Khutbah Jumat Edisi 116: “Selamatkan Indonesia Dengan Mensyukuri Nikmat Kemerdekaan”
Materi Khutbah Jumat Edisi 116 tanggal 27 Jumadil Awwal 1438 H ini dikeluarkan oleh
Sariyah Da’wah Jama’ah Ansharusy Syari’ah dapat download di:
Selamatkan Indonesia Dengan Mensyukuri Nikmat Kemerdekaan
(Dikeluarkan Oleh Sariyah Dakwah Jama’ah Ansharusy Syari’ah)
KHUTBAH PERTAMA
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ وَلاَ رَسُوْلَ بَعْدَهُ، قَدْ أَدَّى اْلأَمَانَةَ وَبَلَّغَ الرِّسَالَةَ وَنَصَحَ اْلأُمَّةَ وَجَاهَدَ فِيْ سَبِيْلِهِ حَقَّ جِهَادِهِ
اَلصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا الْمُصْطَفَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ سَلَكَ سَبِيْلَهُ وَاهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.رَبِّ اشْرَحْ لِيْ صَدْرِيْ وَيَسِّرْ لِيْ أَمْرِيْ وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِيْ يَفْقَهُوْا قَوْلِيْ
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. وَقَالَ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. وَقَالَ: وَتَزَوَّدُوْا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى
وَقَالَ النَّبِيُ: اِتَّقِ اللهَ حَيْثُ مَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بَخُلُقٍ حَسَنٍ. (رواه الترمذي، حديث حسن)
Jamaah Jum’at hamba Allah yang dirahmati Allah SWT.
Segala puji bagi Allah SWT, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya.
Khotib berwasiat kepada diri sendiri khususnya dan jama’ah sekalian marilah kita bertaqwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa, semoga kita akan menjadi orang yang istiqamah sampai akhir hayat kita.
Salah satu nikmat dan rahmat yang diberikan Allah kepada manusia adalah nikmat Kemerdekaan. Hal ini merupakan nikmat yang tidak bisa diukur dengan harta benda. Banyak orang bersedia mengorbankan apapun demi mendapatkan hak untuk merdeka.
Merupakan fakta sejarah yang tidak dapat dipungkiri bahwa peran dan kontribusi para ulama, dan para pahlawan muslim begitu besar dan menentukan dalam perjuangan melawan penjajah, meraih kemerdekaan. Kontribusi mereka yang sangat bernilai di mata bangsa ini harus dijadikan semangat mengukir prestasi. Saatnya kita menjadikan momentum kemerdekaan ini untuk meneladani perjuangan para ulama dan pahlawan negeri ini, meneruskan perjuangan mereka dan membawa kemerdekaan ini menuju kemerdekaan yang totalitas dalam segala arti dan bentuknya.
71 tahun yang lalu bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya, ini semua merupakan nikmat serta berkah dari Allah SWT, yang harus disyukuri. Sebagaimana ditegaskan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi; “Atas berkat Rahmat Allah Yang Maha Kuasa, dan didorong oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya”. Jadi jelas, bahwa kemerdekaan yang hingga saat ini kita rasakan dan tiap tahun kita peringati, adalah berkat Rahmat Allah SWT.
Kemerdekaan adalah nikmat yang sangat besar yang diberikan Allah kepada Negara kita. Karena dengan adanya kemerdekaan, kita masih bisa menghirup udara segar sampai saat ini. Andaikan belum merdeka, entah apakah kita masih hidup atau sudah mati terkena lemparan granat atau tembakan para penjajah. Dengan kemerdekaan pula kita bisa beribadah dengan tenang dengan khusyuk tanpa rasa khawatir akan adanya bombardir pesawat penjajah. Dengan kemerdekaan pula kita bisa bercengkerama dengan keluarga, dengan istri ataupun anak-anak kita. Sungguh, kemerdekaan adalah nikmat yang luar biasa yang diberikan Allah kepada Negara kita. Ini Bukan pemberian Belanda atau pun Jepang.
Kemerdekaan menurut pandangan Islam ialah bebas daripada penjajahan fisikal, rohani, pemikiran danpegangan yang bertentangan dengan aqidah dan Syariat Islam. Dan dalam pengertian lain kemerdekaanjuga bermaksud bebas daripada penjajahan, dalam arti kata kebebasan, yakni tidak lagi dibelenggu dandikuasai oleh penjajah.
Kita sudah merdeka, kita mempunyai kuasa untuk mengatur dan mengurus sendiri negara kita mengikut acuan kita sendiri, yaitu melalui usaha bersungguh-sungguh untuk mendaulatkan syiar dan Syariat Islam dalam seluruh sistem masyarakat dan negara. Kita tidak perlu lagi mengikut telunjuk penjajah dalam mengurus dan mengatur negara kita yang tercinta ini.
Alhamdulillah, kemerdekaan adalah satu nikmat dan rahmat yang dikurniakan oleh Allah SWT. Dengannikmat kemerdekaan ini, kita juga menikmati berbagai nikmat lain seperti nikmat menjalankan amal ibadah,nikmat pembangunan dan kemajuan dari sudut rohani, jasmani dan sebagainya. Oleh itu, marilah bersama-samakita syukuri nikmat kemerdekaan ini. Bersyukur dalam maksud tidak mensia-siakan nikmatkemerdekaan dan mengisinya dengan yang mendatangkan rahmat Allah SWT dengan menjalankan dan menegakkan syariat Allah SWT sehingga tegaknya keadilan bagi seluruh rakyat.
Firman Allah SWT di dalam Al Quran:
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.“(QS. Ibrahim: 7)
Berdasarkan maksud ayat ini, umat Islam diperintahkan supaya bersyukur terhadap nikmat dan rahmat yang dikurniakan oleh Allah SWT seperti nikmat kehidupan, rezeki, ilmu, keimanan, keamanan, keselamatan dan juga nikmat kemerdekaan selama 71 tahun yang kita rasakan selama ini.
Bersyukurlah pasti Allah SWT akan menambahkan lagi limpahan nikmat dan rahmat berupa kebaikan dankeberkahan dalam negeri serta negara kita, insya Allah.
Jama’ah Jum’at Rohimakumulloh,
Kemerdekaan tidak kita perolehi dengan mudah, tetapi melalui banyak ranjau, onak, halangan dan ujian serta menuntut banyak pengorbanan jiwa raga, tenaga, fikiran, harta hatta nyawa para pemimpin, pejuang kemerdekaan dan rakyat seluruhnya.
Kemerdekaan adalah nikmat yang dianugerahkan oleh Allah SWT dengan usaha, pengorbanan danperjuangan. Artinya nikmat ini teramat mahal harganya. Sesungguhnya melalui nikmat kemerdekaan inikehidupan kita dari hari ke hari, tahun ke tahun bertambah baik dan maju.
Dari segi pendidikan, ekonomi, politik, pertanian, kemasyarakatan, kemudahan asas dan sebagainya telahkita kecapi. Semua ini hendaklah kita syukuri dengan mengabdikan diri kepada Allah SWT dengan mentaatisegala perintah-Nya dan taat mengikuti Sunnah Rasul-Nya. Firman-Nya di dalam Al Quran:
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”(QS. An-Nisaa’: 59)
Ayat ini, mengingatkan umat Islam bahawa dalam mensyukuri nikmat kemerdekaan ini, umat Islam dituntutsupaya mentaati Allah SWT, mentaati Rasul-Nya dan ulil-amri, yakni orang yang berkuasa atau pemimpinyang taat melaksanakan perintah Allah SWT dan taat mengikuti Sunnah Rasul-Nya. Janganlah berbantahbantahan,jika berbantah-bantah juga, kembalilah kepada ajaran dan Syariat yang termaktub di dalam AlQuran dan Sunnah Rasulullah SAW untuk mencari jalan penyelesaian terbaik dan diberkati di sisi AllahSWT.
Jama’ah Jum’at Rohimakumulloh,
Nikmat Allah SWT teramat banyaknya, firman-Nya:
Maksudnya: “Dan jika kamu menghitung nikmat Allah (yang dilimpahkannya kepada kamu), tiadalah kamuakan dapat menghitungnya satu persatu, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mengasihani.” (QS. An-Nahl: 18)
Dalam Kitab Tafsir Pimpinan Ar-Rahman menghuraikan maksud ayat ini: Nikmat-nikmat Allah yang telah dilimpahkannya kepada umat manusia itu, bukan sahaja tidak dapat dihitung, tetapi juga manusia tidak dapat mengerjakan amal bakti sebagaimana yang sewajibnya untuk bersyukur akan limpah kurnia Allah yang tidak terhitung itu.
Ini maknanya nikmat Allah SWT yang kita nikmati selama hayat ini amat banyaknya.Tetapi sedikit pulaorang yang mau bersyukur.
Oleh yang demikian, marilah kita renungkan satu kisah di dalam Al Quran tentang sifat syukur seorangyang berilmu, Nabi Sulaiman AS dan Balqis, ketika diuji dengan nikmat, sebagaimana firman Allah SWT:
Maksudnya: “Berkata pula seorang yang mempunyai ilmu pengetahuan dari Kitab Allah: ‘Aku akanmembawakannya kepadamu dalam sekelip mata’. Setelah Nabi Sulaiman melihat singgahsana itu terletakdi sisinya, berkatalah dia: ‘Ini ialah dari limpah kurnia Tuhanku, untuk mengujiku adakah aku bersyukur atauaku tidak mengenang nikmat pemberian-Nya. Dan (sebenarnya) sesiapa yang bersyukur maka faedahsyukurnya itu hanyalah terpulang kepada dirinya sendiri dan sesiapa yang tidak bersyukur (maka tidaklah menjadi hal kepada Allah), kerana sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Pemurah”. (QS. An-Naml: 40)
Ayat ini, mengingatkan umat Islam supaya sentiasa bersyukur terhadap apa saja nikmat dan rahmat yang dikurniakan oleh Allah SWT termasuklah nikmat kemerdekaan ini. Dan nikmat itu merupakan ujian Allah SWT kepada umat Islam sama ada telah bersyukur atau tidak. Ketahuilah orang yang senantiasa bersyukur kepada Allah SWT, pasti akan mendapat balasan yang sebaik-baiknya. Manakala mereka yang tidak bersyukur dan ingkar durhaka kepada Allah SWT, pasti akan ditimpaazab siksa yang seburuk-buruknya.
Jama’ah Jum’at Yang Berbahagia,
Mensyukuri kemerdekaan dengan memelihara, mempertahankan dan memperkokoh kemerdekaan denganberpegang kepada Islam. Firman Allah SWT:
Maksudnya: “Dan berpegang teguhlah kamu sekalian kepada tali Allah (agama Islam) dan janganlah kamubercerai-berai…” (QS. Ali ‘Imran: 103)
Dalam ayat lain, Allah SWT menegaskan supaya taat kepada-Nya dan Rasul-Nya dan jangan berbantah-bantahan,firman-Nya:
“Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”(QS. Al-Anfal: 46)
Dengan merujuk mafhum ayat-ayat ini, dalam mesyukuri nikmat kemerdekaan ini umat Islam dianjurkansupaya berpegang teguh dengan ajaran dan Syariat Islam dan jangan bercerai-berai, kerana boleh menghilangkan kekuatan dan persatuan umat Islam. Kemudian sekiranya terdapat apa-apa jua perbedaan atau perselisihan dalam sesuatu perkara hendaklah kembali kepada Al Quran dan Sunnah Rasulullah SAW. Inilah sebaik-baik tindakan dan jalan yang menepati Syari’at Islam.
Jama’ah Jum’at Yang Budiman,
Demikianlah, Islam menganjurkan umatnya supaya sentiasa bersyukur terhadap segala macam nikmat dan rahmat yang dianugerahkan oleh Allah SWT, termasuklah nikmat kemerdekaan ini. Insya Allah melalui sifat suka bersyukur ini, kemerdekaan yang ada hari ini akan bertambah kebaikan dan seterusnya bertambah tambah lagi keberkatan serta kebahagian dalam kehidupan kita. Negara mendapat naungan limpahan rahmat keamanan, keselamatan, keberkatan dan keredhaan Allah SWT.
Mudah-mudahan kita termasuk dalam kalangan hamba-hamba Allah yang benar-benar bersyukur sertaakan memperolehi ganjaran dan balasan yang sebaik-baiknya di sisi Allah SWT, firman-Nya:
Maksudnya: “Apa gunanya Allah menyiksa kamu sekiranya kamu bersyukur (akan nikmat-Nya) serta kamuberiman (kepada-Nya) dan (ingatlah) Allah sentiasa membalas dengan sebaik-baiknya (akan orang yangbersyukur kepada-Nya) lagi Maha Mengetahui (akan hal keadaan mereka)”. (QS. An-Nisaa’: 147).
Mewaspadai Kufur Nikmat
Kufur nikmat merupakan lawan dari mensyukuri nikmat. Syukur adalah menampakkan pengaruh nikmat yang telah Allah berikan kepada seorang hamba dari hatinya dengan keimanan, dari lisannya dengan pujian dan dari anggota badannya dengan ibadah serta ketaatan
Nikmat yang Allah berikan kepada kita sangatlah banyak. Tidak ada seorangpun diantara kita yang mampu menghitungnya. Baik berupa harta, keluarga, kesehatan dan yang paling besar adalah nikmat hidayah iman dan islam. Sebagaimana yang Allah firmankan:
وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ
“Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya)” (QS. An Nahl: 53)
Dalam ayat ini, Allah Ta’ala memerintahkan kepada kita untuk bersyukur atas nikmat yang telah Allah berikan dan melarang kita untuk berbuat kufur. Bahkan di ayat yang lain Allah mengancam orang-orang yang berbuat kufur dengan adzab yang pedih. Sebagaimana dalam firman Nya : “… dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih” (QS. Ibrahim: 7)
Oleh karena itu wajib bagi kita untuk perhatian terhadap perkara yang penting ini, sehingga tidak menjadi golongan orang-orang yang kufur atas nikmat Allah dan dapat terhindar dari ancaman adzab yang pedih.
Definisi Kufur Nikmat
Kufur nikmat merupakan lawan dari mensyukuri nikmat. Syukur adalah menampakkan pengaruh nikmat yang telah Allah berikan kepada seorang hamba dari hatinya dengan keimanan, dari lisannya dengan pujian dan dari anggota badannya dengan ibadah serta ketaatan1. Sehingga seorang dapat dikatakan bersyukur jika terpenuhi tiga unsur :
- Hatinya meyakini bahwa semua nikmat yang didapatkan adalah berasal dari Allah
- Lisannya memuji Allah
- Anggota badannya digunakan untuk beramal sholeh.
Barangsiapa yang tidak merealisasikan ketiga perkara tersebut, maka ia telah terjatuh dalam kufur nikmat.
Tidak Mensyukuri Nikmat Kemerdekaan Menyebabkan Datangnya Adzab
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,
إِنَّ اللّهَ لاَ يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنْفُسِهِمْ
“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS. Ar Ra’d: 11)
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dengan sanadnya yang sampai kepada Jahm dari Ibrahim, ia berkata, “Allah mewahyukan kepada salah seorang Nabi dari para nabi Bani Israil, yang isinya, “Katakan kepada kaummu, “Sesungguhnya tidak ada penduduk suatu kampung dan penghuni suatu rumah yang sebelumnya berada di atas ketaatan kepada Allah, lalu beralih kepada maksiat, melainkan akan berubah keadaan yang sebelumnya mereka senangi kepada keadaan yang mereka benci.” Ia berkata, “Hal ini dibenarkan dalam kitabullah yang berbunyi, “Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.“ (QS. Ar Ra’d: 11)
Komentar Para Mufassir
(1)Menurut As Samarqandiy, maksud firman Allah Ta’ala, “Sesungguhnya Allah tidak merubah Keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri,“ adalah, bahwa Allah tidak akan merubah kenikmatan yang ada pada suatu kaum yang Allah berikan kepada mereka, sampai mereka merubah, yakni merubah diri mereka dengan meninggalkan sikap syukur[1].
Al Faqih Abul Laits rohimahulloh berkata, “Dalam ayat tersebut terdapat peringatan kepada semua manusia agar mengenali nikmat yang Allah berikan kepada mereka dan mensyukurinya agar kenikmatan itu tidak hilang dari mereka.”
(2)Menurut Ibnu Abi Zamanain, maksud firman Allah Ta’ala, “Sesungguhnya Allah tidak merubah Keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri,“ adalah bahwa Allah apabila mengutus seorang rasul kepada suatu kaum, lalu mereka mendustakannya, maka Allah akan membinasakan mereka[2].
(3)Menurut Abu Bakr Al Jaza’iri, maksud firman Allah, “Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri,“ adalah Allah tidak merubah keadaan suatu kaum yang sebelumnya berada dalam afiyah (keselamatan) dan nikmat kepada musibah dan adzab, sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.
Ia juga berkata tentang maksud ayat di atas, “Allah Ta’ala memberitahukan tentang salah satu sunnah (ketetapan) di antara sunnah-sunnah-Nya terhadap makhluk-Nya yang terus berlaku, yaitu, bahwa Dia tidaklah menyingkirkan nikmat yang Dia karuniakan kepada suatu kaum, baik berupa keselamatan, keamanan, maupun kelapangan yang disebabkan keimanan dan amal saleh mereka sampai mereka merubah keadaan mereka yang sebelumnya bersih kemudian dikotori oleh dosa dan tenggelam di dalam maksiat akibat berpaling dari kitab Allah, meremehkan syariat-Nya, menolak batasan-Nya, tenggelam dalam syahwat, dan menempuh jalan-jalan kesesatan.”
Kesimpulan QS. Ar Ra’d: 11
- Keadilan Allah Ta’ala, bahwa Dia tidak memberikan hukuman tanpa adanya dosa.
- Kemaksiatan merupakan penyebab dicabutnya nikmat sebagaimana ketaatan merupakan penyebab tetapnya nikmat.
- Musibah dan tercabutnya nikmat bisa saja terjadi karena tindakan kemaksiatan orang lain ketika orang yang mampu mengingkari malah membiarkan
- Kemerdekaan termasuk nikmat dan rahmat dari Allah SWT wajib disyukuri dengan menegakkan syari’at Allah sehingga terwujudnya keadilan dan kesejahteraan penduduk negeri yang pandai bersyukur.
- Bencana alam seperti banjir, tanah longsor, krisis ekonomi, krisis keadilan merupakan musibah sebagai peringatan kepada penduduk negeri yang kurang mensyukuri nikmat kemerdekaan, menolak diberlakukannya hukum Allah.
- Solusi menyelamatkan Indonesia dari bahaya dan musibah dengan mensyukuri nikmat kemerdekaan dengan menegakkan hukum Islam sehingga Indonesia akan menjadi negeri yang baik dan diridhoi Allah SWT.
Wallahu a’lam, wa shallallahu ‘alaa nabiyyinaa Muhammad wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُوْا اللهَ لِيْ وَلَكُمْ
Wallahul muwaffiq.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَالْعَصْرِ، إِنَّ الإِنسَانَ لَفِيْ خُسْرٍ، إِلاَّ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ
KHUTBAH KEDUA
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
جَمَاعَةَ الْجُمُعَةِ، أَرْشَدَكُمُ اللهُ. أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهُ، وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا وَيَرْزُقُهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ، وَمَن يَتَّقِ اللهَ يُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ.اَللَّهُمَ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ.اَللَّهُمَّ انْصُرِ الْمُجَاهِدِيْنِ فِيْ كُلِّ مَكَانٍ وَزَمَانٍ
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ.رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ اْلأَبْرَارِ.رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَّسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا، رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِن قَبْلِنَا، رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ، وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنتَ مَوْلاَنَا فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.اَللَّهُمَّ إِنَا نَسْأَلُكَ رِضَاكَ وَجَنَّتَكَ وَنَسْأَلُكَ شَهَادَةً فِيْ سَبِيْلِكَ.اَللَّهُمَّ أَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَالْمُبْتَدِعَةَ وَالْمُشْرِكِيْنَ أَعْدَائَكَ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ
اَللَّهُمَّ شَتِّتْ شَمْلَهُمْ وَمَزِّقْ جَمْعَهُمْ وَزَلْزِلْ أَقْدَامَهُمْ وَأَلْقِ فِيْ قُلُوْبِهِمُ الرُّعْبَ.اَللَّهُمَّ عَذِّبْهُمْ عَذَابًا شَدِيْدًا وَحَسِّبْهُمْ حِسَابًا ثَقِيْلاً.رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ