Khutbah Jum'at

Khutbah Jumat Edisi 211 : MENSYUKURI KEMERDEKAAN INDONESIA SEBAGAI RAHMAT ALLAH

Materi Khutbah Jumat Edisi 211 Dzulhijah 1440 H ini dikeluarkan oleh

Sariyah Da’wah Jama’ah Ansharusy Syari’ah dapat download di:

 

MENSYUKURI KEMERDEKAAN INDONESIA SEBAGAI RAHMAT ALLAH

 

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ وَلاَ رَسُوْلَ بَعْدَهُ، قَدْ أَدَّى اْلأَمَانَةَ وَبَلَّغَ الرِّسَالَةَ وَنَصَحَ اْلأُمَّةَ وَجَاهَدَ فِيْ سَبِيْلِهِ حَقَّ جِهَادِهِ.

اَلصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا الْمُصْطَفَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ سَلَكَ سَبِيْلَهُ وَاهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.رَبِّ اشْرَحْ لِيْ صَدْرِيْ وَيَسِّرْ لِيْ أَمْرِيْ وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِيْ يَفْقَهُوْا قَوْلِيْ.

قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. وَقَالَ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. وَقَالَ: وَتَزَوَّدُوْا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى.

وَقَالَ النَّبِيُ: اِتَّقِ اللهَ حَيْثُ مَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بَخُلُقٍ حَسَنٍ. (رواه الترمذي، حديث حسن).

Jamaah Jum’at  hamba Allah yang  dirahmati Allah SWT.

Segala puji bagi Allah SWT, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepadajunjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga, dan para sahabatnya.

Khotib berwasiat kepada diri sendiri khususnya dan jama’ah sekalian marilah kita bertaqwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa, semoga kita akan menjadi orang yang istiqamah sampai akhir hayat kita.

Ma’asyirol Muslimin Rahimani Wa Rahimukumullah…

HAKIKAT KEMERDEKAAN

 

لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni’mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni’mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS Ibrahim ayat 7)

Kemerdekaan merupakan salah satu karunia besar dari Allah subhaanahu wa ta’ala kepada hamba-hambaNya. Ia merupakan nikmat urutan kedua sesudah nikmat kehidupan. Namun ia tetap berada pada satu urutan di bawah nikmat termahal, yakni nikmat keimanan. Sebagaimana nikmat-nikmat lainnya Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan kita untuk mensyukurinya. Sebab mensyukuri nikmat akan menghasilkan pelipat gandaan nikmat itu sendiri. Sedangkan kufur nikmat akan menyebabkan nikmat itu berubah menjadi sumber bencana bahkan azab.

Sebagian ‘ulama mendefinisikan syukur ni’mat sebagai:

استعمال النعمة في الطاعة لزيادة النعمة

“memanfaatkan ni’mat di jalan ketaatan sehingga ni’mat tersebut bertambah.”

Apabila kita sebagai suatu bangsa pandai memanfaatkan ni’mat kemerdekaan dengan menjalani kehidupan berbangsa, bermasyarakat dan bernegara penuh dengan berbagai program keta’atan kepada Allah subhanahu wa ta’ala, niscaya nikmat tersebut akan Allah subhanahu wa ta’ala tambah kepada kita semua. Namun sebaliknya bilamana kemerdekaan itu kita sikapi dengan menjalani kehidupan berbangsa, bermasyarakat dan bernegara jauh dari tuntunan ilahi, maka sudah sewajarnya nikmat kemerdekaan malah terasa menjadi sumber bencana dan bahkan azab.

Adalah suatu ironi bila sebagai suatu bangsa yang berjuang berabad-abad mengusir para penjajah kafir Inggris, Portugis, Belanda dan Jepang dengan semangat takbir Allah Maha Besar…

Lalu saat meraih kemerdekaan justru membesarkan faham nasionalisme-materialisme-sekulerisme dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Masihkah kita perlu heran mengapa setelah hidup di alam kemerdekaan berpuluh tahun justru kita sebagai bangsa semakin terpuruk? Bukankah apa yang sedang kita alami sekarang hanyalah sebuah bukti kebenaran firman Allah di atas? dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”

Mengingkari nikmat maknanya di sini adalah tidak memanfaatkan nikmat kemerdekaan di jalan Allah subhanahu wa ta’ala, artinya tidak menjadikan Islam (ajaran Allah subhanahu wa ta’ala) sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara. Kita lebih percaya dan bangga dengan man-made ideology daripada way of life yang telah digariskan Allah subhanahu wa ta’ala. Padahal saat sedang terjepit oleh para penjajah hanya Allah subhanahu wa ta’ala yang kita panggil dan mohonkan pertolonganNya.

Menurut seorang ‘ulama hakekat kemerdekaan atau kebebasan adalah:

كون الإنسان عبدًا لله خلقا و شعورًا و خلقا

“keberadaan manusia sebagai hamba Allah baik dari sudut penciptaan, perasaan maupun akhlaq.”

Artinya, seorang manusia, menurut pandangan Islam, barulah akan disebut merdeka bilamana ia sadar dan berusaha keras mamposisikan dirinya selaku hamba Allah subhanahu wa ta’ala saja dalam segenap dimensi dirinya, baik penciptaan, perasaan maupun akhlaq. Dan segera ia akan divonis tidak merdeka atau belum merdeka bilamana ia masih menghambakan dirinya kepada selain Allah subhanahu wa ta’ala.

Atau, dengan kata lain, kemerdekaan seseorang atau suatu bangsa sangat ditentukan pada seberapa besar upaya individu atau bangsa tersebut menjadikan kalimat tauhid

لآ إله إلا الله

Sebagai motivator dan inspirator utama pembebasan diri atau bangsa dari dominasi apapun atau siapapun selain Allah subhaanahu wa ta’aala. Dan pada dasarnya inilah yang telah dida’wahkan oleh Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam dan oleh segenap Nabi dan Rasul lainnya dahulu kala. Tak ada seorangpun Rasul yang diutus Allah kepada ummat manusia melainkan menyampaikan pesan abadi dan universal untuk ”hanya menyembah Allah dan menjauhi thaghut (syaithan)

 

PEMBUKAAN UUD 1945

Pada pembukaan UUD 1945 tercantum kalimat, “Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.”

Rahmat Allah Yang Maha Kuasa itulah kata kunci dan sumber utama diraihnya kemerdekaan bangsa Indonesia, dapat terlepas dari belenggu penjajahan.

Rahmat secara bahasa artinya nikmat, kebaikan, karunia, kasih sayang, pahala. Salman Syarifuddin Al-Hafidz,MA, dalam Terminologi rahmat dalam Al-Quran” menyebutkan, rahmat berasal dari akar kata rahima-yarhamu-rahmat. Di dalam berbagai bentuknya, kata ini terulang sebanyak 338 kali di dalam Al-Quran.

Ibnu Faris dalam Al-Maqyis menyebutkan bahwa kata yang terdiri dari huruf ra, ha, dan mim, pada dasarnya menunjuk kepada arti kelembutan hati, belas kasih, dan kehalusan.

Al-Asfahani dalam Mufradhat Gharib Al-Qur’an menyebutkan bahwa rahmat adalah belas kasih yang menuntut kebaikan kepada yang dirahmati.

Maka, rahmat Allah tidak lain adalah kebaikan dan kasih sayang, semata-mata dari Allah.

 

KALAU BUKAN RAHMAT ALLAH

Rahmat Allah sangat penting bagi setiap manusia. Karena itu, ini tidak boleh terputus walau sedetik jua. Sebab, jika rahmat Allah terputus, maka seluruh alam ini akan hancur. Dan Jika bukan karena rahmat Allah pula, maka seluruh makhluk di dunia maupun di akhirat akan binasa.

Allah menyebutka di dalam ayat:

وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ لَمَسَّكُمْ فِي مَا أَفَضْتُمْ فِيهِ عَذَابٌ عَظِيمٌ -١٤–

 “Dan seandainya bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu di dunia dan di akhirat, niscaya kamu ditimpa azab yang besar, disebabkan oleh pembicaraan kamu tentang hal itu (berita bohong itu).” (Q.S. An-Nur [24]: 14).

Demikian halnya, rahmat Allah berupa kemerdekaan bangsa ini dari cengkeraman penjajahan. Bagaimana yang sebelumnya serba terjajah, baik fisik, material maupun wilayah. Kini berhasil merdeka dengan Kuasa-Nya.

Diharapkan, setelah itu diisi dengan pembangunan sesuai ketentuan-Nya, yang telah memberikan kemerdekaan itu. Sehingga dapat menjadi negeri yang baik, penuh berkah serta ampunan Allah.

Sebagaimana firman-Nya:

…..بَلۡدَةٌ۬ طَيِّبَةٌ۬ وَرَبٌّ غَفُورٌ۬

Artinya: “….. negeri yang baik dan [Tuhanmu] adalah Tuhan Yang Maha Pengampun”. (Q.S. Saba [34]: 15).

Namun ayat tersebut masih berlanjut, jika kufur, mengingkari segala rahmat, karunia Allah, maka yang akan terjadi adalah ujian, malapetaka bahkan azab dari Allah.

Ayat selanjutnya mengatakan:

فَأَعۡرَضُواْ فَأَرۡسَلۡنَا عَلَيۡہِمۡ سَيۡلَ ٱلۡعَرِمِ وَبَدَّلۡنَـٰهُم بِجَنَّتَيۡہِمۡ جَنَّتَيۡنِ ذَوَاتَىۡ أُڪُلٍ خَمۡطٍ۬ وَأَثۡلٍ۬ وَشَىۡءٍ۬ مِّن سِدۡرٍ۬ قَلِيلٍ۬ (١٦) ذَٲلِكَ جَزَيۡنَـٰهُم بِمَا كَفَرُواْۖ وَهَلۡ نُجَـٰزِىٓ إِلَّا ٱلۡكَفُورَ (١٧)

Artinya: “Tetapi mereka berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi [pohon-pohon] yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr. (16) Demikianlah Kami memberi balasan kepada mereka karena kekafiran mereka. Dan Kami tidak menjatuhkan azab [yang demikian itu], melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir.” (17). (Q.S. Saba [34]: 16-17).

 

RAHMAT KEMERDEKAAN

Rahmat kemerdekaan yang diperoleh oleh para pejuang kemerdekaan Indonesia, dengan teriakan takbir “Allahu Akbar”. Para kyai, ustadz, tokoh Islam, dan masyarakat Muslim mulai dari perkotaan hingga pelosok pedesaan telah berjuang mengusir penjajah.

Mereka sanggup meninggalkan keluarga, harta benda dan fasilitas hidup dan kehidupan demi tercapainya kemerdekaan, serta terpenuhinya hak-hak asasi manusia.

Terwakili dalam teriakan Bung Tomo, yang mengobarkan semangat Jihad para pejuang dalam pertempuran 10 November 1945 di Surabaya kala itu.

Di antara kata-katanya yang terkenal adalah:

Dan kita yakin saudara-saudara!

Pada akhirnya pastilah kemenangan akan jatuh ke tangan kita,

Sebab Allah selalu berada di pihak yang benar.

Percayalah saudara-saudara.

Tuhan akan melindungi kita sekalian.

Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar!

Merdeka !!!

Tentang rahmat Allah berupa kemerdekaan ini, menurut ulama pejuang M. Natsir, bahwa ajaran Islamlah yang menyebabkan dorongan-dorongan untuk merdeka.

Menurutnya, pada hakikatnya, ajaran Islam itu merupakan suatu revolusi, yaitu revolusi dalam menghapuskan dan menentang tiap-tiap eksploitasi. Apakah eksploitasi itu bernama, kapitalisme, imperialism, kolonialisme komunisme atau fasisme.

Demikianlah semangat kemerdekaan yang hidup dan dibakar dalam jiwa kaum Muslimin di Indonesia. Semenjak berabad-abad, semangat itu menjadi sumber kekuatan bangsa dan semangat itu pulalah yang menghebat dan mendorong bangsa memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia, pada tahun 1945.

Prof. Buya Hamka menambahkan, tidak mungkin tauhid dilepaskan dalam perjuangan suatu bangsa. Sebab pangkal pokok pandangan Islam adalah dua kalimat syahadat.

Menurutnya, akibat dua kalimat syahadat itu bagi kehidupan Islam, sangat besar dan sangat jauh. Karena kalimat itu, tidaklah ada yang mereka sembah, melainkan Allah. Tidak ada peraturan yang mereka akui, atau undang-undang yang mereka junjung tinggi, melainkan peraturan dan undang-undang dari Allah.

 

PENUTUP

Cara terbaik mengisi kemerdekaan sebagai wujud mensyukuri rahmat Allah adalah dengan mewujudkan iman dan takwa dalam kehidupan sehari-hari. Melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya dengan cara melaksanakan hukum Allah dalam kehidupan. Maka disebabkan dengan iman dan takwa itulah akan tercapai barokah, segala kebaikan dan kesejahteraan jiwa raga, dunia akhirat.

Allah mengingatkan di dalam ayat-Nya:

وَلَوۡ أَنَّ أَهۡلَ ٱلۡقُرَىٰٓ ءَامَنُواْ وَٱتَّقَوۡاْ لَفَتَحۡنَا عَلَيۡہِم بَرَكَـٰتٍ۬ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلۡأَرۡضِ وَلَـٰكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذۡنَـٰهُم بِمَا ڪَانُواْ يَكۡسِبُونَ

Artinya: “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan [ayat-ayat Kami] itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (Q.S. Al-A’raf [7]: 96).

Semoga kita dapat menjaga, memelihara dan meningkatkan iman dan takwa sebagai rasa syukut atas  kemerdekaan Indonesia. Allahu Akbar!

Wallahul muwaffiq.

 

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَالْعَصْرِ، إِنَّ الإِنسَانَ لَفِيْ خُسْرٍ، إِلاَّ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.

 

Khutbah Kedua

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.

جَمَاعَةَ الْجُمُعَةِ، أَرْشَدَكُمُ اللهُ. أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهُ، وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا وَيَرْزُقُهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ، وَمَن يَتَّقِ اللهَ يُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا.

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ.اَللَّهُمَ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ.اَللَّهُمَّ انْصُرِ الْمُجَاهِدِيْنِ فِيْ كُلِّ مَكَانٍ وَزَمَانٍ.

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ.رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ اْلأَبْرَارِ.رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَّسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا، رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِن قَبْلِنَا، رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ، وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنتَ مَوْلاَنَا فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.اَللَّهُمَّ إِنَا نَسْأَلُكَ رِضَاكَ وَجَنَّتَكَ وَنَسْأَلُكَ شَهَادَةً فِيْ سَبِيْلِكَ.اَللَّهُمَّ أَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَالْمُبْتَدِعَةَ وَالْمُشْرِكِيْنَ أَعْدَائَكَ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ.

اَللَّهُمَّ شَتِّتْ شَمْلَهُمْ وَمَزِّقْ جَمْعَهُمْ وَزَلْزِلْ أَقْدَامَهُمْ وَأَلْقِ فِيْ قُلُوْبِهِمُ الرُّعْبَ.اَللَّهُمَّ عَذِّبْهُمْ عَذَابًا شَدِيْدًا وَحَسِّبْهُمْ حِسَابًا ثَقِيْلاً.رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

Lihat lebih banyak

Artikel terkait

Back to top button