Khutbah Jumat Edisi 091: “Meneladani Keteguhan Nabi Ibrahim”
Materi Khutbah Jumat Edisi 091 tanggal 1 Dzulhijjah 1437 H ini dikeluarkan oleh
Sariyah Da’wah Jama’ah Ansharusy Syari’ah dapat download di:
Meneladani Keteguhan Nabi Ibrahim
(Dikeluarkan Oleh Sariyah Dakwah Jama’ah Ansharusy Syari’ah)
KHUTBAH PERTAMA
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ وَلاَ رَسُوْلَ بَعْدَهُ، قَدْ أَدَّى اْلأَمَانَةَ وَبَلَّغَ الرِّسَالَةَ وَنَصَحَ اْلأُمَّةَ وَجَاهَدَ فِيْ سَبِيْلِهِ حَقَّ جِهَادِهِ
اَلصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا الْمُصْطَفَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ سَلَكَ سَبِيْلَهُ وَاهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.رَبِّ اشْرَحْ لِيْ صَدْرِيْ وَيَسِّرْ لِيْ أَمْرِيْ وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِيْ يَفْقَهُوْا قَوْلِيْ
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. وَقَالَ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. وَقَالَ: وَتَزَوَّدُوْا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى
وَقَالَ النَّبِيُ: اِتَّقِ اللهَ حَيْثُ مَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بَخُلُقٍ حَسَنٍ. (رواه الترمذي، حديث حسن)
Jamaah Jum’at hamba Allah yang dirahmati Allah SWT.
Segala puji bagi Allah SWT, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepadajunjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga, dan para sahabatnya.
Khotib berwasiat kepada diri sendiri khususnya dan jama’ah sekalian marilah kita bertaqwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa, semoga kita akan menjadi orang yang istiqamah sampai akhir hayat kita.
MENGGAPAI KETEGUHAN HATI
Ma’asyirol Muslimin Rahimani Wa Rahimakumullah !!!
Bahwa manusia yang bahagia adalah manusia yang berpegang teguh kepada agama Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan kembali kepada-Nya. Dan dialah mukmin yang benar keimanannya, yang senantiasa istiqamah dengan agamanya dalam situasi dan kondisi apa pun. Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah berfirman yang artinya,
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang- orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS. Al-Ankabut: 2-3).
Dalam ayat yang lain Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman yang artinya,
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang- orang terdahulu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya, “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (QS. Al-Baqarah: 214).
Dan firman-Nya yang artinya:
“Dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran)”. (QS. Al-A’raf: 168).
Ma’asyirol Muslimin Rahimani Wa Rahimakumullah !!!
Sesungguhnya sempit dan lapang, senang dan susah, dan lain sebagainya adalah merupakan keadaan yang telah digariskan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Dari sinilah akan terbuka dan tampak jati diri dan watak hati yang sebenarnya. Dan dari sini tampak jelaslah golongan orang-orang yang beriman dan terbongkarlah topeng kepalsuan golongan penipu (orang-orang munafik).
Ma’asyirol Muslimin Rahimani Wa Rahimakumullah !!!
Barangsiapa yang mengetahui hikmah pergantian kondisi dan perjalanan taqdir yang telah Allah Subhanahu Wa Ta’ala tetapkan, maka ia tidak akan menemukan celah dalam hatinya untuk berputus asa. Meskipun jalan-jalan menjadi gelap, munculnya problematika hidup yang senantiasa datang silih berganti dan senantiasa dirundung musibah, semua itu tidak membuatnya lemah dan berpatah arang. Namun sebaliknya, akan semakin menambah keteguhan hatinya.Karena kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala lah manusia kembali. Dan karena seorang mukmin pasti senantiasa berpegang teguh dengan taqdir Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan bertawakkal kepada-Nya.
Ma’asyirol Muslimin Rahimani Wa Rahimakumullah !!!
Sesungguhnya di antara perkara yang diseru oleh Islam dan senantiasa diagung-agungkan oleh Al-Qur’an adalah berpegang teguh di atas agama Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan istiqomah di atasnya. Teguh di atas agama Allah Subhanahu Wa Ta’ala yakni istiqomah di atas petunjuk, berpegang teguh dengan ketaqwaan, membatasi diri dengan hanya menempuh jalan kebenaran dan kebaikan, menjauhkan diri dari dosa-dosa, maksiat-maksiat serta memalingkan diri dari seruan hawa nafsu dan syetan.
Ma’asyirol Muslimin Rahimani Wa Rahimakumullah !!!
Islam sangat memperhatikan dan mengagung kan perkara keteguhan hati, karena sesungguhnya keteguhan hati di atas agama Allah Subhanahu Wa Ta’ala merupakan sebuah bukti kuat yang menunjukkan kesempurnaan iman, bagusnya Islam, dan baiknya prasangka kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Tidaklah Allah Subhanahu Wa Ta’ala menyia-nyiakan keimanan dan keteguhan seorang hamba, melainkan Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah menyediakan balasan baginya di dunia, berupa pertolongan dan konsisten di jalan Islam serta menganugerahkan kenikmatan abadi di akhirat kelak. Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah menjelaskannya dalam firman-Nya yang artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolong dan meneguhkan kedudukanmu. Dan orang-orang yang kafir maka kecelakaanlah bagi mereka dan Allah menghapus amal-amal mereka”.(QS. Muhammad: 7-8).
Itulah balasan yang dijanjikan Allah Subhanahu Wa Ta’ala bagi hamba-hamba-Nya yang beriman dan beramal shalih.
Pembahasan tentang keteguhan iman sangat penting dibahas, terutama karena kita hidup di zaman penuh fitnah syahwat dan syubhat. Untuk menghadapi fitnah-fitnah itu, kita membutuhkan iman yang kuat. Bahkan melebihi kebutuhan generasi pendahulu kita. Lantaran kerusakan hari ini telah merata di segala bidang. Bahkan, segala kerusakan tersebut sudah dianggap sebagai hal yang umum dan lumrah.
Sekarang ini ada banyak orang yang tidak menganggap penting urusan agama. Mereka rela menjual akidah hanya karena urusan makan. Hanya karena urusan pekerjaan, seorang bapak merelakan anak perempuannya melepas jilbab.
Pembahasan masalah tsabat atau keteguhan iman juga berkaitan erat dengan masalah hati. Nabi SAW bersabda:
إِنَّمَا سُمِّيَ الْقَلْبُ مِنْ تَقَلُّبِهِ ، إِنَّمَا مَثَلُ الْقَلْبِ كَمَثَلِ رِيشَةٍ مُعَلَّقَةٍ فِي أَصْلِ شَجَرَةٍ يُقَلِّبُهَا الرِّيحُ ظَهْرًا لِبَطْنٍ
“Dinamakan hati karena ia (selalu) berbolak-balik. Perumpamaan hati itu bagaikan bulu yang ada di pucuk pohon yang diombang-ambingkan oleh angin.” (HR. Ahmad, Shahihul Jami’ no. 2361)
Kiat-kiat menguatkan iman
Mengukuhkan hati yang senantiasa fluktuatif itu membutuhkan usaha keras. Ada tips yang kita lakukan agar iman tetap kuat dalam hati. kami akan sebutkan poin terpenting saja dengan ringkas yaitu dengan meneladani Nabi Ibrahim semoga kita akan semakin istiqomah dan teguh hati kita diatas keimanan.
Mempelajari Kisah Para Nabi.
Mempelajari kisah dan sejarah itu penting. Khususnya sejarah perjuangan para Nabi. Menyimak kisah mereka bisa menguatkan iman sebagaimana firman Allah pada ayat berikut:
كُلًّا نَّقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنبَاءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ وَجَاءَكَ فِي هَـٰذِهِ الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَذِكْرَىٰ لِلْمُؤْمِنِينَ
“Dan Kami ceritakan kepadamu kisah-kisah para rasul agar dengannya Kami teguhkan hatimu dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran , pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Hud: 120)
Sebagai contoh, marilah kita renungkan kisah Ibrahim yang tetap tegar menghadapi penentangan kaumnya. Mereka mengancam membakar tubuhnya hingga menjadi abu. Namun, Allah ubah api yang panas menjadi dingin, sehingga nabi Ibrahim selamat dari makar-makar mereka. Allah berfirman yang artinya:
“Mereka berkata, bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan kamu, jika kamu benar-benar hendak bertindak. Kami berfirman, hai api menjadi dinginlah dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim. Mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim maka Kami jadikan mereka itu orang-orang yang paling merugi.” (QS. Al Anbiya’: 68-70).
Bukankah hati kita akan bergetar saat merenungi kronologi pembakaran nabi Ibrahim sehingga ia selamat atas izin Allah. Bukankah dengan demikian akan membuahkan keteguhan iman kita?
Keteguhan dakwah tauhid yang diperjuangkan Nabi Ibrâhîm ‘Alaihissallam juga termaktub dalam firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala surat al-Anbiyâ`/21 ayat 51-56. Dan dalam beberapa ayat disebutkan, bahwa dakwah tauhid kepada ayah dan kaumnya dilakukan secara bersamaan, seperti tersebut dalam surat asy-Syu`arâ/26 ayat 69, ash-Shâffât/37 ayat 84.
Nabi Ibrâhîm ‘Alaihissallam Tegar Dan Tabah Menghadapi Ujian Dan Siksaan.
Sikap ini tercermin dalam kisah beliau ‘Alaihissallam saat berdakwah mengajak manusia untuk bertauhid dan mengesakan Allah Subhanahu Wa Ta’ala , namun kebanyakan menolaknya dengan penuh kenistaan. Ketabahan Nabi Ibrâhîm ‘Alaihissallam ini menjadi teladan bagi setiap dai dalam mengajak manusia menuju jalan yang diridhai Allah Subhanahu Wa Ta’ala . Kisah ketabahan Nabi Ibrâhîm ‘Alaihissallam diabadikan dalam Al-Qur`ân melalui firman-firman-Nya. Meskipun kaumnya dengan kuatnya untuk membakar dirinya, namun Nabi Ibrâhîm ‘Alaihissallam tetap tabah dan menyerahkan segala perkara kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Lihat ayat-ayat dalam surat ash-Shâffât/37 ayat 95-98, al-Ankabût/29 ayat 22-25, al-Anbiyâ`/21 ayat 68-69.
Pelajaran Dari Kisah KeteguhanNabi Ibrahim ‘Alaihissalam
Dari pemaparan kisah di atas, banyak pelajaran penting dan berharga yang dapat dipetik, di antaranya:
- Nabi Ibrâhîm ‘Alaihissallam adalah hamba Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan Rasul-Nya Subhanahu Wa Ta’ala yang amat taat kepada-Nya Subhanahu Wa Ta’ala , sehingga Allah Subhanahu Wa Ta’ala menjadikannya sebagai hamba yang sangat disayangi.
- Pilar utama upaya tazkiyyatun-nufûs adalah dalam hal tauhid. Dan berdakwah menyeru kepada tauhid merupakan amanat yang dipikul para nabi, dan sekaligus menjadi panutan bagi setiap da’i.
- Kesabaran dalam mendakwahkan tauhid dan ketabahan dalam menghadapi ujian di jalan itu, harus dilakukan sesuai dengan cara yang dicontohkan oleh para rasul ‘Alaihissallam.
- Yakin terhadap Allah Subhanahu Wa Ta’ala merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam mengarungi kehidupan.
- Perintah Allah Subhanahu Wa Ta’ala merupakan hal terpenting di atas segalanya. Ketulusan hati dalam melaksanakan segala perintah Allah Subhanahu Wa Ta’ala adalah kebahagiaan. Maka selayaknya kita berupaya secara maksimal untuk melaksanakannya diiringi doa memohon taufik serta kemudahan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala .
- Segala contoh kebaikan telah ada pada diri para Rasul ‘Alaihissallam yang harus selalu menjadi suri tauladan bagi kita dalam setiap hal. Wallahul Musta`ân
Ma’asyirol Muslimin Rahimani Wa Rahimakumullah !!!
Sesungguhnya kemuliaan umat ini dan ketinggian derajat penyeru kebenaran (ahlul haq) tidak akan terwujud kecuali dengan berpegang teguh terhadap ajaran agama Islam, baik dalam masalah aqidah maupun syariat. Berpegang teguh pada kebenaran dan keadilan, berteguh hati dalam kondisi apa pun juga, serta jujur kepada Allah. Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah berfirman yang artinya, “
”Dan janganlah kamu bersikap lemah dan janganlah (pula) bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamuorang-orang yang beriman.” (QS. Ali-Imran: 139).
Allah Subhanahu Wa Ta’ala juga telah berfirman yang artinya,
“Dan jika kamu berpaling niscaya Dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain, dan mereka tidak akan seperti kamu (ini).” (QS. Muhammad: 38).
Mungkin hanya ini yang bisa khatib sampaikan dalam khutbat yang singkat ini.
Kita memohon kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala agar Ia menjadikan kita sebagai hamba-hamba-Nya yang tetap teguh di atas agama-Nya serta menjaga kita dengan penjagaan-Nya.
Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi kita Muhammad Shallallahu ’Alaihi Wasallam, keluarga dan sahabatnya.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُوْا اللهَ لِيْ وَلَكُمْ
Wallahul muwaffiq.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَالْعَصْرِ، إِنَّ الإِنسَانَ لَفِيْ خُسْرٍ، إِلاَّ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ
KHUTBAH KEDUA
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
جَمَاعَةَ الْجُمُعَةِ، أَرْشَدَكُمُ اللهُ. أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهُ، وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا وَيَرْزُقُهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ، وَمَن يَتَّقِ اللهَ يُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ.اَللَّهُمَ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ.اَللَّهُمَّ انْصُرِ الْمُجَاهِدِيْنِ فِيْ كُلِّ مَكَانٍ وَزَمَانٍ
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ.رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ اْلأَبْرَارِ.رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَّسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا، رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِن قَبْلِنَا، رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ، وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنتَ مَوْلاَنَا فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.اَللَّهُمَّ إِنَا نَسْأَلُكَ رِضَاكَ وَجَنَّتَكَ وَنَسْأَلُكَ شَهَادَةً فِيْ سَبِيْلِكَ.اَللَّهُمَّ أَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَالْمُبْتَدِعَةَ وَالْمُشْرِكِيْنَ أَعْدَائَكَ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ
اَللَّهُمَّ شَتِّتْ شَمْلَهُمْ وَمَزِّقْ جَمْعَهُمْ وَزَلْزِلْ أَقْدَامَهُمْ وَأَلْقِ فِيْ قُلُوْبِهِمُ الرُّعْبَ.اَللَّهُمَّ عَذِّبْهُمْ عَذَابًا شَدِيْدًا وَحَسِّبْهُمْ حِسَابًا ثَقِيْلاً.رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ