Khutbah Jumat Edisi 128: “Kobarkan Semangat Jihad Menyongsong Ramadhan”
Materi Khutbah Jumat Edisi 128 tanggal 22 Sya’ban 1438 H ini dikeluarkan oleh
Sariyah Da’wah Jama’ah Ansharusy Syari’ah dapat download di:
Kobarkan Semangat Jihad Menyongsong Ramadhan
(Dikeluarkan Oleh Sariyah Dakwah Jama’ah Ansharusy Syari’ah)
KHUTBAH PERTAMA
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ وَلاَ رَسُوْلَ بَعْدَهُ، قَدْ أَدَّى اْلأَمَانَةَ وَبَلَّغَ الرِّسَالَةَ وَنَصَحَ اْلأُمَّةَ وَجَاهَدَ فِيْ سَبِيْلِهِ حَقَّ جِهَادِهِ
اَلصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا الْمُصْطَفَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ سَلَكَ سَبِيْلَهُ وَاهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.رَبِّ اشْرَحْ لِيْ صَدْرِيْ وَيَسِّرْ لِيْ أَمْرِيْ وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِيْ يَفْقَهُوْا قَوْلِيْ
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. وَقَالَ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. وَقَالَ: وَتَزَوَّدُوْا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى
وَقَالَ النَّبِيُ: اِتَّقِ اللهَ حَيْثُ مَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بَخُلُقٍ حَسَنٍ. (رواه الترمذي، حديث حسن)
Jamaah Jum’at hamba Allah yang dirahmati Allah SWT.
Pada kesempatan yang berbahagia ini, saya berwasiat kepada diri saya sendiri dan kepada saudara-saudara sekalian, marilah kita tingkatkan Islam, iman dan taqwa kita kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala karena hanya dengan Islam, iman dan taqwa itulah kita akan mendapatkan kebahagiaan baik di dunia terlebih lagi Insya Allah di akhirat
Beberapa hari lagi, insya Allah, kita akan kedatangan tamu yang mulia lagi terhormat, bulan Ramadhan yang mubarak yang selalu dirindukan kedatangannya dan disayangkan kepergiannya. Betapa tidak, bagi muslim sejati Ramadhan adalah kekasih hati, ia bagaikan darah segar yang membangkitkan kembali semangat dan gairah yang mulai mengendor. Dialah syahrul mubarak, bulan yang penuh berkah dan ampunan. Hanya orang-orang munafiq, fasiq dan zhalim yang apatis dan mengabaikan kehadiran Ramadhan, bahkan mereka mencela, membenci, dan menganggapnya sebagai beban berat, pengekang hawa nafsu yang selama ini diperturutkan. Mereka tidak segan-segan makan dan minum di depan mereka yang tengah melaksanakan shiyam (puasa). Bahkan mereka dengan seenaknya berpesta pora dengan dosa dan kemaksiatan, wal’iyaadzu billah.
Namun demikian kita kita tetap harus bersyukur, masih mayoritas dari kaum Muslimin melaksanakan puasa, meski harus kita akui dengan jujur bahwa masih banyak pula di antara mereka yang belum tepat dalam menyambut dan mengisi hari-hari yang penuh berkah tersebut. Bahkan masih banyak di kalangan kaum Muslimin yang belum mengerti hakikat dan keutamaan ibadah di bulan Ramadhan.
KEUTAMAAN BULAN RAMADHAN
Dari Ubadah bin AshShamit, bahwa Rasulullah bersabda: “Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan keberkahan, AIlah mengunjungimu pada bulan ini dengan menurunkan rahmat, menghapus dosa-dosa dan mengabulkan do’a. Allah melihat berlomba-lombanya kama pada bulan ini dan membanggakanmu kepada para malaikat-Nya, maka tunjukkanlah kepada Allah hal-hal yang baik dari dirimu. Karena orang yang sengsara ialah yang tidak mendapatkan rahmat Allah di bulan ini. ” (HR. Ath-Thabrani dan para periwayatnya terpercaya).
Ramadhan Bulan Perjuangandan Kemenangan
Bulan Ramadhan yang kita lalui dengan tiada makan dan minum, kadang kala membuat umat Islam bermalas-malasan di saat bulan Ramadhan dan menurunkan aktivitas dan produktivitas. Jika kita fikirkan, memang benar badan orang berpuasa akan jauh lebih lemah dibandingkan dengan yang tidak berpuasa.
Namun secara historis, hal tersebut tidak terjadi dengan para sahabat. Energi spiritual puasa yang mereka miliki bisa membalik itu semua. Orang yang berpuasa mampu mengeluarkan kekuatan yang luar biasa. Inilah fakta sejarah yang tidak bisa dipungkiri dan telah mereka ukir dengan gemilang sebagai pelajaran bagi kita semua saat ini.
Para sahabat dan generasi sesudahnya, menjadikan Ramadhan sebagai momentum semakin semangat memperjuangkan Islam. Mereka tidak beruzlah menyendiri di sudut-sudut masjid atau terus menerus berdzikir bagi dirinya sendiri, namun mereka maju dan menjadi orang yang terdepan dalam dakwah dan Jihad demi kemuliaan Islam dan kaum muslimin. Perilaku seperti ini telah ditanamkan sejak masa Nabi .
Tercatat sejumlah peristiwa penting pada bulan Ramadhan. 17 bulan setelah hijrah Nabi mengirimkan detasemen Hamzah yang membawa bendera pertama yang diserahkan Nabi . Detasemen ini dikirim untuk menghadang rombongan kaum Quraisy yang datang dari Syam menuju Makkah. Perang Badar Kubra yang disebut dalam Al-Qur’an sebagai Yaum Al-Furqan (hari Pembeda) meletus pada hari Jum’at, 17 Ramadhan 2 Hijriyah. Jumlah pasukan kaum muslimin saat itu hanya 313 sementara pasukan kaum kafir Quraisy berjumlah 1000 orang. Dalam peristiwa ini pasukan kaum muslimin dibantu oleh 5.000 malaikat Allah Ta’ala berfirman: “Ya (cukup), jika kamu bersabar dan bersiap-siaga, dan mereka datang menyerang kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu dengan lima ribu Malaikat yang memakai tanda.” (QS. Ali Imran: 125).
Pada tahun 8 H Rasul dan para sahabat berhasil menaklukkan kota Makkah tepat hari ke-10 di bulan Ramadhan. 28 Ramadhan 92 H pasukan kaum muslimin berhasil menaklukkan Andalusia (yang sekarang disebut Spanyol) dipimpin oleh panglima Thariq bin Ziyad.
Banyak lagi peristiwa dakwah dan jihad yang terjadi di bulan Ramadhan. Kaum muslimin sejak generasi pertama menyadari betul betapa besar pahala di bulan Ramadhan. Makanya mereka pun beramal tidak ala kadarnya. Merekapun memilih amalan-amalan yang tergolong berat demi mendapatkan pahala yang jauh lebih besar.
Fitnah Yang Menimpa Umat Islam
Jika para sahabat sedemikian rupa memperjuangkan Islam di bulan Ramadhan, lalu bagaimana dengan kita saat ini? jika melihat kondisi umat Islam di masa sekarang, tantangan kaum muslimin sebenarnya tidak kalah beratnya. Kaum muslimin di seluruh dunia menghadapi berbagai persoalan pelik. Di berbagai belahan dunia umat Islam mengalami ketertindasan secara fisik dan penjajahan secara pemikiran baik dalam bidang politik, ekonomi, dan sebagainya. Meskipun tinggal di negara yang melimpah sumber daya alamnya tapi harus menelan pahitnya penderitaan, krisis ekonomi, kelaparan, dan kemiskinan yang tiada berkesudahan.
Akhir Zaman; Ketika Parameter Menilai Kebenaran Telah Berubah
Hingga datangnya era khulafaur rasyidin, apa yang beliau nubuwatkan juga masih belum terbayang. Namun, nubuwat itu terus berlanjut dan diriwayatkan secara turun-temurun. Hingga akhirnya kita –sebagai manusia akhir zaman- mendengar dan menyaksikan kebenaran nubuwat tersebut. Sebagian kita menyimpulkan, boleh jadi inilah zaman yang telah dinubuwatkan, zaman yang para penguasanya berkata bukan berdasar landasan ilmu dan berbuat bukan berdasar landasan ilmu. Bagaimana bisa disebut berilmu jika mereka menolak hukum Allah dan Rasul-Nya sebagai sumber dari segala sumber ilmu. Bukankah hanya orang yang takut kepada Allah saja yang layak mendapat predikat berilmu (ulama)?.
Nampaknya, inilah zaman yang paling tepat untuk menggambarkan bagaimana para pemimpinnya menjadikan penjahat dan preman sebagai teman dekat. Menjadikan pembunuh berdarah dingin sebagai backing dan pada saat yang sama menjadikan para ulama sebagai objek buruan. Mereka juga melarang yang makruf dan memerintah yang munkar; jilbab dilarang sementara minuman kerasdi legalkan.Inilah masa yang kita diingatkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam untuk menjauhi mereka. Rasul SAW bersabda, ”Benar-benarakan datang kepada kalian suatu zaman yang para penguasanya menjadikan orang-orang jahat sebagai orang-orang kepercayaan mereka dan mereka menunda-nunda pelaksanaan shalat dari awal waktunya. Barangsiapa mendapati masa mereka, janganlah sekali-kali ia menjadi seorang penasehat, polisi, penarik pajak, atau bendahara bagi mereka.” Dalam riwayat lain disebutkan, “Barangsiapa menjadi penasehat mereka, pembantu mereka, dan pendukung mereka, berarti ia telah binasa dan membinasakan orang lain. “ [HR. Ibnu Hibban, Silsilah al-Ahadits al-Shahihah no. 360]
Terjadi di era pemimpin yang menggigit atau penguasa diktator?
Banyak ulama yang menjelaskan bahwa kaum muslimin yang mengalami zaman fitnah itu hendaklah bersabar dan tetap mentaati para pemimpinnya selama bukan dalam kemaksiatan.
Hal itu sebagaimana yang disebutkan dalam riwayat Salamah bin Yazid Al-Ju‘fi,
Rasulullah bersabda, “Kalian dengarkan dan taati perintah para pemimpin itu.
Mereka hanya bertanggung-jawab atas dosa mereka dan kalian juga hanya bertanggung-jawab atas dosa kalian.” [HR. Muslim, hadits no. 1846]
Ketika Umat Islam Mengadopsi Sistem Persi dan Romawi
Muncul persoalan baru tentang status penguasa saat ini, apakah mereka yang dimaksud dengan hadits-hadits di atas ataukah riwayat tersebut mengacu pada masa kepemimpinan sebelumnya? Seperti yang termuat dalam riwayat Ahmad bahwa fase kaum muslimin akan berlangsung dalam lima periode; nubuwah, khilafah rasyidah, mulkan adhan, mulkan jabriyah dan terakhir khilafah rasyidah. Kita pasti sepakat bahwa saat ini kita hidup di era mulkan jabriyah, era penguasa diktator yang tidak lagi menjalankan syari’at Islam sebagai dasar hukum bernegara.
Lebih tepatnya, para penguasanya menolak kalau negerinya disebut dengan negara Islam. Sementara para salaf yang berbicara tentang keharusan taat –dalam hal makruf- kepada penguasa dzalim, selalunya dalam kontek penguasa mulkan adhan, dimana mereka semua menjadikan syari’at Allah sebagai dasar hukum bernegaranya.
Ringkasnya, jika terhadap penguasa dzalim yang menjadikan syari’at Islam sebagai dasar negaranya kita diperintahkan untuk menjauhinya dan waspada akan bahaya fitnahnya. Lalu, bagaimana sikap seorang muslim terhadap penguasa diktator yang menolak syari’at Islam bahkan memeranginya?*
MEMPERJUANGKAN ISLAM
Allah Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ حَرِّضِ الْمُؤْمِنِينَ عَلَى الْقِتَالِ إِنْ يَكُنْ مِنْكُمْ عِشْرُونَ صَابِرُونَ يَغْلِبُوا مِائَتَيْنِ وَإِنْ يَكُنْ مِنْكُمْ مِائَةٌ يَغْلِبُوا أَلْفًا مِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَا يَفْقَهُونَ
“Hai Nabi, Kobarkanlah semangat Para mukmin untuk berperang. jika ada dua puluh orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. dan jika ada seratus orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan seribu dari pada orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti[1].” (QS. Al-Anfal: 65)
Mari kita kembali lagi pada penuturan dalil-dalil dan sebab-sebab yang mengharuskan umat untuk meniti jalan jihad dalam rangka memulai kehidupan yang Islamiy dan penegakkan khilafah rasyidah.
Seandainya kita mau menelusuri nash-nash yang ada dalam Al Kitab dan As Sunnah yang memerintahkan untuk jihad, menyemangati terhadapnya dan mewajibkannya terhadap umat, tentulah bahasannya menjadi panjang dan tentu mengharuskan kita menulis berjilid-jilid. Bagaimana tidak, sedangkan dua pertiga Al Qur’an Al Karim kurang lebih mendorong untuk jihad dan memerintahkannya, di samping ribuan hadits-hadits Nabi yang tercantum dalam Kitab-kitab As Sunan dan Atsar yang menyemangati terhadap itu.
Dan saya memandang dalam uraian yang lalu tentang penuturan dalil-dalil terdapat kadar yang cukup bagi orang yang menginginkan al haq dan mencarinya tanpa debat dan jidal dalam kebatilan, supaya kita pindah pada sebab kedua yang mengharuskan umat untuk meniti jalan jihad, dan ia adalah sebagai berikut :
Di antara sebab yang membawa kita untuk mengatakan bahwa jihadlah jalan yang wajib dilalui oleh umat, adalah bahwa al bathil dengan segala aliran dan persatuannya – yang dipersenjatai dengan segala sebab-sebab kekuatan materi tidak pernah dan tidak akan membiarkan bagi al haq dan pemeluknya untuk hidup mulia, dan tidak pula dengan sekedar bertahan dan ada dalam kehidupan –bila itu memungkinkannya– apalagi membiarkannya bisa memulai kehidupannya yang Islamiy atau menegakkan daulah dan khilafahnya yang islamiy.
Kebatilan –semenjak Allah menciptakan iblis dan Adam hingga hari kiamat– selalu berperang dengan al haq dan pemeluknya, dan ia lihai dalam menyiksa, menyembelih dan mencincang, ia tidak akan tenang dan tidak akan berhenti membunuh dan memerangi kecuali dengan menghabisi secara tuntas terhadap Al haq dan pemeluknya, atau dengan mengeluarkan mereka dari dien dan millahnya serta memasukkannya dalam dien al bathil dan millahnya. Ia terhadap al haq tidak memiliki pilihan lain ketiga diluar dua pilihan ini… yaitu dibunuh dan dihalang-halangi serta dikembalikan dari dien mereka.
Dengan hal ini dalil-dalil Al Kitab dan As-Sunnah telah mengatakan, dan juga dalil-dalil waqi’ yang digeluti.
Adapun dalil-dalil nash syar’iy maka Allah SWT telah berfirman:
وَلَا يَزَالُونَ يُقَاتِلُونَكُمْ حَتَّى يَرُدُّوكُمْ عَنْ دِينِكُمْ إِنِ اسْتَطَاعُوا
“Dan mereka senantiasa memerangi kalian sampai mereka mengembalikan kalian dari dien kalian (kepada kekafiran), bila mereka mampu.” (QS. Al-Baqarah: 217).
Ayat ini menunjukkan pada suatu yang tidak membiarkan peluang bagi keraguan atau kebimbangan, yaitu bahwa kafirin senantiasa melakukan peperangan dan pertempuran terhadap kaum muslimin –selama mereka memiliki kesempatan– yang tidak akan berhenti dan tidak akan surut. Tujuan mereka darinya adalah menghalang-halangi muslimin dari dien mereka serta mengembalikan mereka ke jahiliyyah pertama.
Mereka dalam peperangan terus terhadap kaum muslimin, baik kaum muslimin menghadapi mereka dengan sikap yang sama ataupun tidak…!!
Allah Ta’ala berfirman:
كَيْفَ وَإِنْ يَظْهَرُوا عَلَيْكُمْ لَا يَرْقُبُوا فِيكُمْ إِلًّا وَلَا ذِمَّةً
“Bagaimana bisa (ada perjanjian dari sisi Allah dan Rasul-Nya dengan orang-orang musyrikin), padahal jika mereka memperoleh kemenangan terhadap kamu, mereka tidak memelihara hubungan kekerabatan terhadap kamu dan tidak (pula mengindahkan) perjanjian.” (QS. At-Taubah: 8).
Ayat yang mulia ini memberikan faidah bahwa kafirin bila mendapatkan kemenangan dan keleluasaan atas kaum muslimin, maka sesungguhnya mereka dalam menindak kaum muslimin tidaklah menjaga hubungan kekerabatan dan tidak pula menjaga kehormatan apa yang ada di antara mereka dengan muslimin berupa perjanjian dan kesepakatan yang mengharamkan tindakan aniaya. Dan justeru biasanya kemenangan dan kejayaan mereka ini membuat mereka berani untuk melanggar, menumpahkan darah dan memperkosa banyak kehormatan…!
Ini adalah dalil-dalil nash syar’iy yang menjelaskan sikap Ahlul bathil terhadap Ahlul haq sepanjang sejarah dan di setiap tempat, sikap yang jelas lagi nyata yang tidak bisa ditutupi dan tidak ada penyimpangan; dibunuh, diusir dan dikejar atau riddah dari dien. Maka apakah realita membuktikan dan membenarkan hal itu, maka kita akan memberikan sekilas tentang realita yang digeluti!
Adapun dalil-dalil realita yang digeluti dan diraba, maka ia tidak keluar setapak jaripun dari apa yang ditetapkan ayat-ayat tadi dan dari apa yang ditunjukkan nash-nash syar’iy.
Dan disini kami tidak ingin mengisyaratkan kepada sikap ajaran-ajaran kufur dan bathil dari al haq dan pemeluknya sepanjang sejarah yang jauh atau dekat, kami tidak ingin mengisyaratkan kepada pembunuhan yang dilakukan Banu Israil terhadap para nabi dan rasul, kami tidak ingin mengisyaratkan pada perang-perang salib modern dan dahulu yang menguasai negeri kaum muslimin, kami tidak ingin mengisyaratkan kepada kebejatan dan penodaan kehormatan yang dilakukan Tar-tar. Kami tidak ingin menuturkan kejadian-kejadian sejarah baik yang jauh atau yang dekat yang menjelaskan politik pembumihangusan yang dilakukan al bathil dengan segala kelompok dan alirannya terhadap al haq dan pemeluknya!
Kami tidak menginginkan itu semuanya, akan tetapi kami ingin mengisyaratkan pada sikap kebatilan modern pada zaman kita ini terhadap al haq dan para pemeluknya. Kebatilan yang maju yang mengibarkan syiar HAM, kebatilan masa kini yang mengumumkan secara palsu dan dusta –lewat PBB dan yang lainnya– bahwa ia hidup di zaman yang tidak ada tempat di dalamnya untuk peperangan, persekongkolan dan tipu muslihat, zaman perdamaian maz’um (yang diklaim) yang meliputi seluruh bangsa dan anak manusia dengan berbagai corak, agama dan suku bangsa mereka…!.
Kebatilan yang bersaing terhadap persenjataan dan penciptaan senjata-senjata pemusnah dari satu sisi dan mengumumkan perdamaian bagi bangasa-bangsa yang terbius lagi tertindas lagi terjajah dari sisi lain…!!
Kita mulai pertamanya dari Palestina yang muslim yang dirampas oleh kelompok-kelompok zionis Yahudi semenjak separoh abad yang lalu, mereka membunuh anak-anaknya, mereka biarkan hidup wanita-wanitanya dan mereka memenjarakan para pemudanya… disamping politik deportasi dan tajwi’ (pemboikotan agar tidak dapat makan) yang mereka berlakukan terhadap penduduknya, yang menyebabkan pengusiran dan pendeportasian lebih dari sejuta muslim, mereka terkatung-katung di bumi tanpa ketenangan dan tempat tinggal tetap…!
Semua itu terjadi di depan penglihatan dan pendengaran dari al bathil yang maju lagi modern yang menyerukan pada perdamaian, bahkan ia mengklaim perdamaian…!!
Allah Ta’ala:
إِلَّا تَنْفِرُوا يُعَذِّبْكُمْ عَذَابًا أَلِيمًا وَيَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ وَلَا تَضُرُّوهُ شَيْئًا وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Jika kamu tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyiksa kamu dengan siksa yang pedih dan digantinya (kamu) dengan kaum yang lain, dan kamu tidak akan dapat memberi kemudharatan kepada-Nya sedikitpun. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. At Taubah: 39).
Yaitu bila kalian tidak keluar untuk jihad dan qital, tentu Dia mengadzab kalian dengan adzab yang pedih, sedangkan adzab yang ada dalam ayat itu mencakup adzab dunia dengan kehinaan dan kenistaan serta pembayaran pajak-pajak yang amat besar, dan juga adzab akhirat, sedangkan ia lebih dahsyat dan lebih pedih.
Dan dalam hadits telah sah dari Nabi saw, bahwa beliau berkata: “Siapa yang tidak berperang, atau (tidak) menyiapkan orang yang berperang, atau (tidak) menggantikan orang yang berperang di tengah keluarganya dengan baik, maka Allah menimpakan kepadanya goncangan sebelum hari kiamat.” (Shahih Sunan Abu Dawud: 2185).
Orang muslim itu tidak memiliki pilihan kecuali satu dari yang tiga: Berperang dan terjun langsung qital dan jihad, atau menyiapkan orang untuk berperang dan mencukupinya segala perbekalan materi, atau ia menggantikan para mujahidin di tengah keluarganya dan anak-anaknya dengan baik, dimana dia memperhatikan mereka dengan pelayanan dan penjagaan sampai waktu kepulangan para mujahidin itu ke tengah keluarganya. Sedangkan orang yang paling utama derajatnya dan paling tinggi kedudukannya di sisi Allah Ta’ala adalah orang yang menggabungkan antara ketiga macam pilihan tersebut.
Selain ketiga pilihan itu baginya tidak ada pilihan lain kecuali pilihan adzab, dan penungguan turunnya goncangan-goncangan yang dahsyat padanya baik sekarang atau nanti.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُوْا اللهَ لِيْ وَلَكُمْ
Wallahul muwaffiq.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَالْعَصْرِ، إِنَّ الإِنسَانَ لَفِيْ خُسْرٍ، إِلاَّ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ
KHUTBAH KEDUA
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
جَمَاعَةَ الْجُمُعَةِ، أَرْشَدَكُمُ اللهُ. أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهُ، وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا وَيَرْزُقُهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ، وَمَن يَتَّقِ اللهَ يُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ.اَللَّهُمَ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ.اَللَّهُمَّ انْصُرِ الْمُجَاهِدِيْنِ فِيْ كُلِّ مَكَانٍ وَزَمَانٍ
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ.رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ اْلأَبْرَارِ.رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَّسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا، رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِن قَبْلِنَا، رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ، وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنتَ مَوْلاَنَا فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.اَللَّهُمَّ إِنَا نَسْأَلُكَ رِضَاكَ وَجَنَّتَكَ وَنَسْأَلُكَ شَهَادَةً فِيْ سَبِيْلِكَ.اَللَّهُمَّ أَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَالْمُبْتَدِعَةَ وَالْمُشْرِكِيْنَ أَعْدَائَكَ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ
اَللَّهُمَّ شَتِّتْ شَمْلَهُمْ وَمَزِّقْ جَمْعَهُمْ وَزَلْزِلْ أَقْدَامَهُمْ وَأَلْقِ فِيْ قُلُوْبِهِمُ الرُّعْبَ.اَللَّهُمَّ عَذِّبْهُمْ عَذَابًا شَدِيْدًا وَحَسِّبْهُمْ حِسَابًا ثَقِيْلاً.رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
[1]Maksudnya: mereka tidak mengerti bahwa perang itu haruslah untuk membela keyakinan dan mentaati perintah Allah. mereka berperang hanya semata-mata mempertahankan tradisi Jahiliyah dan maksud-maksud duniawiyah lainnya.