Meneladani Spirit Kepahlawanan dari Kiai dan Santri
Oleh: Abu Hamasah
Katib Jamaah Ansharu Syariah Mudiriyah Jember
Sejarah telah mengukir dengan tinta emas bahwa pertempuran 10 November 1945 yang heroik itu tidak akan pernah ada tanpa ‘Resolusi Jihad’ yang diprakarsai kaum santri di Kampung Bubutan, Surabaya, 22 Oktober 1945. Resolusi Jihad yang terjadi pada 22 Oktober berselang 20 hari dari Hari Pahlawan 10 November. Peristiwa mulia yang saling bertautan dan dikenang dalam sejarah Bangsa.
Resolusi Jihad berisi ajakan dan pernyataan bahwa berjuang mempertahankan kemerdekaan bangsa hukumnya fardhu ’ain (wajib bagi semua orang). Seruan tersebut pun membuat para kaum santri turun ke jalan berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Bahkan sebelum momen Resolusi Jihad ini, para kiai pun berkontribusi nyata membentuk cikal bakal tentara sebagai penguat pertahanan keamanan bangsa. Laskar Hizbullah dan Laskar Sabilillah dibentuk menjelang akhir pemerintahan Jepang. Latihan kemiliteran laskar pun mulai dilakukan di Cibarusah, sebuah desa di Bekasi, Jawa Barat.
Laskar Hiszbullah di bawah komando spiritual KH Hasyim Asy’ari. Secara militer dipimpin KH Zaenul Arifin. Sedangkan Laskar Sabilillah dipimpin KH Masykur.
Pada periode Revolusi Fisik 1945-1949, banyak santri yang kemudian berjihad melawan penjajah kafir yang ingin melanjutkan penindasan dan kezalimannya di negeri mayoritas muslim ini. Relevansi dari Resolusi Jihad bisa ditadabburi melalui firman Allah QS Al-Mumtahanah ayat 8-9
لَا يَنْهٰىكُمُ اللّٰهُ عَنِ الَّذِيْنَ لَمْ يُقَاتِلُوْكُمْ فِى الدِّيْنِ وَلَمْ يُخْرِجُوْكُمْ مِّنْ دِيَارِكُمْ اَنْ تَبَرُّوْهُمْ وَتُقْسِطُوْٓا اِلَيْهِمْۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِيْنَ اِنَّمَا يَنْهٰىكُمُ اللّٰهُ عَنِ الَّذِيْنَ قَاتَلُوْكُمْ فِى الدِّيْنِ وَاَخْرَجُوْكُمْ مِّنْ دِيَارِكُمْ وَظَاهَرُوْا عَلٰٓى اِخْرَاجِكُمْ اَنْ تَوَلَّوْهُمْۚ وَمَنْ يَّتَوَلَّهُمْ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ
“Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu ke kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang adil. Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan mereka sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kamu dalam urusan agama dan mengusir kamu dari kampung halamanmu dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, mereka itulah orang zalim”
Ayat di atas sudah sangat jelas pentingnya memerangi untuk menyuarakan kebenaran dan lebih memberikan kemaslahatan pada umat.
Tak bisa dipungkiri bahwa tidak ada perlawanan yang sengit bila tidak ada peran Ulama melalui resolusi jihad KH Hasyim Asy’ari. Tidak ada resolusi Haysim Asy’ari, kalau tidak ada kegigihan perjuangan para santri.
Resolusi jihad berdampak besar mengobarkan semangat 10 November 1945. Peristiwa ini menunjukkan betapa urgennya peran ulama dalam kondisi genting kala itu. Saat kondisi negara carut marut belum terkonsolidasi, hadirlah ulama dan santri yang berkhidmat untuk menjaga nikmat perjuangan. Tampillah sosok ulama panutan memberikan fatwa jihad yang mewajibkan umat Islam untuk melawan kezaliman penjajah.
Momentum yang berkaitan dengan Resolusi Jihad dan Hari Pahlawan memberi pelajaran berharga untuk berkomitmen dalam perjuangan dengan segala potensi terbaik yang dimiliki serta tumbuhnya kesadaran sistem hidup berjamaah sam’an wa tho’atan di bawah komando ‘Ulama dalam mewujudkan cita-cita mulia dengan berdakwah, amar ma’ruf nahi munkar.