Khutbah Jum'at
Trending

Krisis Ekinomi Dan Solusinya Dalam Islam

(Dikeluarkan Oleh Sariyah Dakwah Jama’ah Ansharu Syari’ah)

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ وَلاَ رَسُوْلَ بَعْدَهُ، قَدْ أَدَّى اْلأَمَانَةَ وَبَلَّغَ الرِّسَالَةَ وَنَصَحَ اْلأُمَّةَ وَجَاهَدَ فِيْ سَبِيْلِهِ حَقَّ جِهَادِهِ.

اَلصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا الْمُصْطَفَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ سَلَكَ سَبِيْلَهُ وَاهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.رَبِّ اشْرَحْ لِيْ صَدْرِيْ وَيَسِّرْ لِيْ أَمْرِيْ وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِيْ يَفْقَهُوْا قَوْلِيْ.

قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. وَقَالَ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. وَقَالَ: وَتَزَوَّدُوْا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى.

وَقَالَ النَّبِيُ : اِتَّقِ اللهَ حَيْثُ مَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بَخُلُقٍ حَسَنٍ. (رواه الترمذي، حديث حسن)

Jamaah Jum’at  hamba Allah yang  dirahmati Allah SWT.

Segala puji bagi Allah SWT, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga, dan para sahabatnya.

Khotib berwasiat kepada diri sendiri khususnya dan jama’ah sekalian marilah kita bertaqwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa, semoga kita akan menjadi orang yang istiqamah sampai akhir hayat kita.

Ma’asyirol Muslimin Rahimani Wa Rahimukumullah..

Virus Corona, dan Kejutan Ekonomi

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan, Indonesia rentan terhadap krisis ekonomi. Apalagi kini sedang merebaknya virus corona atau COVID-19 di Indonesia yang berdampak terhadap perekonomian.

Beberapa faktor alasan Indonesia rentan masuk dalam krisis ekonomi.

Pertama, pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami perlambatan yang cukup tajam, yang diperkirakan hanya 4,5-4,8 persen di tahun 2020. “Bahkan Tahun 2008 pada saat krisis subprime mortgage di AS, pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat 6,1 persen. Baru setelahnya turun tajam ke 4,5 persen. Jadi kondisi saat ini jauh lebih beresiko dibandingkan krisis tahun 2008,” kata Bhima kepada Liputan6.com, Senin (16/3/2020).

Kedua, terkait aliran modal keluar sepanjang enam bulan terakhir, tercatat investor asing melakukan aksi jual sebesar Rp16 triliun. Indek Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 24 persen di periode yang sama. Sementara itu kurs rupiah melemah 5,41 persen dalam 6 bulan terakhir sebagai akibat dari keluarnya dana asing. Selanjutnya, ketiga, Indonesia makin rentan terpapar kepanikan pasar keuangan global.  Menurut Asian Development Bank (ADB), sebanyak 38,5 persen surat utang pemerintah Indonesia dipegang oleh investor asing. Lebih tinggi dari negara Asia lainnya. Jika terjadi aksi jual secara serentak tentunya ini beresiko tinggi terhadap krisis ekonomi.

Solusi Islam Mengatasi Akar Permasalahan Bangsa Indonesia

Solusinya dengan Kepemimpinan Seorang Pemimpin beriman yang memimpin dengan system yang benar dan tepat yaitu sistem Islam.

Dalam Shahih Al-Bukhari disebutkan riwayat dari Anas bahwa Umar bin al-Khaththab meminta hujan saat tertimpa (bencana) kemarau dengan perantara Abbas bin Abdul Muthallib. Khalifah Umar berdoa, “Ya Allah, sungguh kami dulu pernah bertawassul kepada-Mu dengan Nabi kami. Kemudian Engkau memberi kami hujan. Sungguh kami (kini) bertawassul kepada- Mu dengan paman Nabi kami. Karena itu berilah kami hujan.” Mereka pun diberi hujan.

Diriwayatkan, saat Khalifah Umar meminta hujan pada masa bencana, di akhir kata-katanya ia berdoa, “Ya Allah, sungguh saya lemah, sementara apa yang ada di sisi-Mu luas untuk mereka,”

Kemudian Ia meraih tangan Abbas dan berdoa, “Kami mendekatkan diri kepada-Mu dengan paman Nabi-Mu dan orang-orangtuanya yang masih ada serta sahabat-sahabatnya yang besar. Engkau mengucapkan firman-Mu yang mahabenar: Adapun dinding rumah itu adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu. Di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedangkan ayahnya adalah seorang yang salih (TQS aI-Kahfi [18]: 82). Saya menjaga keduanya demi kesalahan ayah mereka. Karena itu jagalah, ya Allah, Nabi-Mu dalam diri pamannya.”

Abbas pun berdoa dengan kedua mata berlinang, “Ya Allah, tidaklah musibah menimpa melainkan karena dosa. Tidaklah musibah dilenyapkan kecuali dengan tobat dan kami menghadap-Mu berkat posisiku dari Nabi-Mu. Inilah tangan-tangan kami, yang kami bentangkan kepada-Mu dengan membawa dosa-dosa, dan ubun-ubun kami, dengan tobat. Karena itu turunkanlah hujan kepada kami dan jangan Kau jadikan kami sebagai orang-orang yang berputus asa, wahai Zat yang Maha Pemurah di antara semua yang pemurah…Ya Allah berilah kami hujan-Mu sebelum tertimpa kemarau dan binasa karena sungguh tidak ada yang berputus asa dari rahmat-Mu kecuali kaum kafir.”[5]

Tiba-tiba gumpalan timbul dari awan dan orang-orang berkata, “Kalian lihat.” Gumpalan itu menyatu dan ditiup angin kemudian tenang Ialu menurunkan hujan. Demi Allah, belumlah hujan berhenti hingga mereka merangkul tembok dan menaikkan kain sarung. Orang-orang menghampiri Abbas berkata, “Selamat untukmu, wahai Penyiram Haramain.”

Fragmen di atas menunjukkan bagaimana Khalifah Umar benar-benar menggantungkan semuanya kepada Allah SWT. Khalifah menyandarkan dan melandaskan penyelesaian terhadap krisis yang melanda Madinah dalam sudut pandang keimanan dan ketakwaan. Tentu dibarengi dengan mengeluarkan kebijakan yang komprehensif, cepat dan tuntas dengan pengawalan langsung, serta mengkonsolidasi daerah-daerah sekitar agar segera memberikan bantuan.

Islam Merupakan Solusi dan Sistem yang Mengatur Segala Aspek Menuju Keadilan dan Kemakmuran. Keadilan Islam dan Kegagalan Kapitalisme, dari Keadilan dan Kesejahteraan menjadi Kezaliman dan Kemerosotan. Sistem ekonomi Islam bukan hanya alternatif, tetapi merupakan sistem yang benar, karena hukumnya diwahyukan oleh Tuhan Semesta Alam, Pencipta semua manusia, yang Maha Mengetahui apa yang memecahkan masalah bagi ciptaannya.

Islam adalah Din Allah, yang Dia wahyukan untuk orang-orang; Islam adalah ideologi umum untuk semua urusan kehidupan; Islam mengatasi problematika manusia dan mengatur seluruh urusan kehidupan secara penuh, baik secara ekonomi, politik, sosial, dan pendidikan. Allah SWT berfirman:

Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu.” (An-Nahl: 89).Rasulullah Saw bersabda:

 «تَرَكْتُكُمْ عَلَى المَحجّةُ الْبَيْضَاءِ، لَيْلُهَا كَنَهَارِهَا لا يَزِيغُ عَنْهَا إِلاَّ هَالِكٌ».

“Saya meninggalkan Anda sebuah jalan yang terang benderang di mana malamnya secerah siangnya. Tidak akan menyimpang darinya kecuali mereka yang dikutuk.”

Oleh karena itu, mengemban sistem ekonomi dalam Islam, mempromosikan dan menyerukannya, dan semua kebijakan yang dihasilkannya, adalah mengemban satu bagian Islam yang tidak kalah penting dan bernilai daripada aspek lainnya.

Oleh karena itu, sistem ekonomi dalam Islam harus dijalankan dan ditunjang sebagai salah satu bagian dari Din yang merupakan keyakinan vital kita dan sebagai satu-satunya yang mampu memberikan kehidupan ekonomi yang adil, bebas krisis, dan aman, serta pengurusannya yang meliputi pencegahan dari awal kejatuhan pada krisis (jika terjadi). Sistem ini bukan sistem buatan manusia seperti halnya dengan sistem buatan manusia lainnya (komunisme dan kapitalisme). Sistem ini berasal dari Allah, pencipta semua manusia dan pencipta segalanya.

Khutbah yang terbatas ini, menyebutkan apa yang dinyatakan dalam buku 300 halaman Sistem Ekonomi dalam Islam oleh ulama terkemuka Taqiyuddin an-Nabhani di mana ia merinci kebijakan ekonomi Islam dan bagaimana sistem ini memastikan kehidupan yang layak bagi semua orang, Muslim dan non-Muslim, selama hampir 13 abad tanpa krisis dan masalah, bahkan sebaliknya.

Saya hanya akan menyebut kisah ini, sebagai satu contoh, dan bukan satu-satunya, tentang bagaimana pernah terjadinya surplus uang yang meningkat pesat di era Khalifah Umar bin Abdul Aziz, semoga Allah merahmatinya. Ia memerintahkan gubernur Irak Abdul Hamid bin Abdurrahman, “Untuk memberikan hak-hak rakyat,” Abdul Hamid menulis: ”Saya sudah membayarkan semua gaji dan hak mereka tetapi di Baitul Mal masih terdapat banyak uang.”

Umar memerintahkan, “Carilah orang yang dililit utang tapi tidak boros. Berilah dia uang untuk melunasi utangnya.” Abdul Hamid kembali menyurati Umar, “Saya sudah membayarkan utang mereka, tetapi di Baitul Mal masih banyak uang.” Umar memerintahkan lagi, “Kalau ada orang lajang yang tidak memiliki harta lalu dia ingin menikah, nikahkan dia dan bayarlah maharnya.” Abdul Hamid sekali lagi menyurati Umar, ”Saya sudah menikahkan semua yang ingin menikah tetapi di Baitul Mal ternyata masih juga banyak uang.” Akhirnya, Umar memberi pengarahan, “Carilah orang yang biasa membayar jizyah dan kharaj. Kalau ada yang kekurangan modal, berilah pinjaman kepada mereka agar mampu mengolah tanahnya. Kita tidak menuntut pengembaliannya kecuali setelah dua tahun atau lebih.”

Kesimpulannya, sistem ekonomi Islam bukan hanya alternatif, tetapi merupakan sistem yang benar, karena hukumnya diwahyukan oleh Tuhan Semesta Alam, Pencipta semua manusia, yang Maha Mengetahui apa yang memecahkan masalah bagi ciptaannya.

“Apakah Allah Yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan atau rahasiakan); dan Dia Mahahalus lagi Maha Mengetahui?” [Al-Mulk: 14]

Sistem Islam dalam ketahanan pangan

lima prinsip pokok tentang ketahanan pangan yang digagas dan diterapkan oleh Nabi Yusuf AS yang pernah dijalankan di masa yang panjang dari Kekhilafahan Islam, yang tetap relevan hingga masa-masa mendatang.

Pertama, optimalisasi produksi, yaitu mengoptimalkan seluruh potensi lahan untuk melakukan usaha pertanian berkelanjutan yang dapat menghasilkan bahan pangan pokok. Di sinilah peran berbagai aplikasi sains dan teknologi, mulai dari mencari lahan yang optimal untuk benih tanaman tertentu, teknik irigasi, pemupukan, penanganan hama hingga pemanenan dan pengolahan pasca panen.

Kedua, adaptasi gaya hidup, agar masyarakat tidak berlebih-lebihan dalam konsumsi pangan. Konsumsi berlebihan justru berpotensi merusak kesehatan (wabah obesitas) dan juga meningkatan persoalan limbah. Nabi juga mengajarkan agar seorang mukmin baru “makan tatkala lapar, dan berhenti sebelum kekenyangan”.

Ketiga, manajemen logistik, dimana masalah pangan beserta yang menyertainya (irigasi, pupuk, anti hama) sepenuhnya dikendalikan oleh pemerintah yaitu dengan memperbanyak cadangan saat produksi berlimpah dan mendistribusikannya secara selektif pada saat ketersediaan mulai berkurang. Di sini teknologi pasca panen menjadi penting.

Keempat, prediksi iklim, yaitu analisis kemungkinan terjadinya perubahan iklim dan cuaca ekstrem dengan mempelajari fenomena alam seperti curah hujan, kelembaban udara, penguapan air permukaan serta intesitas sinar matahari yang diterima bumi. Kelima, mitigasi bencana kerawanan pangan, yaitu antisipasi terhadap kemungkinan kondisi rawan pangan yang disebabkan oleh perubahan drastis kondisi alam dan lingkungan. Mitigasi ini berikut tuntunan saling berbagi di masyarakat dalam kondisi sulit seperti itu.

Semoga cobaan yang menimpa bangsa kita segera berlalu, dan semoga cobaan ini sebagai peringatan agar kita kembali kepada Islam secara menyeluruh dan totalitas agar selamat di dunia dan akhirat.


أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُوْا اللهَ لِيْ وَلَكُمْ

Wallahul muwaffiq

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَالْعَصْرِ، إِنَّ الإِنسَانَ لَفِيْ خُسْرٍ، إِلاَّ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.

Khutbah Kedua

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.

جَمَاعَةَ الْجُمُعَةِ، أَرْشَدَكُمُ اللهُ. أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهُ، وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا وَيَرْزُقُهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ، وَمَن يَتَّقِ اللهَ يُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا.

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ. اَللَّهُمَ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ. اَللَّهُمَّ انْصُرِ الْمُجَاهِدِيْنِ فِيْ كُلِّ مَكَانٍ وَزَمَانٍ.

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ اْلأَبْرَارِ. رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَّسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا، رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِن قَبْلِنَا، رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ، وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنتَ مَوْلاَنَا فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ. اَللَّهُمَّ إِنَا نَسْأَلُكَ رِضَاكَ وَجَنَّتَكَ وَنَسْأَلُكَ شَهَادَةً فِيْ سَبِيْلِكَ. اَللَّهُمَّ أَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَالْمُبْتَدِعَةَ وَالْمُشْرِكِيْنَ أَعْدَائَكَ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ.

اَللَّهُمَّ شَتِّتْ شَمْلَهُمْ وَمَزِّقْ جَمْعَهُمْ وَزَلْزِلْ أَقْدَامَهُمْ وَأَلْقِ فِيْ قُلُوْبِهِمُ الرُّعْبَ. اَللَّهُمَّ عَذِّبْهُمْ عَذَابًا شَدِيْدًا وَحَسِّبْهُمْ حِسَابًا ثَقِيْلاً. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

Download Materi Khutbah Jum’at Edisi 232
pdf

Lihat lebih banyak

Artikel terkait

Back to top button