Khutbah Jumat Edisi 132: “Hijrah Pasca Ramadhan”
Materi Khutbah Jumat Edisi 132 tanggal 28 Ramadhan 1438 H ini dikeluarklan oleh
Sariyah Da’wah Jama’ah Ansharusy Syari’ah dapat download di:
Hijrah Pasca Ramadhan
(Dikeluarkan Oleh Sariyah Dakwah Jama’ah Ansharusy Syari’ah)
KHUTBAH PERTAMA
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ وَلاَ رَسُوْلَ بَعْدَهُ، قَدْ أَدَّى اْلأَمَانَةَ وَبَلَّغَ الرِّسَالَةَ وَنَصَحَ اْلأُمَّةَ وَجَاهَدَ فِيْ سَبِيْلِهِ حَقَّ جِهَادِهِ
اَلصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا الْمُصْطَفَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ سَلَكَ سَبِيْلَهُ وَاهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.رَبِّ اشْرَحْ لِيْ صَدْرِيْ وَيَسِّرْ لِيْ أَمْرِيْ وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِيْ يَفْقَهُوْا قَوْلِيْ
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. وَقَالَ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. وَقَالَ: وَتَزَوَّدُوْا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى
وَقَالَ النَّبِيُ: اِتَّقِ اللهَ حَيْثُ مَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بَخُلُقٍ حَسَنٍ. (رواه الترمذي، حديث حسن)
Jamaah Jum’at hamba Allah yang dirahmati Allah SWT.
Segala puji bagi Allah SWT, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya.
Khotib berwasiat kepada diri sendiri khususnya dan jama’ah sekalian marilah kita bertaqwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa, semoga kita akan menjadi orang yang istiqamah sampai akhir hayat kita.
MA’ASYIROL MUSLIMIN RAHIMANI WA RAHIMUKUMULLAH!!!
Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi kita Muhammad Shallallahu ’Alaihi Wasallam, keluarga dan sahabatnya.
Ramadhan akan meninggalkan kita
SEMAKIN ke sini, dimana bulan Ramadhan telah bertenggat waktu semakin dekat ke garis akhir, sejatinya membuat kita terasa lebih dekat dalam tautan hati dengan Ilahi Rabbi, indah bersemi, jiwa lapang bak berbinar mentari.
Seolah cahaya-Nya mendekap dalam jiwa setiap lantunan doa hamba-Nya disela qiyamurramadhan di gulita malam.
Keindahan dan keistimewaan Ramadhan mengahantarkan jiwa meresapi keagungan Penguasa Semesta Raya. Puasa yang terjaga, qiyamurramadhan yang ditegakkan, qiraah al-Quran, infaq, dan zakat yang ditunaikan, serta itikaf di sepuluh terakhir.
Itu, In sya Allah, semakin meyakinkan perjalanan kehidupan setahun ke depan akan lebih tertata dalam meraih kemenangan hakiki untuk kehidupan ukhrowi sekaligus.
Saudaraku yang tercinta..dan saudariku muslimah..
Marilah kita mengkaji kondisi kita setelah berlalunya bulan suci Ramadhan, dan marilah kita memohon kepada Nya agar bulan itu menjadi bulan yang bermanfaat bagi kita.
Pembahasan pertama: apa yang telah kita dapatkan selama berada dalam bulan suci Ramadhan??
Ramadhan yang penuh barokah telah berlalu, ia pergi bersama hari-harinya yang indah dan malam-malamnya yang semerbak. Kita telah berpisah dengan bulan Al-Qur’an, bulan penuh ketaqwaan, bulan pengasah kesabaran, bulan jihad, bulan kasih sayang, bulan ampunan dan bulan keselamatan dari api neraka. Dan sudah sepatutnya jika perkara-perkara diatas itu harus diperhatikan, bukan hanya pada bulan Ramadhan saja. Karena setiap hari, setiap saat kita bisa mendapatkan kasih sayang Allah dan Ampunannya. Setiap saat, ketakwaan tetap bisa didapatkan dan berakhlaq dengan Al-qur’an. Akan tetapi pada bulan Ramadhan pahala menjadi berlipat ganda, kebaikan pun bertambah, dan ketaatan pun berkembang.
قال الله تعالى: ﴿ وَرَبُّكَ يَخۡلُقُ مَا يَشَآءُ وَيَخۡتَارُۗ ﴾ ]القصص:67[
“dan Tuhanmulah yang menciptakan apapun yang Ia kehendaki dan memilihnya” (QS. Al-Qoshosh: 67)
Nah, apakah kita telah menyempurnakan ketaqwaan kita, dan kita berhasil belajar di bulan Ramadhan serta mendapat predikat sebagai orang yang bertakwa?
Apakah kita telah berhasil mendidik jiwa kita segala macam bentuk jihad? Apakah kita telah berhasil menundukkan jiwa-jiwa kita, syahwat-syahwat kita dan memperoleh kemenangan? Ataukah justru sebaiknya kita telah dikalahkan oleh kebiasaan kita, atau taqlid yang buruk? Dan apakah kita bersungguh-sungguh dalam beramal karena ingin mendapatkan rahmat dan ampunan dari Allah serta selamat dari api neraka?
Apakah…apakah..dan apakah??
Begitu banyak pertanyaan, begitu sarat pemikiran, mengetuk setiap hati seorang muslim yang tulus. Jiwanya bertanya dan menjawabnya dengan jujur dan jelas.
Lalu, Apakah yang telah kita dapatkan selama bulan Ramadhan?
Ramadhan adalah sebuah sarana belajar imaniyyah, ia adalah pemberhentian spiritual untuk menyongsong kembali tahun yang tersisa, dan mempertajam kembali cita-cita di usia yang masih tersisa.
Barangsiapa yang peka terhadap pelajaran yang ada, memperhatikan, dan mampu mengambil faedahnya, pasti bisa merubah dirinya dan merubah kehidupanmu, lalu siapa yang tidak melakukannya pada bulan Ramadhan?
Padahal bulan Ramadhan adalah sarana yang tepat untuk perubahan, didalam bulan tersebut seharusnya kita bisa merubah tindak tanduk kita, perilaku kita, adat istiadat dan moral kita yang bertentangan dengan syariat Allah ‘Azza wa Jalla.
قال الله تعالى: ﴿ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوۡمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنفُسِهِمۡۗ﴾
“Allah tidaklah merubah suatu kaum sehingga mereka mampu merubah diri mereka sendiri” (QS. Ar-Ra’d: 11)
Pembahasan kedua : Janganlah menjadi seperti orang merusak hasil rajutannya sendiri!!!
Saudaraku yang tercinta dan saudariku muslimah..
Jika kalian termasuk orang yang bisa mengambil faedah selama bulan Ramadhan, sehingga mencapai predikat orang-orang yang bertakwa maka puasa kalian bagus, dan Shalat kalian benar-benar terjaga, dan kalian telah bersungguh-sungguh dalam memelihara jiwa kalian dibulan Ramadhan ini. Untuk itu bersukurlah Allah dengan memujinya, dan mohon agar tetap seperti itu hingga ajal menjemput.
Hati-hatilah dengan yang namanya “merusak kembali rajutan yang telah jadi”. Tidakkah kalian tahu jika seorang wanita itu merajut (menenun) benang sehingga menjadi gamis ataupun baju, hingga kemudian ia menjadi takjub setiap kali melihatnya. Lalu tiba-tiba dia memotong sebagian benangnya, dan merusak rajutannya tersebut sedikit demi sedikit tanpa sebab.
Lalu apa pendapat orang terhadap orang yang begitu??
Demikianlah keadaan orang kembali kepada kemaksiatan, dosa dan pergaulan yang tidak sehat. Mereka tidak lagi mempedulikan ketaatan kepada Allah, mereka tidak lagi beramal yang sholeh setelah Ramadhan berlalu. Setelah merasakan kenikmatan taat, dan lezatnya mendekatkan diri kepada Allah ia terjerumus kembali kedalam lumpur dosa dalam lembah kemaksiatan. Maka amatlah buruk mereka yang hanya mengenal Allah ketika bulan Ramadhan saja.
Saudaraku yang tercinta, yang demikian itu tidak asing lagi bagi kebanyakan manusia, berikut ini sebagian contoh kecil dari sekian banyak contoh yang ada:
Kita melihat kebanyakan manusia sudah melalaikan kembali pentingnya shalat berjamaah meskipun baru hari pertama setelah hari raya, padahal sebelumnya mereka memadati masjid-masjid untuk shalat tarawih yang jelas-jelas shalat itu hukumnya sunnah. Sementara untuk shalat lima waktu yang wajib dan bahkan orang yang meninggalkannya dihukumi kafir masih jarang sekali peminatnya.
Hijrah Pasca Ramadhan
Umat Islam diperintahkan untuk senantiasa belajar dari masa lalu, terutama dari sejarah kehidupan Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Dan pada kesempatan memulai tahun baru hijriah ini yang paling tepat adalah belajar mengamalkan makna hijrah dan implikasinya dalam kehidupan sehari-hari.
Hijrah secara umum artinya meninggalkan segala macam bentuk kemaksiatan dan kemungkaran, baik dalam perasaan (hati), perkataan dan perbuatan. Namun secara khusus adalah pindahnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan para sahabatnya dalam rangka menyelamatkan iman dan Islam serta membangun peradaban baru di tempat baru.
Makna Hijrah akan selalu hidup dalam diri orang-orang yang beriman. Hidup karena mereka selalu menghayati nilai-nilainya dan mengamalkan pesan-pesan moralnya. Bagi mereka peristiwa yang pernah dilakukan Rasulullah SAW itu bukanlah kejadian biasa, melainkan menjadi sebuah tuntunan, yang harus senantiasa direnungkan maknanya dan diamalkan ibrahnya. Sayyidina Umar bin Khattab Rodhiallahu ‘Anhu pernah menyatakan, “Alhijrotu farraqot baynal haqq wal bathil faarikhuuhaa” (Hijrah itu membedakan antara yang benar dengan yang salah, karena itu jadikanlah penanggalan kalian.. )
Di saat hijrah dari Makkah ke Madinah 14 abad yang lampau tergambar dengan jelas perjuangan dan pengorbanan Rasulullah SAW berserta sahabat-sahabatnya Radhiallahu ‘anhum untuk mempertahankan risalah Islam. Tak terbayang bagaimana penderitaan yang harus ditanggung ketika di siang hari yang sangat panas atau di malam yang sangat gelap, mereka berjalan kaki, turun naik gunung yang berbatu-batu, melewati padang sahara yang gersang, dengan perbekalan seadanya. Padahal di Makkah mereka bisa hidup nyaman apabila mau berkompromi dengan orang-orang musyrik. Namun semua itu dilakukan demi tegaknya agama ini. Hijrah adalah langkah strategis untuk membangun basis kekuatan baru. Tidak hanya kekuatan fisik, melainkan juga kekuatan psikologis yang menguntungkan dengan jaminan Allah Ta’ala .
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Baqarah: 218)
“Barang siapa yang berhijrah di jalan Allah niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezki yang banyak. Barangsiapa yang keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. An-Nisa: 100)
Ukhuwah dan Hijrah
Di antara makna hijrah yang terpenting adalah berukhuwah secara mendalam antara sesama muslim. Karena dari ukhuwah inilah kekuatan baru umat Islam akan terbangun sebagaimana dulu Rasulullah SAW telah membangun kekuatan masyarakat Islam yang mengagumkan di atas fondasi ukhuwah ini. Allah berfirman,
“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-Hujurat:10)
Persaudaraan (ukhuwah) merupakan pilar utama masyarakat Islam… Dengan menghayati dan menggali makna hijrah kita dapat menangkap esensi persaudaraan ini.
Dengan hijrah, Rasulullah SAW dan para sahabat bisa membangun masyarakat baru di kota Madinah. Masyarakat yang terformulasikan dalam bentuk persaudaraan “ukhuwah” yang sangat kental antara orang-orang yang berhijrah dari Makkah “Muhajirin” dan penduduk kota Madinah yang membantu mereka kaum “Anshar”. Tergambar dalam firman Allah Ta’ala,
“Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshar) ‘mencintai’ orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshar) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al-Hasyr: 9)
Ayat di atas menunjukkan bagaimana ukhuwah tertanam di hati para sahabat Nabi Muhajirin dan Anshar Radhiallahu ‘anhum. Rasulullah SAW mempersaudarakan mereka di jalan Allah dan persaudaraan ini berpengaruh sampai pada kehidupan mereka yang paling mendalam. Sebagai contoh, ketika Abdurrrahman bin Auf Radhiallahu ‘Anhu dari kelompok Muhajirin dipersaudarakan dengan Sa’ad bin al Rabi’ dari Anshar. Seketika Sa’ad dengan penuh kejujuran dan keikhlasan menawarkan kepada Abdurrahman untuk mengambil separuh dari kekayaannya dan salah seorang dari kedua istrinya. Itulah yang disebut sebagai itsar (mendahulukan kepentingan saudaranya daripada dirinya sendiri).
Kita dapat menarik banyak pelajaran penting dari ayat hijrah di atas dan contoh persaudaraan kedua sahabat ini, antara lain:
Pertama, bahwa mencintai Allah dan bercinta dengan sesama mukminin di jalan Allah merupakan pilar utama dalam ukhuwah islamiyah. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW,
“Tiada beriman seorang dari kamu sehingga dia mencintai segala sesuatu bagi saudaranya yang dia cintai bagi dirinya.” (HR. Al-Bukhari)
Kedua, hijrah telah melahirkan suasana baru yang sangat memungkinkan terbangunnya ukhuwah Islamiyah, di mana kualitas ukhuwah ini benar-benar melebihi tingkat ukhuwah yang semata tegak di atas hubungan nasab dan darah yaitu itsar.
Ketiga, bahwa dari bentuk ukhuwah seperti inilah kelak kemudian muncul kekuatan umat Islam yang bisa menaklukkan kekuatan Yahudi di Khaibar, dan bisa mematahkan kekuatan kaum kafir Quraish dalam berbagai medan perjuangan, yang puncaknya adalah terbukanya kota Makkah ” Fathu Makkah “.
Kewajiban Kita
Sebagai pengikut Nabi Muhammad SAW – apakah yang dapat Kita lakukan dengan pelajaran hijrah di saat-saat kita memasuki bulan syawal? Apakah Kita hanya diam atau sekadar saling mengirimkan ucapan selamat idul fitri, melalui WA, BB, SMS atau email? Di sini ada beberapa langkah penting:
a) Tanamkanlah semangat baru untuk memulai hari pasca ramadhan ini di bulan syawal dengan nilai-nilai yang memancar dari relung keimanan Kita yang sangat dalam. Yaitu keimanan terhadap kebenaran ajaran Islam yang dibawa Rasulullah saw keimanan terhadap nilai-nilai luhur yang diajarkan Nabi SAW.
b) Ikutilah jejak perjuangan dan pengorbanan Rasulullah SAW beserta sahabat-sahabatnya, dimana dari cerminan hijrah yang mereka lakukan, sungguh terlihat betapa mereka tidak lagi mendahulukan dunia dalam langkah hidupnya, melainkan malah mengorbankan dunia untuk kepentingan akhirat. Itulah pangkal keberuntungan.
c) Bawalah spirit hijrah ini ke segala lapangan kehidupan, dalam arti pindah dari masa lalu yang kurang baik, penuh maksiat ke hari esok yang penuh dengan ketaatan kepada Allah. Tidak hanya dalam segi ibadah melainkan dalam segala lapangan kehidupan. Termasuk berhijrah dari kebiasaan bertindak zhalim kepada kebiasaan bertindak adil dalam bermasyarakat, berbisnis dan bernegara.
Dengan demikian makna hijrah akan selalu hidup dalam diri kita. Hidup karena kita mentranformasikan maknanya ke dalam moral. Sehingga peristiwa yang pernah dilakukan Rasulullah itu, tidak semata kejadian biasa, melainkan menjadi sebuah konsep hidup yang harus senantiasa direnungkan maknanya dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُوْا اللهَ لِيْ وَلَكُمْ
Wallahul muwaffiq.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَالْعَصْرِ، إِنَّ الإِنسَانَ لَفِيْ خُسْرٍ، إِلاَّ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ
KHUTBAH KEDUA
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
جَمَاعَةَ الْجُمُعَةِ، أَرْشَدَكُمُ اللهُ. أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهُ، وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا وَيَرْزُقُهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ، وَمَن يَتَّقِ اللهَ يُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ.اَللَّهُمَ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ.اَللَّهُمَّ انْصُرِ الْمُجَاهِدِيْنِ فِيْ كُلِّ مَكَانٍ وَزَمَانٍ
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ.رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ اْلأَبْرَارِ.رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَّسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا، رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِن قَبْلِنَا، رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ، وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنتَ مَوْلاَنَا فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.اَللَّهُمَّ إِنَا نَسْأَلُكَ رِضَاكَ وَجَنَّتَكَ وَنَسْأَلُكَ شَهَادَةً فِيْ سَبِيْلِكَ.اَللَّهُمَّ أَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَالْمُبْتَدِعَةَ وَالْمُشْرِكِيْنَ أَعْدَائَكَ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ
اَللَّهُمَّ شَتِّتْ شَمْلَهُمْ وَمَزِّقْ جَمْعَهُمْ وَزَلْزِلْ أَقْدَامَهُمْ وَأَلْقِ فِيْ قُلُوْبِهِمُ الرُّعْبَ.اَللَّهُمَّ عَذِّبْهُمْ عَذَابًا شَدِيْدًا وَحَسِّبْهُمْ حِسَابًا ثَقِيْلاً.رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ