Khutbah Jum'at

Khutbah Jumat Edisi 109: “Konspirasi Musuh Islam”

Materi Khutbah Jumat Edisi 109 tanggal 7 Rabi’ul Akhir 1438 H ini dikeluarkan oleh

Sariyah Da’wah Jama’ah Ansharusy Syari’ah dapat download di:

 

 

 Konspirasi Musuh Islam

(Dikeluarkan Oleh Sariyah Dakwah Jama’ah Ansharusy Syari’ah)

 

KHUTBAH PERTAMA

 

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ وَلاَ رَسُوْلَ بَعْدَهُ، قَدْ أَدَّى اْلأَمَانَةَ وَبَلَّغَ الرِّسَالَةَ وَنَصَحَ اْلأُمَّةَ وَجَاهَدَ فِيْ سَبِيْلِهِ حَقَّ جِهَادِهِ

اَلصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا الْمُصْطَفَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ سَلَكَ سَبِيْلَهُ وَاهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.رَبِّ اشْرَحْ لِيْ صَدْرِيْ وَيَسِّرْ لِيْ أَمْرِيْ وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِيْ يَفْقَهُوْا قَوْلِيْ

قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. وَقَالَ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. وَقَالَ: وَتَزَوَّدُوْا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى

وَقَالَ النَّبِيُ: اِتَّقِ اللهَ حَيْثُ مَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بَخُلُقٍ حَسَنٍ. (رواه الترمذي، حديث حسن)

Jamaah Jum’at  hamba Allah yang  dirahmati Allah SWT.

Segala puji bagi Allah SWT, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepadajunjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya.

Khotib berwasiat kepada diri sendiri khususnya dan jama’ah sekalian marilah kita bertaqwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa, semoga kita akan menjadi orang yang istiqamah sampai akhir hayat kita.

Konspirasi Musuh Islam dari Kalangan Orang Kafir dan Munafiq.

Orang-orang kafir takkan pernah berhenti membuat makar untuk menjauhkan ummat manusia dari jalan Allah. Hal ini telah menjadi aksioma Al-Qur’an. Allah SWT berfirman:

وَلَا يَزَالُونَ يُقَاتِلُونَكُمْ حَتَّى يَرُدُّوكُمْ عَنْ دِينِكُمْ إِنِ اسْتَطَاعُوا وَمَنْ يَرْتَدِدْ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ فَأُولَئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَأُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

Mereka (orang-orang kafir) tidak henti-hentinya memerangi kamu(umat Islam) sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu Dia mati dalam kekafiran, Maka mereka Itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka Itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah: 217).

Dalam mengembangkan misinya orang yahudi dan nasrani yang mengingkari ayat-ayat Alloh SWT dan membunuh para nabi utusan Allah SWT mereka amat lihai mengemas kekafiran di balik wajah yang seakan tanpa dosa. Misalnya, menunjukkan kepeduliannya terhadap nasib kaum dhu’afa, lewat aktivitas-aktivitas sosial yang diselenggarakan, baik atas nama agama, demokrasi maupun kemanusiaan.

Tragedi sejarah dunia modern membuktikan, bagaimana kebencian rezim-rezim Dzolim dan kuffar di Amerika, Rusia, atau negara-negara Eropa lainnya terhadap Islam dan umatnya sedemikian hebat. Sehingga para pejabat negara-negara itu secara bersama-sama atau sendiri-sendiri melalui forum internasional dan mendia massa berusaha menghasut dunia, melampiaskan sikap permusuhannya lewat kutukan, perbuatan maupun tulisan.

Mereka melemparkan segala bentuk kecaman ke arah apa yang mereka namakan “teroris Islam” Hammas, tatkala para pejuang palestina ini melakukan perlawanan terhadap kekejaman yahudi dengan meledakkan bom yang menewaskan sejumlah tentara Israel mengawali tahun 1996 lalu. Akan tetapi, mereka tidak melakukan kecaman yang sama terhadap teroris yahudi yang membantai ratusan kaum muslimin yang sedang melakukan ibadah sholat jum’at dalam sebuah masjid di jalur Gaza tahun 1995.

Konspirasi penguasa-penguasa Dzolim dan kafir tidak terbatas hanya sampai disitu. Sederet peristiwa dunia telah menjadi bukti akan hasrat mereka untuk menundukkan dunia Islam serta memandulkan semangat kaum muslimin dalam mempelajari, mengamalkan, dan menegakkan hukum Islam secara kaffah (totalitas).

Islam, dalam pandangan orang-orang kafir itu hanyalah pandangan negatif saja diantaranya adalah sumber dan lahan subur bagi munculnya gerakan-gerakan pembuat onar, penyebar teror serta tuduhan-tuduhan keji lainnya. Mereka menganggap Islam merupakan sumber kefanatikan agamis yang berbahaya. Akan tetapi, apakah mereka pernah juga berbuat adil dengan menerapkan label yang sama terhadap aksi-aksi teror yang dilakukan oleh kelompok non Islam?

Kebencian dan kekafiran, memang tidak akan pernah melahirkan keadilan. Mengapa mereka tidak menyebut sebagai teroris terhadap orang yang membantai orang-orang Islam Rohingya? Musuh-musuh Islam secara efektif, masif dan teroganisir terus-menerus menggalang persengkongkolan internasional, untuk mencoreng wajah Islam, dengan memproduksi propaganda anti Islam. Mereka, dengan segala kelebihannya di bidang tekhnologi senjata dan informasi, mengolah berita-berita bohong, menyesatkan untuk menciptakan suasana ngeri terhadap Islam, dan memblokir situs dan media Islam yang vokal menyuarakan Islam. Tuduhan bahwa Islam adalah musuh pembangunan, anti demokrasi, intoleran, menghambat perkembangan ekonomi negara dan sebagainya terus terpupuk dan subur secara rutin disajikan melalui film, diskusi ilmiah, pidato para tokoh politik hingga koran dan novel picisan.

Di negara kita, dalam beberapa hari ini muncul “serangan” terhadap lembaga Majelis Ulama Indonesia (MUI). Banyak yang menyatakan tindakan ini adalah upaya perlawanan akibat MUI mengeluarkan fatwa bahwa Gubernur DKI Jakarta Ahok telah menghina Al-Qur’an surat Al-Maidah 51 dan ulama. (Rabu, 19 Oktober 2016, www.republika.co.id dengan judul artikel MUI bubar, Negara terancam anarki !). Dan serangan terhadap MUI tersebar di dunia maya. Salah satunya ada dalam petisi “Presiden Joko Widodo: Bubarkan MUI” yang beredar di www.change.org. petisi ini kini sudah ditandatangani 10.284 orang pada 18/10, pukul 21.13 WIB. Dalam www.change.org MUI dianggap Menebar kebencian, Provokasi dan diskriminatif. Dan baru-baru ini di Jakarta digelar diskusi bertema “kedudukan MUI dalam hukum Islam dan Hukum Indonesia” yang diselenggarakan kalangan liberal yang tujuannya mendelegitimasi MUI. Acara ini digelar oleh kelompok yang menamkan diri Aliansi masyarakat sipil. (voa-islam.com Rabu, 19 Oktober 2016). “Dalam kebencian mereka tidak dapat berpikir jernih, yang ada hasrat membubarkan MUI. Dengan cara itu umat Islam akan mudah untuk dicekoki doktrin-doktrin liberal tanpa ada yang membelanya,” ujar ustadz Jeje seperti dikutip persis.or.id.

Padahal kedudukan lembaga fatwa seperti MUI di Indonesia, sangatlah penting. Sebab ia adalah penjelmaan dari Ulil Amri Umat Islam Indonesia di dalam urusan Agama Islam. Sebagai ulil amri di bidang hukum agama, MUI berkewajiban membentengi, dan melindungi umat Islam dari segala upaya yang akan mencelakakan umat. MUI juga berwenang memberi fatwa hukum untuk menjadi pegangan  dan pedoman keyakinan maupun pengamalan syariat umat Islam Indonesia. Dengan fungsi MUI itu, dan juga lembaga-lembaga keulamaan yang lain yang ada pada ormas Islam, maka umat Islam terjaga dan terpagari dari aqidah, ideologi, maupun pemikiran keagamaan yang menyimpang dan sesat, sebut saja umpamanya dari ideologi sekuler dan liberal. Dalam konteks inilah, mengapa kaum liberal, sekuler maupun sekte-sekte sesat sangat membenci keberadaan MUI.

Konspirasi Golongan Orang Munafiq.

Allah SWT berfirman:

يَحْذَرُ الْمُنَافِقُونَ أَنْ تُنَزَّلَ عَلَيْهِمْ سُورَةٌ تُنَبِّئُهُمْ بِمَا فِي قُلُوبِهِمْ قُلِ اسْتَهْزِئُوا إِنَّ اللَّهَ مُخْرِجٌ مَا تَحْذَرُونَ (64) وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ قُلْ أَبِاللَّهِ وَآيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنْتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ (65) لَا تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ إِنْ نَعْفُ عَنْ طَائِفَةٍ مِنْكُمْ نُعَذِّبْ طَائِفَةً بِأَنَّهُمْ كَانُوا مُجْرِمِينَ (66) الْمُنَافِقُونَ وَالْمُنَافِقَاتُ بَعْضُهُمْ مِنْ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمُنْكَرِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمَعْرُوفِ وَيَقْبِضُونَ أَيْدِيَهُمْ نَسُوا اللَّهَ فَنَسِيَهُمْ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ هُمُ الْفَاسِقُونَ (67) وَعَدَ اللَّهُ الْمُنَافِقِينَ وَالْمُنَافِقَاتِ وَالْكُفَّارَ نَارَ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا هِيَ حَسْبُهُمْ وَلَعَنَهُمُ اللَّهُ وَلَهُمْ عَذَابٌ مُقِيمٌ (68)

“(64)Orang-orang yang munafik itu takut akan diturunkan terhadap mereka sesuatu surat yang menerangkan apa yang tersembunyi dalam hati mereka. Katakanlah kepada mereka: “Teruskanlah ejekan-ejekanmu (terhadap Allah dan rasul-Nya).” Sesungguhnya Allah akan menyatakan apa yang kamu takuti itu. (65) Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan manjawab, “Sesungguhnya Kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja.” Katakanlah: “Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?”(66)Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. jika Kami memaafkan segolongan kamu (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa.(67) Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan. sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang Munkar dan melarang berbuat yang ma’ruf dan mereka menggenggamkan tangannya[648]. mereka telah lupa kepada Allah, Maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itu adalah orang-orang yang fasik.(68) Allah mengancam orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang kafir dengan neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya. cukuplah neraka itu bagi mereka, dan Allah mela’nati mereka, dan bagi mereka azab yang kekal.(QS. At-Taubah: 64-68).

Kaum munafiq ialah mereka yang menjadikan Islam sekedar pelengkap saja. Islam sebagai topeng, dalam nama dan sebagian tata cara hidupnya. Akan tetapi jiwanya kufur karena sering diasah dan diasuh lingkungan yang jauh dari Islam/sekuler dan liberal. Sehingga sikap hidup dan cara berfikirnya persis menyerupai kaum yahudi dan nasrani.

Mereka suka dan memilih keluar dari aturan Allah, lalu memandang Islam dan umatnya dengan pandangan merendahkan. Mereka menyerang Islam dari jurusan yang paling riskan. Adakalanya mereka tampil sebagai penyambung lidah musuh-musuh kafir. Tapi lebih sering, mereka menggali lubang sendiri untuk mengubur cita-cita Islam, dengan menjadi politisi ataupun propagandis-propagandis orang kafir. Dr. Musthafa As-Siba’i dalam Hakadza Alamatni Alhayati Maktabul Islamiy Syria. Terjemahan indonesia: yang kualami dalam perjuangan: Pen GIP Juli 1994. Beliau berkata: “Tiga golongan manusia yang melenyapkan kebenaran dalam tiga tempat. Yaitu orang Ikhlas yang diam membisu dihadapan orang bathil, orang alim ditengah orang jahil, dan orang munafiq yang mendekatkan diri kepada orang dzalim”.

Dalam era globalisasi dan reformasi yang melanda abad ini, populasi musuh-musuh Islam dari kalangan orang munafiq terus meningkat, mereka memburu kebangkitan Islam melalui berbagai jurusan, mengacaukan pandangan pergerakan umat Islam dengan pendapat-pendapat dan isu yang membingungkan umat, dan terkadang bahkan sering juga secara langsung mereka menyerangmu, menuduhmu sebagai orang reaksioner, memecah belah persatuan, sektarian, merusak kebinekaan, diskiminatif, anarkis, memperjuangkan kepentingan kelompok, dan sebagainya, bahkan ia juga menyemburkan cemoohan, memancing kesabaran umat Islam.

Dalam kenyataannya, sikap orang-orang munafiq sesungguhnya lebih jahat dari orang kafir. Sebab orang-orang munafiq ini tidak pernah tampil secara terus terang sebai musuh orang beriman, shingga sulit dideteksi tingkah lakunya. Disatu saat dia tampil layaknya seorang pembela Islam yang gigih, moderat tapi disaat lain dia berubah menjadi musuh yang sangat berbahaya dan menikam dari belakang. Banyak “keunggulan” atau “tinggi gelar dan kedudukan” yang terdapat pada diri kaum munafiqin, yang dengan itu umat mudah tertipu olehnya.

Allah SWT berfirman:

وَإِذَا رَأَيْتَهُمْ تُعْجِبُكَ أَجْسَامُهُمْ وَإِنْ يَقُولُوا تَسْمَعْ لِقَوْلِهِمْ كَأَنَّهُمْ خُشُبٌ مُسَنَّدَةٌ يَحْسَبُونَ كُلَّ صَيْحَةٍ عَلَيْهِمْ هُمُ الْعَدُوُّ فَاحْذَرْهُمْ قَاتَلَهُمُ اللَّهُ أَنَّى يُؤْفَكُونَ

Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum. dan jika mereka berkata kamu mendengarkan Perkataan mereka. mereka adalah seakan-akan kayu yang tersandar[1]. mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka. mereka Itulah musuh (yang sebenarnya) Maka waspadalah terhadap mereka; semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan (dari kebenaran).” (QS. Al-Munafiqun: 4).

Konspirasi dan konvergensi (saling mengisi), antara orang kafir dan munafiq, dalam meredupkan cahaya kebenaran, sudah terjalin sejak agama Islam muncul pertama kalinya. Dan kerjasama mereka akan terus berlanjut hingga akhir zaman melalui berbagai macam “memorandum or understanding”, demi mendapat keuntungan duniawi serta memuaskan hawa nafsu mereka.

Menghadapi konspirasi musuh-musuh Islam.

Sesungguhnya tsabat (keteguhan) merupakan tuntutan mutlak bagi setiap muslim yang benar keimanannya dan menghendaki jalan yang lurus dengan tekad kuat dan berdasarkan petunjuk.

Pentingnya pembahasan ini dapat dilihat dari berbagai hal-hal  berikut ini:

–          Kondisi kehidupan masyarakat saat ini di mana kaum muslimin hidup di dalamnya serta banyaknya fitnah dan godaan-godaan yang apinya menjalar kemana-mana, sementara itu berbagai macam bentuk syubhat dan syahwat yang menyebabkan agama ini menjadi asing, sehingga orang-orang yang berpegang teguh di dalamnya termasuk ke dalam sebuah perumpamaan:

 القَابِضُ عَلَى دِيْنِهِ كَالْقَابِضِ عَلَى الْجَمْرِ

“Orang yang menggenggam (berpegang teguh terhadap) agamanya, bagaikan  orang yang menggenggam bara api“.

Tidak diragukan lagi bagi orang yang memiliki pandangan, bahwa kebutuhan seorang muslim saat ini  akan faktor-faktor yang mendukung keteguhannya lebih besar dari pada  kebutuhan saudara-saudaranya pada masa lalu, dan perjuangan untuk merealisasikannyapun lebih berat; karena zaman yang telah rusak, sedikitnya kawan seperjuangan serta lemah dan sedikitnya orang yang membantu.

–          Banyaknya terjadi peristiwa Riddah (keluar dari Islam) dan mundur dari medan perjuangan serta penyelewengan-penyelewengan yang bahkan hal tersebut terjadi pada sebagian aktivis-aktivis Islam, sehingga menjadi kekhawatiran tersendiri bagi seorang muslim akan tragedi tersebut. Maka akhirnya mereka mencari sarana-sarana yang dapat mendatangkan keteguhan sehingga dirinya mendapatkan tempat yang aman.

–          Keterkaitan pembahasan ini dengan hati, yang mana Rasulullah pernah Sabdakan:

 ] لَقَلْبُ ابْنِ آدَمَ أَشَدُّ انْقِلاَباً مِنَ الْقِدْرِ إِذَا اجْتَمَعَتْ غَلْياً [ رواه أحمد 6/4 والحاكم 2/287 وهو في السلسلة الصحيحة 1772

“Sesungguhnya hati anak Adam itu lebih keras goncangannya dari pada ketel (tempat memasak air) yang di dalamnya terdapat air yang mendidih “( [2]).

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam juga memberikan perumpamaan lain terhadap hati dalam sabdanya:

] إِنَّمَا سُمِّىَ الْقَلْبُ من تَقَلُّبِهِ، إِنَّمَا مَثَلُ الْقَلْبِ كَمَثَلِ رِيْشَةٍ فِى شَجَرَةٍ يُقَلِّبُهَا الرِّيْحُ ظَهْرًا لِبَطْنٍ [ رواه أحمد 4/408 وهو في صحيح الجامع 2361

“Sesunggunnya hati (qalb) dinamakan hati karena sifatnya yang suka berbolak balik (taqallub), sesungguhnya perumpamaan hati  bagaikan sehelai dedaunan di pohon yang dibolak-balikkan oleh angin“([3]).

Seorang penyair berkata:

وَمَاسُمِّيَ  الإِنْسَانُ إِلاَّ لِنَسْيِهِ

وَلاَ الْقَلْبُ إِلاَّ أَنَّهُ يَتَقَلَّبُ

Tidaklah manusia dinamakan insan kecuali karena pelupanya (an-nasyu)

Dan tidaklah hati dinamakan qalbu kecuali karena sifatnya yang suka bolak-balik (taqallub).

Memantapkan hal yang suka berbolak balik karena badai syahwat dan syubhat merupakan  perkara  yang sangat penting, membutuhkan upaya yang maksimal untuk mengatasinya sesuai dengan besar dan beratnya tantangan yang dihadapi.

Sayyid Quthb  berkata:

“Sesungguhnya iman bukan sekedar kata-kata yang diucapkan. Iman adalah kenyataan yang penuh beban berat, amanah yang melelahkan, jihad yang membutuhkan kesabaran, kesunggu-han yang menuntut daya tahan me-nanggung beban. Tidak cukup orang mengatakan, “Kami beriman,” lantas mereka dibiarkan begitu saja melon-tarkan pengakuan ini; sebelum ia menghadapi ujian lalu ia teguh meng-hadapinya. Setelah itu, barulah ia ke-luar dalam keadaan steril unsur-unsur dalam jiwanya, dan bersih hatinya. Sama seperti api yang membakar emas untuk memisahkan unsur-unsur tak berguna yang terikut di sana. Dan inilah asal kata iman dari sisi bahasa. Lain lagi dengan makna, cakupan dan petunjuknya. Fitnah ujian juga diberikan kepada hati. Ujian terhadap iman adalah perkara baku dan sunnah yang pasti berjalan di dalam timbangan Allah Subhanahu wa Ta’ala, “Dan sungguh Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, dan kelak Allah Subhanahu wa Ta’ala akan tahu siapakah orang-orang yang jujur dan orang-orang yang dusta.”  (QS. Al-Ankabut: 3).

Iman juga merupakan amanah Allah Subhanahu wa Ta’ala di muka bumi, tidak ada yang sanggup memikulnya selain orang yang memang layak memikulnya, dan kuat mengangkatnya, dalam hatinya ada keikhlasan untuk itu. Ia hanya sanggup dipikul oleh orang-orang yang lebih mengutamakannya daripada kehidupan serba santai, nyaman, aman, sejahtera, harta benda dunia dan kemewahan. Sungguh iman adalah amanah, amanah untuk menegakkan khilafah di muka bumi, membimbing manusia kepada jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala, serta merealisasikan kalimat-Nya dalam kehidupan nyata. Maka, iman adalah amanah yang mulia sekaligus berat, ia berasal dari perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala yang dengannya manusia terlihat wujud aslinya. Oleh karenanya, amanah ini memerlukan tempat khusus, yang mampu bersabar ketika ada ujian.” Demikian perkataan beliau.

Sesungguhnya, pemahaman-pemahaman tentang kebenaran, kejujuran aqidah dan tauhid, hanya akan menjadi bahan mainan di kalangan manusia, tidak ada nilai ruhnya, kecuali jika ia dibawa oleh manusia-manusia jujur dan bersabar menanggung beban-beban berat serta berbagai rintangan di atas jalan tersebut; yang menganggap siksaan sebagai hal biasa, menganggap kepayahan sebagai sesuatu yang manis, dan tidak rela selain kematian demi menghidupkan pemahaman-pemahaman ini di dalam dunia nyata, secara praktek yang riil. Pemahaman akidah tidak seperti dibayangkan sebagian orang, yang mereka menghias-hiasnya dalam baris-baris teori falsafah dan khutbah-khutbah memukau, yang jauh dari ruh pengamalan, kejujuran, dan pelaksanaan nyata.

Dan sungguh, Islam hari ini sangat-sangat membutuhkan para “lelaki” yang jujur lagi memiliki kesabaran, yang selalu bersikap serius, mengang-gap kecapekan sebagai kelezatan, dan merasa nikmat dengan kepayahan. Kemudian mereka terjemahkan tuntutan-tuntutan setiap tahapan Islam dengan tidak banyak bicara… Para lelaki yang berjiwa jujur, memiliki semangat tinggi, serta tekad yang kuat, yang dalam menerima perintah tidak kenal kata lelah atau jenuh, dan tidak membuang cita-citanya hanya dalam perdebatan dan adu argument saja.

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menjanjikan akan memberikan kekuasaan (tamkîn) bagi orang-orang yang bersabar. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah kabarkan juga, bahwa kemenangan, kekuatan, dan kekuasaan yang dicapai oleh umat-umat terdahulu di muka bumi, semuanya karena seluruh kesabaran dan tawakkal mereka kepada-Nya. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

“Dan Kami wariskan kepada kaum yang telah tertindas itu, negeri-negeri bagian timur bumi dan bagian baratnya yang telah Kami beri berkah padanya. Dan telah sempurnalah perkataan Robbmu yang baik (sebagai janji) untuk Bani Israil disebabkan kesabaran mereka. Dan Kami hancurkan apa yang telah dibuat Fir’aun dan kaumnya dan apa yang telah dibangun mereka.” (QS. Al-A‘rôf: 137).

Dulu, Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kekuasaan dan kemuliaan di muka bumi kepada Nabi Yusuf, setelah beliau mengenyam pahitnya masa pengasingan. Dan semua yang beliau raih di istana Al-‘Aziz, tak lain disebabkan karena kesabaran dan ketaqwaan beliau.

“Sesungguhnya, siapa yang bertaqwa dan bersabar, sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik.”  (QS. Yûsuf: 90).

 

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُوْا اللهَ لِيْ وَلَكُمْ

 

Wallahul muwaffiq.

 

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَالْعَصْرِ، إِنَّ الإِنسَانَ لَفِيْ خُسْرٍ، إِلاَّ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ

 

KHUTBAH KEDUA

 

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ

جَمَاعَةَ الْجُمُعَةِ، أَرْشَدَكُمُ اللهُ. أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهُ، وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا وَيَرْزُقُهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ، وَمَن يَتَّقِ اللهَ يُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ.اَللَّهُمَ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ.اَللَّهُمَّ انْصُرِ الْمُجَاهِدِيْنِ فِيْ كُلِّ مَكَانٍ وَزَمَانٍ

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ.رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ اْلأَبْرَارِ.رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَّسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا، رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِن قَبْلِنَا، رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ، وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنتَ مَوْلاَنَا فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.اَللَّهُمَّ إِنَا نَسْأَلُكَ رِضَاكَ وَجَنَّتَكَ وَنَسْأَلُكَ شَهَادَةً فِيْ سَبِيْلِكَ.اَللَّهُمَّ أَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَالْمُبْتَدِعَةَ وَالْمُشْرِكِيْنَ أَعْدَائَكَ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ

اَللَّهُمَّ شَتِّتْ شَمْلَهُمْ وَمَزِّقْ جَمْعَهُمْ وَزَلْزِلْ أَقْدَامَهُمْ وَأَلْقِ فِيْ قُلُوْبِهِمُ الرُّعْبَ.اَللَّهُمَّ عَذِّبْهُمْ عَذَابًا شَدِيْدًا وَحَسِّبْهُمْ حِسَابًا ثَقِيْلاً.رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

 

[1] Mereka diumpamakan seperti kayu yang tersandar, Maksudnya untuk menyatakan sifat mereka yang buruk meskipun tubuh mereka bagus-bagus dan mereka pandai berbicara, akan tetapi sebenarnya otak mereka adalah kosong tak dapat memahami kebenaran.

[2] Riwayat Ahmad dan Hakim dan termasuk dalam (kitab)  Silsilah hadits shahih 1772.

[3] Riwayat Ahmad  4/408, juga terdapat dalam Shahih Jami’ 2361

Lihat lebih banyak

Artikel terkait

Back to top button