Artikel

Waspadalah Terhadap Karakter Benalu Dakwah

Oleh : Ustadz Nofa Miftahudin, S.Th.I
Staff Katibah Tarbiyah Jamaah Ansharu Syariah Wilayah Jawa Timur

Penulis berharap artikel ini bermanfaat dan berkah bagi semuanya. Artikel dibuat bukan untuk memvonis siapapun. Namun sebagai evaluasi untuk diri penulis dan kepada kaum muslimin pada umumnya.

Dakwah adalah tugas mulia yang diemban oleh setiap Muslim. Para pengemban dakwah dituntut untuk ikhlas, sabar, dan sungguh-sungguh dalam menjalankan amanah ini.

Namun, dalam perjalanannya, tak jarang muncul orang-orang yang disebut sebagai “benalu dakwah.” Mereka terlihat seperti bagian dari perjuangan, tetapi sebenarnya merugikan misi dakwah. Artikel ini akan mengupas karakteristik “benalu dakwah,” bahayanya, serta dalil-dalil yang relevan sebagai peringatan bagi para pengemban dakwah.

Siapa Itu “Benalu Dakwah”?

Secara sederhana, “benalu dakwah” adalah orang-orang yang terlibat dalam aktivitas dakwah, tetapi niat dan perilakunya justru menghambat atau merusak misi dakwah itu sendiri. Mereka mungkin ikut dalam barisan dakwah, tetapi bukan untuk memberi manfaat. Sebaliknya, mereka justru merusak, mengambil keuntungan pribadi, atau bahkan menimbulkan perpecahan.

Lalu bagaimana Karakteristik “Benalu Dakwah”

1. Tidak Ikhlas dalam Dakwah

Orang yang ikhlas dalam dakwah hanya mengharapkan ridha Allah, bukan popularitas atau pujian manusia. Sebaliknya, “benalu dakwah” melakukan dakwah untuk tujuan duniawi. Rasulullah Shalallahu alaihi wa Sallam bersabda:

مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اللَّهِ لَا يَتَعَلَّمُهُ إِلَّا لِيُصِيبَ بِهِ عَرَضًا مِنَ الدُّنْيَا لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Barang siapa yang mempelajari ilmu yang seharusnya hanya untuk mengharapkan wajah Allah, namun ia mempelajarinya untuk memperoleh keuntungan duniawi, maka ia tidak akan mencium aroma surga pada hari kiamat.” (HR. Abu Dawud, no. 3664).

Orang yang mencari popularitas dari dakwah sesungguhnya telah terjerumus dalam riya’, yang merupakan bentuk kemusyrikan kecil (syirik asghar).

2. Malas Berkontribusi dan Hanya Ingin Menikmati Hasil

Benalu dakwah tidak mau ikut bekerja keras dalam perjuangan. Ia hanya ingin mendapatkan keuntungan dari hasil jerih payah orang lain. Padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan setiap Muslim untuk berjuang dan berkontribusi dalam kebaikan.

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.” (QS. Al-Ma’idah: 2).

Benalu dakwah hanya mau menerima, tetapi enggan memberi. Ia hadir ketika ada pembagian keuntungan, tetapi menghilang saat dibutuhkan pengorbanan. Padahal, Allah memuji orang-orang yang berjuang dengan harta dan jiwa mereka:

إِنَّ اللَّهَ اشْتَرَىٰ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُم بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ

“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan (balasan) bahwa mereka akan memperoleh surga.” (QS. At-Taubah: 111).

3. Menyebarkan Fitnah dan Perpecahan

Benalu dakwah sering kali menjadi pemicu perpecahan. Mereka memunculkan isu-isu negatif yang merusak kepercayaan di tengah barisan dakwah. Allah Subhanallahu wa Ta’ala mengingatkan kita untuk menjauhi fitnah dan menyatukan hati kaum Muslimin:

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا

“Dan berpegang teguhlah kamu semua pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai.” (QS. Ali Imran: 103)

Fitnah dan perpecahan merupakan senjata setan. Rasulullah Shalallahu alaihi wa Sallam bersabda:

إِنَّ الشَّيْطَانَ قَدْ أَيِسَ أَنْ يُعْبَدَ فِي جَزِيرَةِ الْعَرَبِ، وَلَكِنَّهُ فِي التَّحْرِيشِ بَيْنَهُمْ

“Sesungguhnya setan telah berputus asa untuk disembah di Jazirah Arab, tetapi ia tidak berputus asa untuk menimbulkan permusuhan di antara mereka.” (HR. Muslim, no. 2812).

4. Selalu Menuntut Hak, tapi Lupa Kewajiban

Benalu dakwah sering kali menuntut fasilitas, penghargaan, atau posisi, tetapi enggan melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Ini adalah sifat munafik. Rasulullah Shalallahu alaihi wa Sallam bersabda:

آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاثٌ: إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ

“Tanda orang munafik ada tiga: jika berbicara, ia berdusta; jika berjanji, ia mengingkari; dan jika dipercaya, ia berkhianat.” (HR. Bukhari, no. 33; Muslim, no. 59).

Benalu dakwah menuntut penghormatan, tetapi tidak ingin menanggung beban dakwah. Padahal, para pengemban dakwah seharusnya siap memikul beban dan menghadapi kesulitan dengan penuh keikhlasan.

Bahayakah Benalu Dakwah?

Kehadiran “benalu dakwah” sangat berbahaya bagi barisan dakwah. Keberadaan mereka dapat mengakibatkan :

1. Melemahkan semangat juang

2. Memecah belah persatuan

3. Menghancurkan kepercayaan

Lalu bagaimana solusi Menghadapi “Benalu Dakwah?

1. Perkuat keikhlasan: Para pengemban dakwah harus selalu memperbarui niatnya agar tidak terjerumus dalam sifat “benalu dakwah.”

2. Tegakkan amar ma’ruf nahi munkar: Jika ditemukan karakter benalu di barisan dakwah, para pengemban dakwah harus saling menasihati.

3. Perkuat ukhuwah Islamiyah: Tingkatkan rasa saling percaya dan jauhi prasangka buruk.

4. Pilih pemimpin yang bijak dan tegas: Pemimpin yang kuat dan bijaksana akan mampu menangani karakter “benalu dakwah” dengan tegas.

Semoga Allah menjauhkan kita dari sifat “benalu dakwah” dan menjadikan kita para pengemban dakwah yang ikhlas aamiin yaa Robb.

Lihat lebih banyak

Artikel terkait

Back to top button