُكَ شَهَادَةً فِيْ سَبِيْلِكَ.اَللَّهُمَّ أَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَالْمُبْتَدِعَةَ وَالْمُشْرِكِيْنَ أَعْدَائَكَ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ
اَللَّهُمَّ شَتِّتْ شَمْلَهُمْ وَمَزِّقْ جَمْعَهُمْ وَزَلْزِلْ أَقْدَامَهُمْ وَأَلْقِ فِيْ قُلُوْبِهِمُ الرُّعْبَ.اَللَّهُمَّ عَذِّبْهُمْ عَذَابًا شَدِيْدًا وَحَسِّبْهُمْ حِسَابًا ثَقِيْلاً.رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
[1] [1]. HR Imam Ath Thabrani dalam Mu’jamul Kabir, juz 11, hlm. 215 dan Al Baghawi dalam Syarah Sunnah, juz 3, hlm. 429; Majmauz awaid, juz 1, hlm. 90, serta Silsilah Hadits Shahihah, juz 2, hadits no. 998.