Khutbah Jum'at

Khutbah Jumat Edisi 144: “Ibrah Haditsul Ifki Terhadap Pergerakan Dakwah”

Materi Khutbah Jumat Edisi 144 tanggal 23 Dzulhijjah 1438 H ini dikeluarkan oleh

Sariyah Da’wah Jama’ah Ansharusy Syari’ah dapat download di:

 

 

Ibrah Haditsul Ifki Terhadap Pergerakan Dakwah

(Dikeluarkan Oleh Sariyah Dakwah Jama’ah Ansharusy Syari’ah)

 

KHUTBAH PERTAMA

 

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ وَلاَ رَسُوْلَ بَعْدَهُ، قَدْ أَدَّى اْلأَمَانَةَ وَبَلَّغَ الرِّسَالَةَ وَنَصَحَ اْلأُمَّةَ وَجَاهَدَ فِيْ سَبِيْلِهِ حَقَّ جِهَادِهِ

اَلصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا الْمُصْطَفَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ سَلَكَ سَبِيْلَهُ وَاهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.رَبِّ اشْرَحْ لِيْ صَدْرِيْ وَيَسِّرْ لِيْ أَمْرِيْ وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِيْ يَفْقَهُوْا قَوْلِيْ

قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. وَقَالَ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. وَقَالَ: وَتَزَوَّدُوْا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى

وَقَالَ النَّبِيُ: اِتَّقِ اللهَ حَيْثُ مَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بَخُلُقٍ حَسَنٍ. (رواه الترمذي، حديث حسن)

Jamaah Jum’at  hamba Allah yang  dirahmati Allah SWT.

Segala puji bagi Allah SWT, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepadajunjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya.

Khotib berwasiat kepada diri sendiri khususnya dan jama’ah sekalian marilah kita bertaqwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa, semoga kita akan menjadi orang yang istiqamah sampai akhir hayat kita.

MA’ASYIROL MUSLIMIN RAHIMANI WA RAHIMUKUMULLAH!!!

Analisis sejarah pergerakan Islam terkait tersebarnya berita bohong (haditsul ifki) yang merusak keluarga Nabi Muhammad SAW.

Dalam perjalanan pulang kaum muslimin dari perang bani musthaliq inilah tersiar berita bohong yang bertujuan merusak keluarga Nabi Muhammad SAW. Berikut ini kami kemukakan ringkasan dari riwayat yang tertera di dalam ash-shahihain (Bukhari-Muslim).

Aisyah radhiallahu ‘anha meriwayatkan bahwa dalam peperangan ini, ia ikut keluar bersama Rasulullah SAW. Aisyah radhiallahu ‘anha berkata, “Setelah selesai dari peperangannya ini, Rasulullah SAW bergegas pulang dan memerintahkan orang-orang agar segera berangkat di malam hari. Di saat semua orang sedang berkemas-kemas hendak berangkat, aku keluar untuk membuang hajat, lalu aku terus kembali hendak bergabung dengan rombongan. Pada saat itu, kuraba-raba kalung di leherku, ternyata sudah tidak ada lagi. Aku lalu kembali lagi ke tempat aku membuang hat tadi unutk mencari-cari kalung hingga dapat kutemukan kembali.

Di saat aku sedang mencari-cari kalung hingga dapat kutemukan kembali. Di saat aku sedang mencari-cari kalung, datanglah orang-orang yang bertugas melayani unta tungganganku. Mereka sudah siap segala-galanya. Mereka menduga aku berada dalam haudaj (rumah kecil yang terpasang di punggung unta) sebagaimana dalam perjalanan. Karena itu, mereka lalu mengangkat haudaj kemudian mengikatkannya pada pnggung unta. Mereka sama sekali tidak menduga bahwa aku tidak berada di dalam haudaj. Karena itu, mereka segera memegang tali kekang unta lalu mulai berangkat ….!

Ketika aku kembali ke tempat perkemahan, tidak kujumpai seorang pun yang masih tinggal. Semuanya telah berangkat. Dengan berselimutkan jilbab, aku berbaring di tempat itu. Aku berpikir, pada saat mereka mencari-cari aku, tentu mereka akan kembali ke tempatku. Demi Allah, di saat aku sedang berbaring, tiba-tiba shafwan bin Mu’aththal lewat. Agaknya, ia bertugas di belakang pasukan. Dari kejauhan, ia melihat bayang-bayangku. Ia mendekat lalu berdiri di depanku – ia sudah melihat dan mengenalku sebelum kaum wanita dikenakan wajib berjilbab.  Ketika melihatku, ia berucap,’innalillahi wa inna ilaihi raji’un! istri Rasulullah?’ Aku pun terbangun karena ucapannya itu. Aku tetap menutup diriku dengan jilbabku. Demi Allah, kami tidak mengucapkan satu kalimat pun dan aku tidak mendengar ucapan darinya kecuali ucapan innalillahi wa inna ilaihi raji’un itu. Dia kemudian merendahkan untanya lalu aku menaikinya. Ia berangkat menuntun unta kendaraan yang aku naiki sampai kami datang di Nahri Ad-Dhahirah tempat pasukan turun istirahat. Di sinilah mulai tersiar fitnah tentang diriku. Fitnah ini bersumber dari mulut Abdullah bin Ubay bin Salul………….” (HR. Bukhari-Muslim). Maka fitnahan atas ‘Aisyah r.a. itupun bertambah luas, sehingga menimbulkan kegoncangan di kalangan kaum muslimin.

Allah berfirman:

إِنَّ الَّذِينَ جَاءُوا بِالْإِفْكِ عُصْبَةٌ مِنْكُمْ لَا تَحْسَبُوهُ شَرًّا لَكُمْ بَلْ هُوَ خَيْرٌ لَكُمْ لِكُلِّ امْرِئٍ مِنْهُمْ مَا اكْتَسَبَ مِنَ الْإِثْمِ وَالَّذِي تَوَلَّى كِبْرَهُ مِنْهُمْ لَهُ عَذَابٌ عَظِيمٌ (11) لَوْلَا إِذْ سَمِعْتُمُوهُ ظَنَّ الْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بِأَنْفُسِهِمْ خَيْرًا وَقَالُوا هَذَا إِفْكٌ مُبِينٌ (12) لَوْلَا جَاءُوا عَلَيْهِ بِأَرْبَعَةِ شُهَدَاءَ فَإِذْ لَمْ يَأْتُوا بِالشُّهَدَاءِ فَأُولَئِكَ عِنْدَ اللَّهِ هُمُ الْكَاذِبُونَ (13) وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ لَمَسَّكُمْ فِي مَا أَفَضْتُمْ فِيهِ عَذَابٌ عَظِيمٌ (14) إِذْ تَلَقَّوْنَهُ بِأَلْسِنَتِكُمْ وَتَقُولُونَ بِأَفْوَاهِكُمْ مَا لَيْسَ لَكُمْ بِهِ عِلْمٌ وَتَحْسَبُونَهُ هَيِّنًا وَهُوَ عِنْدَ اللَّهِ عَظِيمٌ (15) وَلَوْلَا إِذْ سَمِعْتُمُوهُ قُلْتُمْ مَا يَكُونُ لَنَا أَنْ نَتَكَلَّمَ بِهَذَا سُبْحَانَكَ هَذَا بُهْتَانٌ عَظِيمٌ (16) يَعِظُكُمُ اللَّهُ أَنْ تَعُودُوا لِمِثْلِهِ أَبَدًا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ (17) وَيُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمُ الْآيَاتِ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ (18) إِنَّ الَّذِينَ يُحِبُّونَ أَنْ تَشِيعَ الْفَاحِشَةُ فِي الَّذِينَ آمَنُوا لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ (19) وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ وَأَنَّ اللَّهَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ (20)

“(11) Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat Balasan dari dosa yang dikerjakannya. dan siapa di antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar. (12) Mengapa di waktu kamu mendengar berita bohong itu orang-orang mukminin dan mukminat tidak bersangka baik terhadap diri mereka sendiri, dan (mengapa tidak) berkata: “Ini adalah suatu berita bohong yang nyata.” (13) Mengapa mereka (yang menuduh itu) tidak mendatangkan empat orang saksi atas berita bohong itu? Olah karena mereka tidak mendatangkan saksi-saksi Maka mereka Itulah pada sisi Allah orang- orang yang dusta. (14) Sekiranya tidak ada kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu semua di dunia dan di akhirat, niscaya kamu ditimpa azab yang besar, karena pembicaraan kamu tentang berita bohong itu. (15) (ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga, dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal Dia pada sisi Allah adalah besar. (16) Dan mengapa kamu tidak berkata, diwaktu mendengar berita bohong itu: “Sekali-kali tidaklah pantas bagi kita memperkatakan ini, Maha suci Engkau (ya Tuhan kami), ini adalah Dusta yang besar.” (17) Allah memperingatkan kamu agar (jangan) kembali memperbuat yang seperti itu selama-lamanya, jika kamu orang-orang yang beriman. (18) Dan Allah menerangkan ayat-ayatNya kepada kamu. dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. (19) Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang Amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. dan Allah mengetahui, sedang, kamu tidak mengetahui. (20) Dan Sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu semua, dan Allah Maha Penyantun dan Maha Penyayang, (niscaya kamu akan ditimpa azab yang besar). (21) Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah- langkah syaitan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, Maka Sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. (QS. An-Nur: 11-21)

Beberapa Ibrah dari sejarah haditsul ifki terhadap pergerakkan dakwah:

  1. Kisah haditsul ifki (berita bohong/HOAX) itu tidak lain hanyalah merupakan salah satu mata rantai dari seni penyiksaan dan ujian berat yang dilancarkan musuh Islam terhadap Nabi Muhammad SAW. Penyiksaan ini (berita bohong/hoax/fitnah) lebih menyakitkan hati Nabi SAW ketimbang gangguan-gangguan sebelumnya. Itulah watak kejahatan yang dilancarkan kaum munafik, selalu lebih keji dan lebih licik daripada gangguan yang dilancarkan orang kafir, karena mereka lebih banyak memiliki kesempatan ketimbang orang lain. Berita bohong ini merupakan bentuk yang unik dari gangguan yang dilakukan kaum munafik (musuh dalam selimut).
  2. Penyebaran berita bohong/HOAX merupakan tikaman pembokong yang paling berat kepada kehormatan dan kesucian manusia, apalagi aktivis dakwah, tokoh Islam, ulama dan sebagainya. Pencemaran nama baik.
  3. Tribulasi berita bohong/hoax ini membawa hikmah ilahiyah yang bertujuan untuk menampakkan kepribadian Nabi SAW dan membersihkan sebersih-bersihnya dari segala keraguan. Peristiwa ini telah menggugat kepribadian Nabi SAW sehingga terbedakan secara jelas mana kepribadiannya sebagai manusia dan mana kepribadiannya sebagai seorang Nabi dan Rasul dalam menyikapi masalah dan sebagainya.
  4. Isu dusta ini/gosip telah mengejutkan Nabi SAW sebagai manusia biasa yang bertindak dan berpikir sebagaimana odrang lain dalam batas perlindungan (‘ishmah) yang diberikan kepada Nabi dan Rasul. Beliau menghadapinya sebagaimana manusia biasa menghadapi masalah yang sama. Ia tidak mengetahui hal ghoib/alam ghoib, juga tidak dapat melihat apa yang ada di hati orang lain. Karena itu, beliau pun terguncang sebagaimana manusia pada umumnya. Ia merasa ragu sebagaimana manusia pada umumnya. Ia mencari-cari jawaban dan meminta pandangan para sahabatnya. Agaknya, untuk menampakkan aspek kemanusiaan Nabi SAW inilah, wahyu diperlambat turunnya selama lebih dari sebulan.
  5. Wahyu ilahi bukan suatu perasaan jiwa yang memancar dari diri Nabi SAW. Juga bukan sesuatu yang tunduk kepada kehendak, kemauan, dan harapannya. Sebab, seandainya demikian, niscaya dengan mudah Nabi SAW dapat menyelesaikan fitnah tersebut sejak hari kelahirannya dan menjadikan segala kebaikan yang ada pada keluarganya sebagai al-Qur’an yang dapat menenangkan kaum mukminin dan membungkam mulut orang yang usil itu. Akan tetapi, Nabi SAW tidak melakukannya karena beliau tidak memiliki kekuasaan untuk melakukannya. Tidak dapat berbuat apa-apa menyikapi tersebarnya isu bohong tentang istrinya Aisyah r.a melainkan beliau hanya berkata dengan penuh hati-hati,”Saya tidak mengetahui Aisyah kecuali sebagai orang yang baik-baik” kemudian setelah berusaha secara maksimal dengan bertanya dan meminta pandangan para sahabatnya. Sampai turunnya wahyu QS. An-Nur ayat 11-21 membebaskan Aisyah r.a dari ketidak-bersalahannya atas segala gosip, isu, berita bohong/hoax.
  6. Peristiwa haditsul ifki (berita bohong) ini bertujuan memantapkan aqidah Islamiyah, menampakkan makna tauhid dan ‘ubudiyah yang utuh kepada Allah semata dan membersihkan segala bentuk keraguan yang mungkin dapat menyentuhnya.
  7. Di dalam peristiwa ini, disyariatkan pula “hukuman dera” (haddul qadzaf). Kita lihat bahwa Nabi SAW telah memerintahkan agar orang-orang yang secara terang-terangan mengucapkan tuduhan itu didera sebanyak delapan puluh cambukkan.
  8. Yang menjadi permasalahan ialah mengapa gembong dan sumber isu serta tuduhan palsu itu, Abdullah bin Ubay bin Salul, dapat lolos dari hukuman? jawabnya, seperti dikatakan Ibnu Qayyim, karena Abdullah bin Ubay mengendalikan berita bohong/hoax ini di antara orang banyak dengan cara yang busuk dan licik. Dia menyebarkan fitnah dengan cara mengumpulkan berita kemudian diceritakannya kembali dalam bentuk cerita orang sehingga tidak dapat dinisbatkan kepadanya secara langsung. Seperti anda ketahui bahwa hukuman dera itu hanya dikenakan kepada orang yang secara langsung mengatakan tuduhan.
  9. Allah SWT memerintahkan kita agar lebih meneliti kembali terhadap berita, isu, dan kabar yang tersebar sehingga tidak menimpakan keburukan kepada pihak yang tidak bersalah. Dan larangan menyebarkan isu, gosip, berita hoax yang belum jelas asal dan usulnya.
  10. Keniscayaan selalu ada penyebaran berita bohong, isu, propaganda, dan fitnah termasuk fitnah kepada dakwah dan aktivis dakwah. Akan tetapi pada akhirnya kemenangan atas kebenaran, terbongkarnya konspirasi jahat, dan hancurnya kebatilan dan pendukungnya. Allah berfirman:

Sebenarya Kami melontarkan yang hak kepada yang batil lalu yang hak itu menghancurkannya, Maka dengan serta merta yang batil itu lenyap. dan kecelakaanlah bagimu disebabkan kamu mensifati (Allah dengan sifat-sifat yang tidak layak bagi-Nya). (QS.Al-Anbiya: 18)

Allah berfirman:

Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, Maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya, Maka arus itu membawa buih yang mengambang. dan dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti buih arus itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan yang bathil. Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; Adapun yang memberi manfaat kepada manusia, Maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan.[1](QS.Ar-Ra’du: 17)

  1. Fitnah terhadap dakwah dan aktivis dakwah merupakan tarbiyah (pembinaan) terhadap kebulatan tekad yang kuat (azam) dan memunculkan para pemimpin umat dengan adanya ujian.
  2. Fitnah terhadap dakwah dan aktivis dakwah merupakan sunnah/jalan yang biasa dilalui orang yang menempuh jalan kebenaran, mencari kebenaran dan berpegang teguh kepada kebenaran Islam dari kalangan Nabi dan Rasul. Sehingga dai tidak menganggap fitnah yang menimpanya bukan hanya dia saja yang mengalaminya. Dan tetap tabah, sabar, tegar, pantang mundur apalagi menyerah kepada musuh.
  3. Diantara tujuan penyebaran berita bohong/fitnah terhadap gerakan dakwah dan aktivis dakwah adalah agar umat menjadi ragu terhadap dakwah yang disampaikan dan ragu terhadap dai itu sendiri.
  4. Mencegah manusia memahami kebenaran, dan menghiasi penyebaran berita bohong/hoax dengan berbagai media secara viral sehingga manusia dibohongi lalu kebatilan dan pendukungnya tetap ada dan berkuasa.
  5. Penyebaran berita bohong/hoax merupakan perang pemikiran/perang opini/perang dingin yang disebut dengan ghozwul fikri.
  6. Sumber penyebar berita bohong/hoax adalah musuh Islam dan kaum munafiq yang selalu mencampur adukkan yang haq dengan yang batil, mengemas kebatilan dengan kemasan kebenaran sehingga dianggap benar. Allah berfirman: “Hai ahli Kitab, mengapa kamu mencampur adukkan yang haq dengan yang bathil[2], dan Menyembunyikan kebenaran[204], Padahal kamu mengetahuinya? (QS.Ali Imran: 71)

Allah berfirman tentang orang munafiq:

“Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, Padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.(QS.Al-Baqarah: 9)

  1. Masyarakat awam banyak sekali yang dengan mudah menyebarkan berita atau kabar (copas) tanpa meneliti terlebih dahulu kebenarannya bahkan banyak juga yang menjadi kebiasaan atau budaya menyebarkan berita hoax lalu menyimpulkannya dengan kemampuan akalnya sendiri yang sedikit ilmunya dan tidak menyerahkannya kepada para ulama dan pakarnya yang terpercaya. Allah SWT berfirman:

“Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan ulil Amri[3] di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan ulil Amri)[4]. kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu).(QS.An-Nisa:83)

  1. Sikap orang beriman dan para aktivis dakwah terhadap berita bohong yang memfitnah dirinya maka dia harus meneliti terlebih dahulu dengan seksama, berhati-hati dalam berkomentar dan berbuat, dan menjauhi segala kemungkinan yang bisa menyebabkan dirinya akan terkena isu publik/fitnah dan menjawab berita bohong/fitnah tersebut dengan argumentasi/hujjah yang kuat jika diperlukan.
  2. Meningkatkan silaturahmi dan banyak berbuat baik kepada orang banyak untuk mengatasi isu dengan kebaikan yang nyata.
  3. Menyebarkan berita bohong(hoax) merupakan kriminal/kejahatan kemanusiaan yang berat dan bahaya dampaknya sangat besar, dan dosa besar di akhirat yang akan dibalas dengan siksaan yang sangat pedih.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُوْا اللهَ لِيْ وَلَكُمْ

Wallahul muwaffiq.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَالْعَصْرِ، إِنَّ الإِنسَانَ لَفِيْ خُسْرٍ، إِلاَّ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ

 

KHUTBAH KEDUA

 

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ

جَمَاعَةَ الْجُمُعَةِ، أَرْشَدَكُمُ اللهُ. أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهُ، وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا وَيَرْزُقُهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ، وَمَن يَتَّقِ اللهَ يُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ.اَللَّهُمَ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ.اَللَّهُمَّ انْصُرِ الْمُجَاهِدِيْنِ فِيْ كُلِّ مَكَانٍ وَزَمَانٍ

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ.رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ اْلأَبْرَارِ.رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَّسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا، رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِن قَبْلِنَا، رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ، وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنتَ مَوْلاَنَا فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.اَللَّهُمَّ إِنَا نَسْأَلُكَ رِضَاكَ وَجَنَّتَكَ وَنَسْأَلُكَ شَهَادَةً فِيْ سَبِيْلِكَ.اَللَّهُمَّ أَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَالْمُبْتَدِعَةَ وَالْمُشْرِكِيْنَ أَعْدَائَكَ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ

اَللَّهُمَّ شَتِّتْ شَمْلَهُمْ وَمَزِّقْ جَمْعَهُمْ وَزَلْزِلْ أَقْدَامَهُمْ وَأَلْقِ فِيْ قُلُوْبِهِمُ الرُّعْبَ.اَللَّهُمَّ عَذِّبْهُمْ عَذَابًا شَدِيْدًا وَحَسِّبْهُمْ حِسَابًا ثَقِيْلاً.رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

 

[1]Allah mengumpamakan yang benar dan yang bathil dengan air dan buih atau dengan logam yang mencair dan buihnya. yang benar sama dengan air atau logam murni yang bathil sama dengan buih air atau tahi logam yang akan lenyap dan tidak ada gunanya bagi manusia.

[2]Yaitu: menutupi firman-firman Allah yang termaktub dalam Taurat dan Injil dengan perkataan-perkataan yang dibuat-buat mereka (ahli Kitab) sendiri.

Maksudnya: kebenaran tentang kenabian Muhammad s.a.w. yang tersebut dalam Taurat dan Injil.

[3]Ialah: tokoh-tokoh sahabat dan Para cendekiawan di antara mereka.

[4] Menurut mufassirin yang lain Maksudnya Ialah: kalau suatu berita tentang keamanan dan ketakutan itu disampaikan kepada Rasul dan ulil Amri, tentulah Rasul dan ulil amri yang ahli dapat menetapkan kesimpulan (istimbat) dari berita itu.

Lihat lebih banyak

Artikel terkait

Back to top button