Khutbah Jumat Edisi 106: “Khilafah Islamiyyah Pengganti Kepemimpinan Zhalim”
Materi Khutbah Jumat Edisi 106 tanggal 16 Rabi’ul Awwal 1438 H ini dikeluarkan oleh
Sariyah Da’wah Jama’ah Ansharusy Syari’ah dapat download di:
Khilafah Islamiyyah Pengganti Kepemimpinan Zhalim
(Dikeluarkan Oleh Sariyah Dakwah Jama’ah Ansharusy Syari’ah)
KHUTBAH PERTAMA
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ وَلاَ رَسُوْلَ بَعْدَهُ، قَدْ أَدَّى اْلأَمَانَةَ وَبَلَّغَ الرِّسَالَةَ وَنَصَحَ اْلأُمَّةَ وَجَاهَدَ فِيْ سَبِيْلِهِ حَقَّ جِهَادِهِ
اَلصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا الْمُصْطَفَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ سَلَكَ سَبِيْلَهُ وَاهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.رَبِّ اشْرَحْ لِيْ صَدْرِيْ وَيَسِّرْ لِيْ أَمْرِيْ وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِيْ يَفْقَهُوْا قَوْلِيْ
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. وَقَالَ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. وَقَالَ: وَتَزَوَّدُوْا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى
وَقَالَ النَّبِيُ: اِتَّقِ اللهَ حَيْثُ مَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بَخُلُقٍ حَسَنٍ. (رواه الترمذي، حديث حسن)
Jamaah Jum’at hamba Allah yang dirahmati Allah SWT.
Segala puji bagi Allah SWT, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepadajunjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya.
Khotib berwasiat kepada diri sendiri khususnya dan jama’ah sekalian marilah kita bertaqwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa, semoga kita akan menjadi orang yang istiqamah sampai akhir hayat kita.
Di Tangan Penguasa Zholim, Kekuatan adalah Kebenaran.
Benarlah kata-kata bersejarah yang dinisbahkan berasal dari ucapan khalifah Umar Bin Khattab radhiallahu ‘anhu: “Di tangan penguasa zhalim, kekuatan adalah kebenaran. Tetapi di tangan orang-orang beriman, kebenaran adalah kekuatan.”[1]
Di dalam kehidupan dunia yang beradab, tindakan rezim Amerika Serikat, dalam upayanya memerangi apa yang disebut “jaringan terorisme Internasional” yang selalu di alamatkan kepada umat Islam, tidak ada terorist beragama selain Islam. Hal ini telah menjadi bukti pembenar terhadap ungkapan di atas. Mereka menggunakan hukum rimba, siapa kuat dialah yang benar. Dengan logika demikian, Amerika dan sekutunya memaksakan kehendaknya kepada pihak yang lemah dan mengancam siapa saja yang tidak sepaham dengan skenario global yang direncanakannya. Siapa melawan, dialah pihak yang salah dan harus dianggap musuh bersama versi Amerika dan negara sekutunya.
Pemimpin Bejat: Menyesatkan Umat Manusia dan Menghancurkan Islam
Keberadaan para pemimpin bejat zhalim lagi jahil seperti yang diberitakan di atas sangat dikhawatirkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam,
إِنَّمَا أَخَافُ عَلَى أُمَّتِي الْأَئِمَّةَ الْمُضِلِّينَ
“Sesungguhnya yang aku takutkan atas umatku adalah (berkuasanya) para pemimpin yang menyesatkan.” (HR. Abu Dawud, al-Tirmidzi, Ahmad, dan al-Darimi. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam al-Shahihah: 4/109, no. 1582, dalam Shahih al-Jami’, no. 1773 dan 2316)
Menurut penulis Fath al-Majid, penggunaan kata Innama yang mengandung makna al-hashr (pembatasan/penghususan) menjelaskan bahwa beliau sangat takut dan khawatir terhadap umatnya dari para pemimpin yang menyesatkan.
Bahkan fitnah yang ditimbulkannya lebih menakutkan daripada fitnah Dajjal. Abu Dzar radhiallahu ‘anhu pernah pertanya kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam,
يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ شَيْءٍ أَخْوَفُ عَلَى أُمَّتِكَ مِنْ الدَّجَّالِ قَالَ الْأَئِمَّةَ الْمُضِلِّينَ
“Wahai Rasulullah, apa yang lebih engkau takutkan atas umatmu daripada Dajjal. Beliau menjawab, “Para pemimpin yang mudhillin (menyesatkan)”.” (HR. Ahmad. Syaikh Al-Albani mengatakan para perawinya terpercaya kecuali Ibnu Luhai’ah buruk hafalannya.)
AL-AIMMAH AL-MUDHILLIN (para pemimpin penyesat umat) masuk di dalamnya para Umara (pemimpin pemerintahan), Ulama dan ahli ibadah. Para Umara tersebut adalah mereka yang menerapkan hukum dengan selain hukum Islam, bertindak zhalim, diktator dan kejam, dan tidak menunaikan hak-hak rakyat.
Para Ulama yang menjadi pemimpin menyesatkan karena mereka menyembunyikan ilmu dan merubah-rubahnya. Suka mengakali dalil untuk kepentingan syahwatnya atau kepentingan para pemimpinnya.
Saatnya Tegakkan Khilafah Islamiyyah
Umat Islam ini masih senantiasa terjaga lagi aman, kokoh lagi tegar di hadapan ketamakan umat-umat kafir dan durjana sepanjang tenggang waktu yang mana ia dipimpin oleh khalifah muslim yang memimpinnya dengan dien, menghukumnya dengan syari’at Rabbul ‘alamin, melindungi kehormatan dan hak-hak kaum muslimin dengan kekuatan sulthan dan menggetarkan musuh-musuh mereka dengan jihad yaitu dari berani melakukan sikap lancang…
Saat itu kaum muslimin berada dalam kebaikan, ‘izzah, kemuliaan dan haibah (disegani), yang mana musuh berhitung seribu kali sebelum berfikir untuk melakukan sedikit penganiayaan, sampai akhirnya runtuh akhir pilar-pilar Khilafah Utsmaniyyah di awal abad ini yang telah lalu dengan perbuatan dan taqshir kaum muslimin itu sendiri dan dengan makar yang dahsyat yang dirancang dan direncanakan oleh semua kekuatan kafir, thaghut dan kezaliman di dunia ini.
Dan dari saat itu –yaitu semenjak kejatuhan Khilafah Utsmaniyyah– runtuhlah tembok yang kokoh yang menghalangi musuh dari merealisasikan keinginannya dan maksudnya di tengah umat ini. Dan memang sungguh jalan di hadapan mereka telah lenggang dan mulus untuk melakukan penganiayaan yang mereka inginkan… kemudian mereka menginvasi negeri kaum muslimin setelah mereka membagi-baginya di tengah mereka –tanpa lelah dan cape-, mereka memperkosa kehormatan dan mereka mengeruk kekayaan alam serta mereka mampu menjauhkan Islam dari realita hidup manusia di semua tingkatan: pemerintahan dan rakyat… kemudian mereka memaksakan hukum-hukum dan undang-undang kafir mereka sebagai pengganti syari’at Rabbul ‘alamin…!
Dan inilah tujuan mereka terbesar dari invasi dan pendudukan; yaitu bagaimana mereka menjauhkan dien ini dari realita kehidupan, dan bagaimana mereka bisa menghalangi kaum muslimin dari hidup di atas keislaman mereka sesuai dengan cara yang diridlai Rabb mereka SWT serta merealisasikan kebahagiaan dan kepemimpinan mereka di dunia dan di akhirat, karena musuh-musuh itu mengetahui benar bahwa rahasia kekuatan kaum muslimin terletak pada keteguhan mereka terhadap ajaran-ajaran dien yang hanif ini, dan bahwa kaum muslimin bisa mengembalikan kejayaan mereka dan peranannya dalam mengendalikan umat-umat dan bangsa-bangsa di waktu yang mana mereka kembali di dalamnya kepada dien mereka dengan benar serta memegangnya dengan serius dan kuat…
Oleh sebab itu tatkala para penjajah itu hendak keluar –karena banyak sebab yang tidak ada tempat untuk menuturkannya disini– dari negeri kaum muslimin, mereka menempatkan sebagai pengganti mereka para thaghut yang berasal dari bangsa kita dan tanah air kita serta berbicara dengan lisan kita, agar mereka berupaya keras dalam melaksanakan kepentingan-kepentingan mereka dan merealisasikan tujuan-tujuan mereka dan maksud-maksud mereka yang dekat dan jauh –yang mana mereka telah datang untuk hal itu– di negeri kaum muslimin…!
Mereka menanam para penguasa zhalimyang mana mereka itu lebih menentang hukum Allah SWT dan lebih aniaya terhadap umat ini dari kafir penjajah luar, serta mereka lebih antusias –dibandingkan dengan tuan-tuan mereka– terhadap penerapan politik-politik mereka, tujuan-tujuan mereka dan undang-undang mereka…2…!
Kafir penjajah keluar dari negeri kaum muslimin dengan jasadnya, dan ia masih ada di tengah umat dengan tsaqafahnya, adatnya dan undang-undangnya. Ia masih ada di tengah umat dengan bentuk para diktator yang zhalim lagi berkuasa yang ia tempatkan mereka untuk menjaga kepentingan-kepentingan mereka dan tujuan-tujuan mereka…!
Oleh sebab itu sesungguhnya hengkangnya mereka itu adalah gambaran saja bukan sebenarnya, dan bahwa umat ini sampai hari ini masih dijajah dan diperbudak oleh kekuatan kafir dengan nama-nama Islamiyyah dan ‘Arabiyyah yang lokal yang mana mereka itu lebih dahsyat penindasannya dan permusuhannya terhadap Islam dan kaum muslimin daripada musuh-musuh mereka yang asli…!
Para Penegak hukum jahiliyyah itu sampai saat ini masih senantiasa mendapatkan dukungan, sokongan, perlindungan dan penutup-nutupan akan kebejatan-kebejatan mereka terhadap rakyatnya dari pihak tuan-tuan mereka dan auliyanya di barat yang salibis, sesuai kadar dan upaya yang mereka kerahkan dalam khidmat kepada mereka dan kepada tujuan-tujuannya serta politik-politiknya di kawasan itu; oleh sebab itu kita melihat para thaghut kekafiran berlomba-lomba di antara mereka dalam berkhidmat kepada para tuan mereka dan dalam merealisasikan mereka dengan penuh keseriusan dan giat. Bila salah satu di antara mereka melangkah satu langkah di jalan ini maka yang lain melangkah sepuluh langkah karena khawatir didahului yang lain dalam meraih ridha para tuan dan dalam menggapai cinta kasih mereka, dan agar mereka tidak marah kepadanya terus melengserkannya dari kursi kekuatan dan menggantinya dengan orang lain yang lebih setia kepada mereka daripada dia…!!
Semenjak itu maka pikiran para du’at yang berjuang untuk Islam terfokus pada jalan yang melaluinya mereka mampu mengembalikan bagi umat ini kehidupannya yang Islamiyyah, serta mereka mengembalikan untuknya kekuasaannya dan khilafahnya yang rasyidah setelah ia dilenyapkan dari alam wujud…
Dan umat sejak waktu itu hingga saat ini senantiasa mempersembahkan syahid demi syahid dari kalangan anak-anaknya –fi sabilillah– demi tegaknya Khilafah Rasyidah yang mengayomi seluruh kaum muslimin di seluruh belahan bumi dengan berbagai warna kulit, bahasa, negara dan bangsa mereka. Ia merasakan kepedihan-kepedihan mereka dan impian-impian mereka, disana mereka mendapatkan perlindungan yang dengannya mereka berlindung dari bahaya-bahaya musuh yang mengelilingi mereka dari segala penjuru.
Dan pengerahan upaya, pemberian dan jihad serta sesuatu yang ditawarkan adalah Khilafah Rasyidah yang mana tidak tegak bagi dien ini dan hukum-hukumnya secara sempurna kecuali dengannya, dan tidak ada keamanan dan kenyamanan bagi kaum muslimin dan bagi negeri-negeri mereka dari gangguan musuh-musuhnya kecuali dengannya, serta tidak ada rasa kapok bagi orang-orang dzalim dan para perampok kecuali dengannya. Oleh sebab itu diriwayatkan dari Khalifah ketiga Utsman Ibnu ‘Affan RA bahwa ia berkata: “Sesungguhnya Allah membuat jera dengan sulthan suatu yang tidak jera dengan Al Qur’an”. Jadi Al Qur’an Al Karim mesti memiliki kekuatan dan kekuasaan yang melindunginya dan menerapkannya terhadap manusia, mengayominya serta menjaga hukum-hukum dan syari’at-syari’atnya. Al Qur’an dan pedang penguasa keduanya berjalan berdampingan, satu sama lain saling mendukung, bila salah satunya lemah pengaruhnya dari menyokong yang lain maka perjalanan Islam –tidak bisa dipungkiri– mengalami kelemahan, keterpurukan dan keterbelakangan.
Rasulullah SAW berkata: “Imam itu hanyalah perisai yang dilakukan perang di belakangnya dan dijadikan tempat perlindungan.” (HR. Muttafaq ‘alaih).
Dan dari Abi Bakrah, berkata : Saya mendengar Rasulullah SAW berkata: “Sulthan itu adalah payung Allah di bumi, siapa yang memuliakannya maka dia telah memuliakan Allah, dan siapa yang menghinakannya maka Allah menghinakan dia.” (Dikeluarkan oleh Ibnu Abi ‘Ashim dalam As Sunnah, Syaikh Nashir berkata dalam Takhrijnya 1024 : hadits hasan).
Sulthan muslim yang adil adalah payung Allah di bumi ini, karena ia berjuang untuk menerapkan hukum-hukumnya dan syari’at-syari’atnya di bumi ini, dan dengannya kehormatan dien ini terjaga dan panji-panjinya tinggi berkibar.
Umar Ibnul Khaththab RA berkata: “Tidak ada Islam tanpa jama’ah, dan tidak jama’ah tanpa imarah serta tidak ada imarah tanpa mendengar dan ketaatan.”
Dan ini adalah hal-hal yang saling berkaitan dan saling mengharuskan, salah satunya mengharuskan dan menguatkan yang lain serta menghantarkan kepadanya, tidak tegak baginya kecuali dengannya.
Oleh sebab itu kita tidak menyelisihi al haq dan kebenaran bila kita katakan bahwa ‘amal dalam rangka menegakkan Khilafah Rasyidah adalah tergolong tujuan tertinggi dan teragung dien ini, dan tidak ada tujuan yang digapai oleh kaum muslimin yang lebih tinggi dari penegakkan Khilafah Rasyidah selain tujuan tauhid yang untuknya Allah menciptakan makhluk, dan Dia mengutus para Rasul serta Kitab-kitab Dia turunkan, dan di jalannya segala tujuan dianggap murah dan dikerahkan segala yang mahal dan berharga.
Khilafah, sulthan, negara dan makna-makna syaukah dan kekuatan lainnya semuanya masuk sebagai sarana-sarana yang langsung dan penting dalam rangka merealisasikan tauhid di bumi ini, serta dalam rangka menggusur manusia dari peribadatan terhadap manusia kepada peribadatan terhadap Rabb manusia, dan dari kezhaliman agama-agama kepada keadilan Islam, serta dari kesempitan dunia dan penjaranya kepada keluasan akhirat dan surganya.
Hukum Amal Dalam Rangka Menegakkan
Khilafah Rasyidah Dan Mengangkat Imam Adil
Yang Umum Memimpin Seluruh Kaum Muslimin
Kaum muslimin ijma atas kewajiban amal dalam rangka menegakkan Khilafah Rasyidah dan mengangkat imam ‘aam sebagai khalifah yang memimpin seluruh kaum muslimin. Dan kewajiban disini mengena kepada seluruh orang yang mampu untuk mengerahkan kemampuan demi tujuan umum yang besar ini serta sesuai kemampuannya, sebagaimana sesungguhnya dosa mengena kepada seluruh orang yang memiliki kemampuan untuk mengerahkan suatu hal kemudian dia taqshir dalam mengerahkan kemampuan yang dia kuasai itu, dan dosa tersebut mengena terhadap pelakunya sesuai kadar taqshir dan tafrith yang dia lakukan, karena ruang lingkup taklif berdiri di atas kemampuan dan kekuatan.
Rasulullah SAW bersabda: “Siapa yang mati sedang tidak ada atasnya imam maka ia mati dengan mati jahiliyyah.” (Dikeluarkan oleh Ahmad dan Ibnu Abi ‘Ashim dalam As Sunnah, Syaikh Nashir berkata dalam Takhrij : Isnadnya Hasan : 1057).
Dan Rasulullah SAW berkata: “Siapa yang mencopot tangan dari ketaatan maka dia bertemu Allah di hari kiamat seraya tidak memiliki hujjah, dan siapa yang mati sedang di lehernya tidak ada bai’at maka dia mati dengan mati jahiliyyah.” (HR. Muslim).
Sabdanya SAW: “dia mati dengan mati jahiliyyah” yaitu ia mati sebagaimana orang jahiliyah mati dalam kejahiliyahannya tanpa ada imam, tanpa kepatuhan dan tanpa ketaatan, dan inilah ciri yang dengannya jahiliyyah pertama dikenal, dan yang dimaksud bukanlah –sebagaimana yang diduga oleh sebagian orang– bahwa ia itu mati kafir atau baginya cap kafir seperti orang jahiliyah!
Saya berkata: “Akan tetapi hadits ini memberikan faidah wajibnya menolak suatu sifat yang mana ia tergolong sifat-sifat jahiliyyah pertama, yaitu keadaan orang mati sedang di lehernya tidak ada bai’at kepada imam ‘aam yang ia dengar dan ia ta’ati dalam hal ma’ruf dan al haq.”
An Nawawiy berkata dalam syarahnya terhadap shahih Muslim 12/205: “Mereka ijma bahwa wajib atas kaum muslimin untuk mengangkat khalifah.” Selesai.
Al Mawardiy berkata dalam Al Ahkam As Sulthaniyyah 56: “Mengangkat imam bagi orang yang mampu menegakkannya di tengah umat adalah wajib dengan berdasarkan ijma.” Selesai.
Al Haitsamiy berkata dalam Ash Shawa’iq Al Mukarriqah 17: “Ketahuilah bahwa shahabat RA telah ijma’ bahwa mengangkat imam setelah berlalunya zaman kenabian adalah wajib, bahkan mereka menjadikannya sebagai kewajiban terpenting dimana mereka menyibukkan diri dengannya dari penguburan Rasulullah SAW” Selesai.
Dan dalam firman-Nya Ta’ala:
إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً
“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” (QS. Al Baqarah: 30).
Al Qurthubiy berkata dalam Tafsirnya 1/264: “Ayat ini adalah dasar dalam mengangkat imam dan khalifah yang didengar dan ditaati, agar persatuan berkumpul dengannya dan hukum-hukum Khalifah diterapkan dengannya. Dan tidak ada perbedaan dalam wajibnya hal itu di antara umat dan tidak pula di antara para imam kecuali apa yang diriwayatkan dari Al Ashamm –Al Mu’taziliy– sedang dia itu tuli dari syari’at ini.” Selesai.
Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata: “Wajib diketahui bahwa kepemimpinan urusan manusia adalah termasuk kewajiban terpenting dien ini, bahkan dien ini tidak bisa berdiri kecuali dengannya.” Selesai.
Al Imam Ahmad berkata: “Adalah fitnah bila tidak ada imam yang mengayomi urusan kaum muslimin.”
Saya berkata: “Dan fitnah macam apa yang dirasakan kaum muslimin –pada zaman ini– di dalam dien dan kehidupan mereka yang lebih besar dari apa yang mereka alami ini, yaitu berupa ketelantaran, kenistaan dan kehinaan…”?!
Dan pajak macam apa ini yang mereka bayarkan dengan harga yang mahal dalam dien mereka, kehormatan mereka, harta mereka, kemuliaan mereka dan harga diri mereka serta seluruh apa yang mereka miliki dengan sebab lenyapnya negara Islam yang melindungi mereka dan mengayomi urusan-urusan mereka?!
Darah paling murah yang ditumpahkan di muka bumi ini –pada zaman ini– adalah darah orang muslim, dan kehormatan termurah yang dicabik-cabik di muka bumi ini adalah kehormatan orang Islam. Setiap orang ada yang menangisinya dan membela-belanya kecuali orang muslim, dia tidak memiliki yang menangisi dan yang membela-belanya di Persekongkolan Bangsa-Bangsa. Setiap orang memiliki negara yang ia berlindung kepadanya dan cenderung kepadanya kecuali orang muslim dia tidak memiliki hak untuk memiliki negara yang mana ia cenderung kepadanya dan berlabuh di dalamnya, semua itu dengan sebab ketidakadaan al Imam al ‘aam –sebagaimana yang dikatakan Al Imam Ahmad– yang mengayomi urusan kaum muslimin dan melindungi mereka!
Oleh sebab itu musuh yang kafir sejak dulu dan masih senantiasa berupaya untuk memperuncing perselisihan dan perpecahan di antara kaum muslimin demi menghalangi mereka dari tegaknya proyek Islamiy mereka yang umum yang bisa mengangkat mereka pada tingkatan diperhitungkan dan memimpin.
Masalah ini adalah sangat penting dan sangat wajib –sebagaimana yang telah lalu– akan tetapi di zaman kita ini didapatkan –dari kalangan muslimin– orang yang mengangkat syi’ar Khilafah dan Khalifah dengan gambaran yang buruk rupa dan menyimpang, yang menghantarkan kepada kebalikan maksudnya dan (kebalikan) apa yang mereka dengung-dengungkan…!
Mereka mengangkat syi’ar khilafah –dan alangkah mudahnya itu– tanpa meniti jalan-jalan syar’iy yang shahih yang memungkinkan mereka dari menerapkan syi’ar yang besar ini kepada dunia realita dan wujud…!
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُوْا اللهَ لِيْ وَلَكُمْ
Wallahul muwaffiq.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَالْعَصْرِ، إِنَّ الإِنسَانَ لَفِيْ خُسْرٍ، إِلاَّ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ
KHUTBAH KEDUA
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
جَمَاعَةَ الْجُمُعَةِ، أَرْشَدَكُمُ اللهُ. أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهُ، وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا وَيَرْزُقُهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ، وَمَن يَتَّقِ اللهَ يُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ.اَللَّهُمَ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ.اَللَّهُمَّ انْصُرِ الْمُجَاهِدِيْنِ فِيْ كُلِّ مَكَانٍ وَزَمَانٍ
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ.رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ اْلأَبْرَارِ.رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَّسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا، رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِن قَبْلِنَا، رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ، وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنتَ مَوْلاَنَا فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.اَللَّهُمَّ إِنَا نَسْأَلُكَ رِضَاكَ وَجَنَّتَكَ وَنَسْأَلُكَ شَهَادَةً فِيْ سَبِيْلِكَ.اَللَّهُمَّ أَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَالْمُبْتَدِعَةَ وَالْمُشْرِكِيْنَ أَعْدَائَكَ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ
اَللَّهُمَّ شَتِّتْ شَمْلَهُمْ وَمَزِّقْ جَمْعَهُمْ وَزَلْزِلْ أَقْدَامَهُمْ وَأَلْقِ فِيْ قُلُوْبِهِمُ الرُّعْبَ.اَللَّهُمَّ عَذِّبْهُمْ عَذَابًا شَدِيْدًا وَحَسِّبْهُمْ حِسَابًا ثَقِيْلاً.رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
[1]Irfan S. Awwas, Pengadilan Teroris Klarifikasi fakta dan dusta…( Jogjakarta : Wihdah Press, 2004)hal.5
2 Di samping itu sungguh mereka telah menanam negara Yahudi di Palestina di jantung umat Islamiyyah, sebagai jalan yang melegalkan bagi mereka untuk campur tangan yang cepat terhadap urusan-urusan umat ini, setiap kali nampak bagi mereka bahaya Islam dari dekat atau jauh…!