Artikel

JANGAN KAU MARAHI MEREKA

Oleh: Qoid Sariyah Dakwah Jamaah Ansharu Syariah Malang Ustadz Nofa Miftahudin, S.Th.I

Marah itu adalah sifat tercela, di syari’at islam marah merupakan salah satu yang di larang dan harus dijauhi. Rasulullah Shallallahu alaihi wa salam pernah dimintain nasehat oleh seseorang. Maka Beliau memberikan nasehat cukup singkat yaitu jangan marah. Sebagaimana sabdanya :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلاً قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَوْصِنِي، قَالَ : لاَ تَغْضَبْ فَرَدَّدَ مِرَاراً، قَالَ: لاَ تَغْضَبْ [رواه البخاري]

Artinya : Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu sesungguhnya seseorang bertanya kepada Rasulullah sholallohu ‘alaihi wa sallam : (Ya Rasulullah ) nasihatilah saya. Beliau bersabda : Jangan kamu marah. Beliau menanyakan hal itu berkali-kali. Maka beliau bersabda : Jangan engkau marah. (Riwayat Bukhori )

Ada hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad tentang cara menanggulangi marah di antaranya dengan diam. Rasulullah SAW bersabda :

وَ إِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْكُتْ

“Jika salah seorang di antara kalian marah, diamlah.” (HR. Ahmad)

Marah adalah sifat yang mendatangkan madharat terhadap diri sendiri dan orang lain sehingga harus dihindari. Di sisi lain bentuk apresiasi Allah Ta’ala kepada orang yang dapat mengendalikan amarah kelak di hari kiamat orang tersebut dipanggil di hadapan para makhluk dan dipersilahkan untuk memilih bidadari yang diinginkan. Sebagaimana sabda beliau:

Dari Mu’adz radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ كَظَمَ غَيْظاً وَهُوَ قَادِرٌ عَلَى أَنْ يُنَفِّذهُ دَعَأهُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى رُؤُوْسِ الْخَلاَئِقِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُخَيِّرَهُ مِنَ الْحُوْرِ مَا شَاءَ

“Barangsiapa menahan amarahnya padahal mampu meluapkannya, Allah akan memanggilnya di hadapan para makhluk pada hari Kiamat untuk memberinya pilihan bidadari yang ia inginkan.” (HR. Abu Daud, dan Ibn Majah)

Hadits serupa pula mengenai keutamaan tidak marah maka baginya surga.

Dari Abu Ad-Darda’ radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Wahai Rasulullah tunjukkanlah kepadaku suatu amalan yang dapat memasukkan dalam surga.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bersabda,

لاَ تَغْضَبْ وَلَكَ الْجَنَّةُ

“Janganlah engkau marah, maka bagimu surga.” (HR. Thabrani)

Dari beberapa hadits di atas menunjukkan bahwa sifat marah itu dilarang, kecuali yang diperbolehkan oleh syariat misalkan marah karena Allah, Rasulullah, Islam dihina.

Mengingat semakin dekatnya Bulan Ramadhan ini, maka kita maksimalkan dalam amal shalih. Mari kita maksimalkan pula potensi masjid untuk kebangkitan islam dan muslimin. Bukan hanya sekedar untuk shalat dan membaca Al Qur’an.

Salah satu mengfungsikan masjid untuk pengkaderan generasi pecinta masjid. Dengan apakah pengkaderan tersebut dimulai? Dengan mengajak semua keluarga kita untuk shalat berjama’ah meskipun mungkin dari keluarga kita ada yang masih anak-anak. Justru dengan mengajak anak-anak ke masjid adalah langkah konkret untuk pengkaderan generasi pecinta masjid.

Dengan membiasakan kita mengajak anak-anak ke masjid sejak dini itu memudahkan kita mengajak mereka untuk pergi ke masjid ketika sudah dewasa. Dimana zaman sekarang sangatlah langka sekali untuk menjumpai pemuda-pemudi yang gemwr ke masjid.

Sebagai evaluasi pada internal kaum muslimin, mengapa masjid langka dari pemuda-pemudi, justru mereka lebih suka ke tempat lain yang cenderung kepada tempat yang berlumuran kemaksiatan?

Mungkin sudah ada yang menemukan jawabannya, yaitu karena pengaruh negatif dari teknologi. Kecepatan perkembangan teknologi yang tidak diimbangi oleh pengasahan iman, ilmu dan amal. Ya memang itu adalah satu dari beberapa penyebab.

Namun pada kesempatan ini kita ingin mengkaji penyebab kelangkaan pemuda pemudi dari pusaran masjid. Apakah salah satu penyebabnya? yang mungkin tidak sedikit di antara kita tidak menyadari bahwa perkara ini adalah salah satu penyebab yang sering kita lakukan dan kita jumpai, memang remeh, terkesan merupakan kebaikan, seolah-olah amar ma’ruf nahi munkar. Namun perkara ini adalah fatal.

Perkara itu adalah arogansi kita, amarah kita yang tidak terkendali, sikap kita yang membuat tidak nyaman, ucapan kita yang menyayat hati sehingga membuat pensiun pemuda-pemudi untuk menjadi generasi pencinta masjid.

Ya karena kegaduhan mereka, ya karena kurang disiplinnya mereka, ya karena mereka membuat onar. Mamang karena ulah mereka kita sholat menjadi terganggu konsentrasi, kurang fokus, berisik, dan membuat tidak nyaman dalam shalat berjama’ah.

Namun ingatlah, renungilah apa penyebab rasulullah memberikan informasi bahwa pahala orang yang shalat sendiri dibandingkan dengan orang yang shalat berjama’ah 1:27. Ya dalam melaksanakan shalat berjama’ah itu membutuhkan pengorbanan yang besar. Di antaranya adalah pengorbanan waktu, tenaga, harta, perasaan dan masih banyak lagi pengorbanan yang kita lakukan dalam melaksanakan shalat berjama’ah.

Maka bersabarlah ketika melihat dan mendengarkan gurauan anak-anak yang shalat di masjid, tidak jarang juga suara tangisan yang memekikkan telinga. Namun ingatlah, bayangkan bila kelak anak-anak yang masih kecil itu berkembang menjadi besar, pemuda yang cinta masjid, memakmurkan masjid, menjadikan masjid pusat untuk kebangkitan islam.

Bukankah kita juga mendapatkan pahala yang luar biasa dari Allah Ta’alaa? Bayangkan bila mereka kelak berkontribusi untuk kejayaan islam, bukankah kita juga ikut bahagia? Bayangkan bila mereka kelak ingat sikap baik kita terhadap mereka, sabar ketika mereka ramai, gaduh dll.

Sehingga mereka pun tidak lupa mendoakan kita supaya diampuni oleh Allah Ta’ala atas dosa-dosa yang telah kita perbuat, tidakkah kita bahagia? Ternyata ketika kita di hisab dosa-dosa kita di hadapan Allah Ta’ala. Banyak dosa kita yang diampuni oleh-Nya karena doa tulus dari anak-anak yang dulu gaduh di masjid saat shalat berjama’ah.

Alangkah bahagianya kita bukan? Dan begitu menyesalnya kita di hadapan Allah Ta’ala ketika dosa kita diampuni, ternyata karena doa anak-anak kecil dulu yang kita marahi, pukul, benak dll dikarenakan mereka belajar shalat berjama’ah meski dengan ramai, tidak tertib dll.

Maka Jangan Marahi Mereka

Marah bukan solusi membuat anak-anak berhenti gaduh di masjid, memarahi mereka saat di masjid membuat mereka kapok datang ke masjid. Ada banyak cara untuk menertibkan anak-anak supaya tidak gaduh di masjid.

Di antaranya membuat tempat khusus shalat anak-anak, membentuk tim khusus yang santun dan menyenangkan untuk menertibkan anak-anak, memberikan hadiah kepada mereka yang tertib ketika shalat, menghadirkan trainer spesialis untuk anak-anak supaya cinta masjid dan akhlaq ketika sholat berjama’ah.

Looo kok ribet sekali ya? Memang besarnya pahala yang kita dapatkan tergantung dari keribetan, tingkat kesulitan dalam memperjuangkan dalam mengamalkan kebaikan.

Selain itu kerja sama dengan orang tua atau orang yang terdekat anak kecil yang ikut shalat berjama’ah itu, tentu tidak bosan selalu mendoakan dan menasehati supaya shalat dengan sungguh-sungguh. Tidak cukup sekali dua kali dalam menasehati, tetapi terus menerus. Dan in shaa Allah berganti waktu pasti semakin baik. Karena pada dasarnya tidak ada doa dan nasehat yang sia-sia.

Mari kita wujudkan masjid ramah dengan anak-anak di lingkungan kita.

Lihat lebih banyak

Artikel terkait

Back to top button