Khutbah Jumat Edisi 389 | Urgensi Istiqamah pasca Ramadhan
Dikeluarkan Oleh Sariyah Dakwah Jama’ah Ansharu Syari’ah
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ وَلاَ رَسُوْلَ بَعْدَهُ، قَدْ أَدَّى اْلأَمَانَةَ وَبَلَّغَ الرِّسَالَةَ وَنَصَحَ اْلأُمَّةَ وَجَاهَدَ فِيْ سَبِيْلِهِ حَقَّ جِهَادِهِ.
اَلصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا الْمُصْطَفَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ سَلَكَ سَبِيْلَهُ وَاهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.رَبِّ اشْرَحْ لِيْ صَدْرِيْ وَيَسِّرْ لِيْ أَمْرِيْ وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِيْ يَفْقَهُوْا قَوْلِيْ.
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. وَقَالَ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. وَقَالَ: وَتَزَوَّدُوْا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى.
وَقَالَ النَّبِيُ : اِتَّقِ اللهَ حَيْثُ مَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بَخُلُقٍ حَسَنٍ. (رواه الترمذي، حديث حسن).
Jamaah Jum’at hamba Allah yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga, dan para sahabatnya.
Khotib berwasiat kepada diri sendiri khususnya dan jama’ah sekalian marilah kita bertaqwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa, semoga kita akan menjadi orang yang istiqamah sampai akhir hayat kita.
Ma’asyirol Muslimin Rahimani Wa Rahimukumullah…
Ramadhan telah berlalu, bulan suci telah pergi, bulan mulia telah lewat, bulan berkah telah tiada untuk tahun ini. Ketika kita beribadah kepada Allah ‘Azza wa Jalla dengan sangat giat dan semangat di bulan mulia tersebut, maka kita juga perlu tetap istiqomah beribadah kepada-Nya di luar bulan agung itu.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
إِنَّ ٱلَّذِينَ قَالُوا۟ رَبُّنَا ٱللَّهُ ثُمَّ ٱسْتَقَٰمُوا۟ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang berkata Tuhan kami adalah Allah, kemudian mereka tetap istiqmah, tidak ada rasa khawatir pada mereka, dan mereka tidak (pula) bersedih hati”. (Q.S. al- Ahqaf/46:13).
Ayat di atas menjelaskan sikap orang-orang istiqomah, yaitu sikap teguh dalam melakukan suatu kebaikan, membela dan mempertahankan keimanan dan keislaman, walaupun menghadapi berbagai macam tantangan dan godaan.
Istiqomah terwujud karena adanya keyakinan akan kebenaran dan siap menanggung risiko. Sikap ini wajib dimiliki setiap muslim, Istiqamah dapat membantu kita untuk membentuk sikap dan perilaku yang sesuai dengan ajaran Islam.
Usai menjalani dan menikmati ibadah-ibadah kita di bulan suci Ramadhan kemarin, kita tetap meyakini bahwa akhir Ramadhan bukanlah pertanda perjuangan ibadah juga turut berakhir.
Bahkan sebaliknya, sejak berjumpa dengan Syawal sebagai bulan pertama setelah Ramadhan, komitmen beribadah menjadi taruhan apakah ibadah-ibadah yang kita lakoni di bulan Ramadhan sekedar euforia sesaat, terbawa arus suasana Ramadhan ataukah ibadah yang lahir dari komitmen iman yang utuh.
Keistiqamahan yang telah terbentuk jauh sebelum Ramadhan tiba bagai pulpen bertemu tutupnya, Ramadhan tampil sebagai penyempurna semangat beribadah yang telah menghunjam sebelumnya di hati kita.
Olehnya itu Imam Ibnu Rajab al Hambali menegaskan dalam kitabnya Lathaiful Ma’arif, bahwa Ramadhan adalah bulan menanam benih dan bulan setelahnya adalah untuk memanen hasil dari benih yang ditanam di bulan Ramadhan.
Maka hasil dari kebaikan dan kesempurnaan benih yang tertanam di bulan Ramadhan, pembuktiaan serta peragaannya ada di bulan Syawal dan bulan-bulan setelahnya hingga kita berjumpa dengan Ramadhan di tahun berikutnya.
Jikalau itu terwujud, itulah bukti bahwa taqwa telah menjadi karakter diri kita yang menjadi hasil perjuangan saat Ramadhan kemarin.
Urgensi Istiqamah pasca Ramadhan
Meski kita juga menyadari bahwa istiqamah dalam ibadah atau kebaikan bukanlah hal mudah.
Apatah lagi suasana Ramadhan yang disebut sebagai syahrul ibadah atau bulan ibadah tidak membersamai kita, tidak gampang menjadi sosok yang Mustaqim atau konsisten sebab arus godaan untuk berbelok juga tak kalah derasnya.
Oleh karenanya khutbah pada kesempatan kali ini berkaitan dengan Urgensi istiqomah pasca Ramadhan? Mengapa harus istiqomah setelah Ramadhan?
1. Batasnya adalah kematian
Jawaban yang pertama, karena bagi seorang muslim tidak ada batas dalam beribadah untuk mengerjakan amal shalih, mengerjakan yang wajib, menjauhi yang dilarang, tidak ada batas untuk beribadah kepada Allah kecuali kematian.
Sebagaimana yang dikatakan oleh seorang tabi’in terkenal, Al-Hasan bin Yasar Al-Bashri yang hidup di zaman kibarus shahabah, perah melihat Utsman bin Affan, belajar kepada Anas bin Malik Radhiyallahu ‘Anhu, wafat pada tahun 110 Hijriyah, seorang alim dari Ahlus Sunnah. Beliau mengatakan:
فإن الله لم يجعل لعمل المؤمن أجلاً دون الموت ،قال الله تعالى {وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ }
“Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala belum menjadikan untuk amal ibadah seorang mukmin batas sebelum dia meninggal (Tidak ada batas/finish/terakhir dalam beramal ibadah bagi seorang muslim sebelum dia meninggal), hal ini sebagaimana disebutkan oleh Allah dalam surat Al-Hijr ayat 99: ‘dan beribadahlah kepada Rabbmu sampai datang keyakinan (yaitu kematian yang yakin),”
Dan sangat ironis ketika seseorang di dalam bulan Ramadhan digembleng oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala selama sebulan untuk terbiasa shalat malam dengan mengerjakan shalat tarawih dan shalat witir tetapi ternyata malam pertama dia meninggalkan shalat malam adalah malam lebaran, malam takbiran, sudah lupa dengan qiyamul lail, sudah lupa dengan shalat witir walau hanya dengan satu rakaat.
2. Istiqomah adalah perintah Allah
Sebab yang kedua, kenapa harus istiqomah setelah bulan Ramadhan? Karena istiqomah adalah perintah Allah dan RasulNya صلوات ربي وسلامه وبركاته عليه.
Dan kaidah mengatakan:
ﺍﻷﺻﻞ ﻓﻲ ﺍﻷﻣﺮ ﻟﻠﻮﺟﻮﺏ
“Asal hukum perintah menunjukkan kepada kewajiban.”
Dan kewajiban adalah segala sesuatu yang diperintahkan oleh syariat dengan perintah yang keras dan diancam siksa bagi siapa yang meninggalkannya. Maka siapa yang menyimpang, tidak taat, bermaksiat setelah Ramadhan, maka berarti dia tidak istiqomah, berarti dia diancam siksa. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman di dalam surat Hud ayat 112:
فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَن تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْا…
“Maka istiqamahlah terus (wahai Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam) sebagaimana diperintahkan kepadamu dan juga kepada orang-orang yang bersamamu dan janganlah engkau menyimpang..”
Setelah Ramadhan, wajar kalau seandainya di dalam bulan Ramadhan, seseorang khatam sekian kali di dalam bulan Ramadhan dari bacaan Al-Qur’an, wajar kalau seandainya 10 malam terakhir bulan Ramadhan seseorang memperbanyak kualitas dan kuantitas ibadah.
Kemudian setelah Ramadhan berkurang itu wajar. Akan tetapi yang tidak wajar adalah benar-benar terputus Siapa yang sudah lupa dengan Al-Qur’annya, siapa yang matanya di hari yang akan datang tidak melihat ke dalam mushafnya, maka ini yang tercela. Makanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda bahwa sebaik-baik amalan adalah:
أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ
“Yang selalu dikerjakan meskipun dia sedikit.”
Di antara perkara yang dapat membantu seseorang untuk istiqamah adalah
1. Mengikhlaskan niat saat melakukan amalan-amalan ketaatan
Inilah pintu utama, yaitu pintu yang dapat mengantarkan seseorang untuk dapat istiqamah dalam hidupnya sehingga ia dapat berjumpa dengan Allah dalam keadaan bahagia. Allah berfirman:
فَمَن كَانَ يَرْجُوا۟ لِقَآءَ رَبِّهِۦ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَٰلِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِۦٓ أَحَدًۢا
“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan Tuhannya dengan seorangpun dalam melakukan ibadah kepada-Nya”. (Al-Kahfi: 110).
2. Berdo’a kepada Allah agar diberikan keistiqamahan
Do’a adalah senjata seorang muslim, oleh karena itu hendaklah seorang muslim banyak berdo’a kepada Allah agar diberikan keistiqamahan. Di antara do’a yang paling sering dibaca oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ
“Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku untuk selalu berada di atas agama-Mu” (HR. Tirmidzi, no 2066. Ia berkata: “Hadits Hasan”)
3. Menanamkan keyakinan dan mengingat-ingat tentang balasan yang akan diraih bagi orang yang istiqamah
Orang yang beriman dan memegang teguh keimanannya, kemudian ia istiqamah dalam melakukan amalan-amalan ketaatan sebagai konsekuensi dari keimanannya, maka ia akan mendapatkan pahala yang besar berupa rasa aman di tiga kehidupan yaitu kehidupan dunia, alam kubur dan kehidupan akherat. Allahpun akan memasukkannya ke dalam surga yang penuh dengan kenikmatan dan ia kekal di dalamnya. Apakah ada di antara kita yang enggan untuk menolak pahala yang besar ini?
Demikian khutbah Jumat perihal pentingnya menjaga istiqamah dalam kebaikan yang bisa kami sampaikan. Semoga bisa membawa manfaat dan keberkahan bagi kita semua, dan digolongkan sebagai hamba yang istiqamah dalam menjalankan semua perintah dan menjauhi larangan-Nya. Amin ya rabbal alamin.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُوْا اللهَ لِيْ وَلَكُمْ
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَالْفَجْرِ وَلَيَالٍ عَشْرٍ وَالشَّفْعِ وَالْوَتْرِ. وَالّلَيْلِ اِذَا يَسْر.
وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.
Khutbah Kedua
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
جَمَاعَةَ الْجُمُعَةِ، أَرْشَدَكُمُ اللهُ. أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهُ، وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا وَيَرْزُقُهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ، وَمَن يَتَّقِ اللهَ يُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا.
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ. اَللَّهُمَ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ. اَللَّهُمَّ انْصُرِ الْمُجَاهِدِيْنِ فِيْ كُلِّ مَكَانٍ وَزَمَانٍ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ اْلأَبْرَارِ. رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَّسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا، رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِن قَبْلِنَا، رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ، وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنتَ مَوْلاَنَا فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ. اَللَّهُمَّ إِنَا نَسْأَلُكَ رِضَاكَ وَجَنَّتَكَ وَنَسْأَلُكَ شَهَادَةً فِيْ سَبِيْلِكَ. اَللَّهُمَّ أَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَالْمُبْتَدِعَةَ وَالْمُشْرِكِيْنَ أَعْدَائَكَ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ.
اَللَّهُمَّ شَتِّتْ شَمْلَهُمْ وَمَزِّقْ جَمْعَهُمْ وَزَلْزِلْ أَقْدَامَهُمْ وَأَلْقِ فِيْ قُلُوْبِهِمُ الرُّعْبَ. اَللَّهُمَّ عَذِّبْهُمْ عَذَابًا شَدِيْدًا وَحَسِّبْهُمْ حِسَابًا ثَقِيْلاً. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
Download file PDF :