BANGGA JADI HAROKI
Penulis : Ustadz Dody Kurniawan
Kata Haroki berasal dari kata “Harokah”, dalam bahasa arab berarti “Pergerakan”. Maka Kata Haroki atau Harokiyyun Berarti “Pengikut atau Anggota Pergerakan”.
Kata Haroki atau Harokiyyun sering kita dengar dalam ceramah atau tulisan berupa buku atau artikel keislaman. Sayangnya ceramah atau tulisan yang memuat tentang Haroki atau Harokiyyun kebanyakan kontennya justru menjatuhkan atau menjadikan kata Haroki atau Harokiyyun berkonotasi negatif.
Lucunya lagi, kebanyakan mereka yang memuat konten negatif tentang Haroki adalah orang orang yang tidak mengenal dunia Harokah, bilapun ada kebanyakannya dari mereka yang memisahkan diri karena futur, sakit hati, atau sebagiannya lagi karena besarnya kecintaan terhadap dunia, sehingga rela menjadi pion untuk memecah belah dan melemahkan kaum muslimin.
Haroki dan Ngaji
Bukan Haroki namanya kalau tidak ngaji. Dalam sebuah pergerakan belajar Islamnya justru lebih runut dan teratur.
Yang belum bisa baca Qur’an “dipaksa” untuk bisa baca Qur’an, yang sudah bisa baca Qur’an diperbaiki bacaannya, yang sudah bagus bacaannya naik ke jenjang hafalan.
Pelajaran Aqidah jangan ditanya, karena itu yang pertama kali diajarkan dalam Harokah Islam. Fiqih Jihad apalagi, bahkan seorang pemula dari kalangan haroqi lebih paham fiqih jihad dibanding Ustadz yang bergelar profesor doktor sekalipun Dikalangan Salafi Maz’um (Salafi palsu-red).
Dalam Harokah Islamiyah, saling ingat mengingatkan untuk melazimi bacaan Qur’an tiap hari, shalat malam, puasa Sunnah dan dzikir pagi dan petang. Karena itu semua adalah bagian dari kesehariannya.
Semua hal diatas tidak akan kamu temukan di kalangan Salafi Maz’um, yang taunya cuma hadir kajian kemudian pulang. Tidak ada saling mengingatkan yang akhirnya tidak saling peka, jangankan terhadap urusan kaum muslimin, bahkan sesama anggota pengajianpun sering terlewatkan.
Haroki dan Thoifah Manshuroh
Salah satu sifat yang paling menonjol dari Toifah Manshuroh adalah berperang di jalan Allah dan tidak peduli dengan orang yang mencela mereka. Berdasarkan Hadits Dari Imran bin Husain radhiallahu anhu berkata, bahwa Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda,
لا تزال طائفة من أمتي يقاتلون على الحق ، ظاهرين على من ناوأهم ، حتى يقاتل آخـرهم المسيح الدجال
”Akan senantiasa ada kelompok dari umatku yang berperang diatas kebenaran. Mereka akan menang menghadapi musuh-musuhnya. Sampai akhir dari mereka akan memerangai Al-Masih Ad-Dajjal” (HR. Ahmad).
Dari hadits ini jelas bahwa berkelompok bukan suatu yang tercela selama didalamnya berlandaskan kitab Allah dan Sunnah Rasulullah sesuai pemahaman para salaf.
Dari hadits ini juga dapat dipahami bahwa kelompok manusia itu ada dua, yakni kelompok yang ditolong oleh Allah (Thoifah Manshuroh) yang memiliki satu ciri yakni berjihad di jalan Allah, dan kelompok kedua adalah kelompok pencaci dan pencela yang bertujuan untuk melemahkan kaum muslimin dari berjihad di jalan Allah.
Imam Ibnu Katsir Rahimahullah ketika menjelaskan firman Allah dalam Surat Al-Ma’idah: 55 sebagai penjelasan sifat Toifah Manshuroh, beliau berkata:
﴿يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلا يَخَافُونَ لَوْمَةَ لائِمٍ﴾ أَيْ: لَا يَرَدُّهُمْ عَمَّا هُمْ فِيهِ مِنْ طَاعَةِ اللَّهِ، وَقِتَالِ أَعْدَائِهِ، وَإِقَامَةِ الْحُدُودِ، وَالْأَمْرِ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّهْيِ عَنِ الْمُنْكَرِ، لَا يَرُدُّهُمْ عَنْ ذَلِكَ رَادٌّ، وَلَا يَصُدُّهُمْ عَنْهُ صَادٌّ، وَلَا يَحِيكُ فِيهِمْ لَوْمُ [[في أ: “لومة”.]] لَائِمٍ وَلَا عَذَلُ عَاذِلٍ.
“(Mereka berjihad di jalan Allah dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela). Maksudnya (celaan) tidak membuat mereka mundur kebelakang dari ketaatan kepada Allah dan memerangi musuh musuh Allah, menegakkan syari’at, beramar makruh dan Nahi mungkar. Tidak ada yang bisa menghentikan mereka dari hal itu, dan tidak membuat mereka berpaling, dari celaan orang yang suka mencela dan hinaan orang yang suka menghina,” (Tafsir Ibnu Katsir).
Singkat cerita, tak perlu malu apalagi sedih bila disebut sebagai Haroki, Hizbi, atau istilah istilah lainnya. Apalagi terhadap tuduhan yang berbalut sejuta kebohongan. Ibarat kata pepatah: “Anjing menggonggong kafilah tetap berlalu”.