Khutbah Jumat Edisi 347 | Dien Itu Nasehat
Dikeluarkan Oleh Sariyah Dakwah Jama’ah Ansharu Syari’ah
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ وَلاَ رَسُوْلَ بَعْدَهُ، قَدْ أَدَّى اْلأَمَانَةَ وَبَلَّغَ الرِّسَالَةَ وَنَصَحَ اْلأُمَّةَ وَجَاهَدَ فِيْ سَبِيْلِهِ حَقَّ جِهَادِهِ.
اَلصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا الْمُصْطَفَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ سَلَكَ سَبِيْلَهُ وَاهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.رَبِّ اشْرَحْ لِيْ صَدْرِيْ وَيَسِّرْ لِيْ أَمْرِيْ وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِيْ يَفْقَهُوْا قَوْلِيْ.
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. وَقَالَ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. وَقَالَ: وَتَزَوَّدُوْا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى.
وَقَالَ النَّبِيُ : اِتَّقِ اللهَ حَيْثُ مَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بَخُلُقٍ حَسَنٍ. (رواه الترمذي، حديث حسن).
Jamaah Jum’at hamba Allah yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga, dan para sahabatnya.
Khotib berwasiat kepada diri sendiri khususnya dan jama’ah sekalian marilah kita bertaqwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa, semoga kita akan menjadi orang yang istiqamah sampai akhir hayat kita.
Ma’asyirol Muslimin Rahimani Wa Rahimukumullah…
الدِّينُ النَّصِيحَةُ قُلْنَا لِمَنْ قَالَ لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُولِهِ وَلِأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِمْ.
“Agama adalah nasehat. Para sahabat bertanya, untuk siapa? Beliau menjawab: “untuk Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya, pemimpin umat Islam, dan sesame umat Islam. (HR. Muslim dari Tamim ad-Dariy).
Demikianlah Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam berpesan untuk kita, dan inilah yang melatarbelakangi khutbah kami pada kesempatan ini. Kami sampaikan ini bukan karena tidak ada pekerjaan, dan bukan pula karena ada yang mau mendengarkannya.
Kami sampaikan karena kami merasa ada nasehat yang harus kami sampaikan kepada kaum muslimin yang mau bela Islam sebagai satu bentuk partisipasi kami dalam ‘perjalanan’ yang diberkati ini. Perjalanan untuk menegakkan dien dan meninggikan panji-panjinya.
Kami, sebagaimana dikatakan oleh sahabat yang mulia, ‘Abdullah bin Rawahah ra, “Kita tidak memerangi manusia (yang zalim) dengan bilangan, kekuatan, dan jumlah kita. Kita hanya memerangi mereka karena dien ini. Dien(agama) yang Allah memuliakan kita dengannya.”
Oleh karena itu, lazim bagi kita untuk berpegang teguh kepada dien ini melebihi seorang prajurit (tenaga tempur) yang memegang erat senjatanya di tengah kecamuk pertempuran. Sebab prajurit sejati, kapan pun ia mengendorkan pegangannya, sirnalah harapannya untuk mendapatkan kemenangan, bahkan sirna pulalah segala asanya untuk tetap hidup.
Demikian pula halnya dengan ‘ahluddiin’, kapan pun mereka lengah di dalam diennya -meski sesaat- semua citanya untuk menggapai kemenangan akan lenyap.
Sesungguhnya Allah ta’ala hanya menolong orang-orang yang taat, ikhlas, berpegang teguh, dan bertawakkal kepada-Nya. Allah ta’ala berfirman
وَلَيَنصُرَنَّ اللهُ مَن يَنصُرُهُ
“Dan sesungguhnya Allah, benar-benar akan menolong orang-orang yang menolong (dien)-Nya,”. (al-Hajj : 40).
Maka barang siapa tidak ‘menolong’ Rabb-nya, Dia pun tidak akan menolongnya. Barangsiapa bermaksiat kepada-Nya, Dia akan meninggalkannya, membiarkannya bersama musuh-musuhnya.
‘Umar al-Faruq ra pernah berkata, “Kala kita tidak mampu mengalahkan musuh dengan ketaatan kita niscaya mereka akan mengalahkan kita dengan kekuatan mereka.”
Ternyata ‘Umar ra lebih mengkhawatirkan dosa-dosa pasukannya daripada kekuatan musuhnya. Inilah bukti kesempurnaan pemahaman dan kebrilianan akal beliau.
Betapa kita di saat merasakan suasana ini ingin agar suasana ini senantiasa hadir di hati dan akal kita, tidak meninggalkan kita selama-lamanya.
Betapa kita ingin mengerti dengan ilmu yakin bahwa Allah telah menjamin kemenangan dien-Nya dan akan selalu menjaganya .. Maka barangsiapa selalu bersama Islam ke mana pun ia berputar, hati dan anggota badannya senantiasa taat kepada Allah, pastilah Allah akan menolongnya. Barangsiapa menyimpang dari jalan yang lurus, pertolongan pun akan menjauh darinya.
Allah ta’ala Mahatahu lagi Maha Bijaksana.
Allah Mahatahu. Artinya tidak ada sesuatu pun dari urusan kita yang tersembunyi bagi-Nya. Dia Mahatahu akan batin dan niat kita seperti halnya Dia Mahatahu akan lahir dan amal kita. Dia Maha Bijaksana. Artinya Dia akan selalu menempatkan segala sesuatu pada tempatnya. Dia tidak akan memberikan anugerah berupa penjagaan dan pertolongan kepada siapa yang tidak berhak mendapatkannya. Dan orang yang tidak berhak atas anugerah ini, sungguh tiada bagian untuknya selain keterpurukan. Na’udzu billah, kita memohon perlindungan kepada Allah dari kehinaan di hadapan-Nya.
Nafsu terus memberontak, setan terus menggoda, dunia terus berhias, dan hawa sering sekali memenangkan pertempuran.
Mereka semua telah hadir. Mereka ingin menghalangi antara seorang hamba dengan kemenangan dan kejayaannya di dunia dan di akhirat.
Mereka berempat benar-benar musuh utama kita. Jika kita mampu menguasainya (nafsu, setan, dunia, dan hawa) niscaya akan lebih mudah bagi kita untuk menguasai musuh-musuh kita dari kalangan manusia.
Sebaliknya, jika kita dikuasai oleh keempatnya, sungguh antara kita dan musuh-musuh kita tiada lagi bedanya, sama-sama bermaksiat kepada Allah sementara mereka masih memiliki sesuatu yang lain; kekuatan yang lebih daripada yang kita miliki dan jika sudah demikian, kita akan kalah menghadapi mereka.
Kalimat-kalimat yang kami sampaikan di sini merupakan nasehat untuk membantu di dalam usaha mengalahkan nafsu, setan, dunia, dan hawa.
Cara Mengalahkan musuh orang beriman:
1. Cara mengalahkan hawa nafsu dan syetan
Dalam Al-Quran Surat Al-Araf ayat 200 menerangkan bahwa setiap umat muslim untuk meminta pertolongan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk dijauhakan dari hawa nafsu yang dapat menjerumuskan kepada keburukan.
“Wa immaa yanzagannaka minasy-syaitaani nazgun fasta’iz billaah, innahu samii’un ‘aliim”
Artinya: “Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaitan maka berlindunglah kepada Allah.” (QS. Al-Araf: 200).
Ketika hawa nafsu datang maka perbanyak doa dan istighfar agar dapat terhindar dari hawa nafsu yang bisa saja menjerumuskan seseorang ke dalam keburukan. Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam dalam hadistnya menjelaskan tentang doa untuk mengendalikan hawa nafsu yang berbunyi:
“Allahumma inni a’udzu bika min munkarootil akhlaaqi wal a’maali wal ahwaa”
Artinya: “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari akhlak, amal, dan hawa nafsu yang jelek).” (HR Tirmidzi, ia mengatakan bahwa hadits ini hasan) (HR Tirmidzi, no. 3591. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini sahih).
Ini salah satu amalan yang bisa membawa kita dicintai Allah harus Anda mampu menguasai dan melawan hawa nafsu insya Allah.
2. Cara mengalahkan tipuan dunia agar tidak terjangkit penyakit wahn
Menghilangkan cinta dunia adalah tugas penting. “Ini adalah pekerjaan penting dalam hidup kita. Menghindari cinta dunia adalah tugas semua umat Islam. Karena kalau cinta dunia, semua akan berantakan. Jabatan dan kekayaan akan salah kalau diposisikan sebagai yang utama. Jadi orang kaya, pejabat tetaplah salah, kalau di dalam hatinya hanya mencintai dunia.
هل من أحدٍ يمشي على الماءِ إلَّا ابتلَّت قدماه ؟ . قالوا : لا يا رسولَ اللهِ . قال : كذلك صاحبُ الدُّنيا لا يسلَمُ من الذُّنوبِ
Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam bersabda, “Tidakkah ada seorang pun yang berjalan di air kecuali tumitnya pasti basah? Demikian pula orang yang memiliki duniawi, ia tidak bisa selamat dari dosa-dosa.” (HR Baihaqi dari Anas).
Hadits di atas merupakan peringatan bagi kita bahwa dunia, seperti kekayaan/harta, keluarga atau, jabatan-yang kita miliki dan kuasai akan menjerumuskan kita kepada kehancuran dan dosa jika tidak pandai dalam menyikapinya.
Cara mengatasi penyakit wahn (cinta dunia)
Paling tidak ada tiga hal yang harus kita lakukan agar kita tidak terlena oleh godaan dunia.
Pertama, kita harus menyadari bahwa kehidupan dunia ini hanya sementara, dan kehidupan akhiratlah yang kekal.
Kedua, perbanyak ingat mati agar mati tidak su’ul khatimah dan menyadari bahwa apa pun yang kita miliki merupakan amanah yang akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Yang Maha Adil dan Bijaksana. Kesadaran ini berdampak pada timbulnya sikap untuk selalu menjaga dan menunaikan hak-haknya dari apa yang kita miliki, seperti mengeluarkan zakat dan sedekahnya.
Ketiga, sederhanalah dalam kehidupan. Kesederhanaan mengajarkan kita untuk selalu dapat mensyukuri setiap karunia yang Allah berikan. Kesederhanaan pun mengajari kita untuk tidak serakah.
Wahai saudaraku, yang kami inginkan hanyalah menunjukkan yang baik untuk menutup satu celah yang kami lihat atau menambahkan yang kurang atau menunjukkan yang makruf.
Peran kami adalah berkata-kata dan memberi nasehat.
Celah tidak akan pernah tertutup, kekurangan tidak akan pernah hilang, dan yang makruf tidak akan pernah terwujud, kecuali dengan amal. Di sinilah peranmu wahai saudaraku, peran kita semua. Tentu saja, kata-kata bukan sekedar untuk diucapkan, tetapi ia untuk dipahami dan diamalkan.
وَقُلِ اعْمَلُوْا فَسَيَرَى اللهُُ عَمَلَكُمْ وَرَسُوْلُهُ وَالْمُؤْمِنُوْنَ وَسَتُرَدُّوْنَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ
Dan katakanlah, “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat perkerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberikan-Nya kepada kamu apa yang kamu kerjakan”. (at-Taubah : 105)
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُوْا اللهَ لِيْ وَلَكُمْ
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَالْعَصْرِ، إِنَّ الإِنسَانَ لَفِيْ خُسْرٍ، إِلاَّ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.
Khutbah Kedua
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
جَمَاعَةَ الْجُمُعَةِ، أَرْشَدَكُمُ اللهُ. أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهُ، وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا وَيَرْزُقُهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ، وَمَن يَتَّقِ اللهَ يُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا.
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ. اَللَّهُمَ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ. اَللَّهُمَّ انْصُرِ الْمُجَاهِدِيْنِ فِيْ كُلِّ مَكَانٍ وَزَمَانٍ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ اْلأَبْرَارِ. رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَّسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا، رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِن قَبْلِنَا، رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ، وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنتَ مَوْلاَنَا فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ. اَللَّهُمَّ إِنَا نَسْأَلُكَ رِضَاكَ وَجَنَّتَكَ وَنَسْأَلُكَ شَهَادَةً فِيْ سَبِيْلِكَ. اَللَّهُمَّ أَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَالْمُبْتَدِعَةَ وَالْمُشْرِكِيْنَ أَعْدَائَكَ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ.
اَللَّهُمَّ شَتِّتْ شَمْلَهُمْ وَمَزِّقْ جَمْعَهُمْ وَزَلْزِلْ أَقْدَامَهُمْ وَأَلْقِ فِيْ قُلُوْبِهِمُ الرُّعْبَ. اَللَّهُمَّ عَذِّبْهُمْ عَذَابًا شَدِيْدًا وَحَسِّبْهُمْ حِسَابًا ثَقِيْلاً. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.