Artikel

Inilah Kemuliaan ‘Ulama dan Bahaya bila Memusuhinya

Abu Hamasah
Katib Mudiriyah Jember

Berita penangkapan Ustadz Farid Ahmad Okbah oleh Densus 88 menimbulkan ketidakpercayaan dari tokoh Nasional yang yang selama ini mengenal sosok Ulama tersebut, termasuk Wakil Ketua Umum MUI Pusat, Dr. H. Anwar Abbas. Pihaknya meminta kepolisian menjelaskan kepada masyarakat terkait penangkapan ulama yang juga tokoh Partai Dakwah Rakyat Indonesia (PDRI) tersebut.

Selama ini Ustadz Farid dikenal luas di masyarakat sebagai seorang Ulama yang Anti dengan tindakan kekerasan. Dirinya menjelaskan sebaiknya pihak Densus 88 dapat menemui dulu target yang mereka cari. Hal itu untuk memberikan peringatan dan penjelasan bila ada orang yang berpotensi dan dicurigai mengarah kepada tindakan terorisme.

Penghinaan dan ancaman terhadap para ulama dan tokoh Islam adalah sebuah ironi. Ulama adalah sosok yang sudah sepantasnya dihormati, dimuliakan, dilindungi dan dijaga oleh kaum muslimin. Apalagi, kita hidup di negeri berpenduduk mayoritas Muslim.

Allah Subhanahu wa ta’ala memberikan kedudukan mulia kepada Ulama. Dalam timbangan Islam, Ulama adalah sosok yang istimewa karena mengemban misi mulia melanjutkan tugas para Nabi dan Rasul.

Pertama: dinaikkan derajatnya oleh Allah beberapa tingkat di atas manusia lain.

يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

Allah meninggikan orang-orang yang beriman dan orang-orang yang diberi ilmu di antara kalian beberapa derajat. Allah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan (QS al-Mujadilah [58]: 11).

Tidak ada manusia yang diberi kebaikan oleh Allah melainkan para ulama. Nabi shallallahu alaihi wasallam menyebutkan ketinggian derajat para ulama di dunia ini dibandingkan dengan segenap manusia. Sabda beliau:

إِنَّ مَثَلَ الْعُلَمَاءِ فِى الأَرْضِ كَمَثَلِ النُّجُومِ فِى السَّمَاءِ يُهْتَدَى بِهَا فِى ظُلُمَاتِ الْبَرِّ وَالْبَحْرِ فَإِذَا انْطَمَسَتِ النُّجُومُ أَوْشَكَ أَنْ تَضِلَّ الهُدَاةُ

Permisalan ulama di muka bumi seperti bintang yang ada di langit. Bintang dapat memberi petunjuk kepada orang yang berada di gelap malam, di daratan maupun di lautan. Jika bintang tak muncul, manusia tak mendapatkan petunjuk (HR Ahmad).

Kedua: ‘Ulama adalah pewaris para Nabi.

Di tengah umat ini, tak ada satu pun yang layak disebut pewaris para nabi melainkan para ulama. Sabda Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam

إِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ، إِنَّ اْلأَنْبِياَءَ لَمْ يُوَرِّثُوْا دِيْناَرًا وَلاَ دِرْهَماً إِنَّمَا وَرَّثُوْا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَ بِهِ فَقَدْ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ

Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi. Sungguh para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham. Sungguh mereka hanya mewariskan ilmu. Siapa saja yang mengambil warisan tersebut ia telah mengambil bagian yang banyak (HR at-Tirmidzi, Ahmad, ad-Darimi, Abu Dawud dan Ibnu Majah).

Sabda Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam

يَشْفَعُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ثَلاَثَةٌ الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الْعُلَمَاءُ ثُمَّ الشُّهَدَاءُ

Akan memberi syafaat pada Hari Kiamat tiga golongan: para nabi, ulama, lalu para syuhada (HR Ibnu Majah).

Ketiga: Ulama menjaga agama ini terpelihara dan umat dari berbagai kesesatan.

Jika para ulama telah tiada, ilmu akan lenyap dan umat pun akan mudah tergelincir dalam kesesatan. Sabda Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam:

إِنَّ اللهَ لاَ يَقْبِضُ العِلْمَ انْتِزَاعَاً يَنْتَزِعُهُ مِنَ الْعِبَادِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ العِلْمَ بِقَبْضِ العُلَمَاءِ

Sungguh Allah tidak mencabut ilmu dengan mencabut ilmu itu dari manusia. Namun, Dia mencabut ilmu dengan mewafatkan para ulama (HR al-Bukhari)

Bahaya Memusuhi Ulama

Ulama adalah mereka yang memiliki rasa takut kepada Allah, berkomitmen dalam berdakwah dan amar maruf nahi mungkar, berjuang untuk menegakkan agama-Nya wajib untuk diikuti dan tidak boleh direndahkan.

Bahkan, Allah menyatakan perang terhadap mereka yang mengganggu para wali-Nya:

مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ

“Siapa saja yang memusuhi wali-Ku, sungguh Aku telah mengumumkan perang kepada dirinya.” (HR Bukhari).

Hadits ini menjelaskan betapa kerasnya pembelaan Allah kepada para ulama sebagai wali-Nya. Yang dimaksud dengan wali Allah adalah orang ‘alim yang selalu taat dan ikhlas dalam beribadah.

Imam Syafii menegaskan, jika para ulama itu bukan wali-wali Allah, tentu tidak ada wali-Nya di muka bumi ini. Berkaitan adanya larangan menghina dan menyakiti ulama, Ikrimah, seorang tabi’in, berkata, “Janganlah kamu menyakiti seorang ulama. Siapa saja yang menyakiti ulama berarti dia telah menyakiti Rasulullah. Sebabnya, ulama berkedudukan sebagai pewaris ilmu para nabi untuk disampaikan kepada umat hingga Hari Kiamat nanti.”

Al-Hafizh Ibnu Asakir, dalam kitab Tabyin Kadzib al-Muftari, juga mengingatkan bahwa daging ulama itu ‘beracun’.
Siapa saja yang menghina, memfitnah, apalagi menyakiti para ulama akan mendapat balasan keras dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Kata Ibnu Asakir, “Tidaklah saya tahu seseorang yang menghina ulama kecuali akan mati dalam akhir yang buruk (su’ul khatimah) karena sungguh daging ulama itu ‘beracun’.”

Begitu keras ancaman Allah dan Rasul-Nya terhadap orang-orang yang memfitnah, memusuhi termasuk merendahkan para ulama dan pejuang Islam.

Apalagi jika perbuatan itu disertai dengan pelecehan dan penistaan terhadap ajaran Islam seperti menangkap mereka yang ikhlas dan istiqomah berdakwah dan beramar makruf nahi munkar.

Sudah selayaknya kita umat Islam bersatu membela para ulama dan tokoh-tokoh Islam yang mukhlis menegakkan kalimatullah.
Kita wajib melindungi dan membela mereka tanpa perlu lagi memandang ormas atau afiliasi kelompoknya.

Selama mereka istiqamah dan ikhlas memperjuangkan agama Allah, sudah menjadi tanggung jawab bersama dari umat untuk menjaga dan menyelamatkan mereka.

Lihat lebih banyak

Artikel terkait

Back to top button