Khutbah Jum'at

Khutbah Jumat Edisi 125: “Istiqomah Dalam Aksi Bela Islam Mengalahkan Tipu Daya Musuh”

Materi Khutbah Jumat Edisi 125 tanggal 1 Sya’ban 1438 H ini dikeluarkan oleh

Sariyah Da’wah Jama’ah Ansharusy Syari’ah dapat download di:

 

 

Istiqomah Dalam Aksi Bela Islam Mengalahkan Tipu Daya Musuh

(Dikeluarkan Oleh Sariyah Dakwah Jama’ah Ansharusy Syari’ah)

 

KHUTBAH PERTAMA

 

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ وَلاَ رَسُوْلَ بَعْدَهُ، قَدْ أَدَّى اْلأَمَانَةَ وَبَلَّغَ الرِّسَالَةَ وَنَصَحَ اْلأُمَّةَ وَجَاهَدَ فِيْ سَبِيْلِهِ حَقَّ جِهَادِهِ

اَلصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا الْمُصْطَفَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ سَلَكَ سَبِيْلَهُ وَاهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.رَبِّ اشْرَحْ لِيْ صَدْرِيْ وَيَسِّرْ لِيْ أَمْرِيْ وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِيْ يَفْقَهُوْا قَوْلِيْ

قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. وَقَالَ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. وَقَالَ: وَتَزَوَّدُوْا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى

وَقَالَ النَّبِيُ: اِتَّقِ اللهَ حَيْثُ مَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بَخُلُقٍ حَسَنٍ. (رواه الترمذي، حديث حسن)

Jamaah Jum’at  hamba Allah yang  dirahmati Allah SWT.

Segala puji bagi Allah SWT, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya.

Khotib berwasiat kepada diri sendiri khususnya dan jama’ah sekita marilah kita bertaqwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa, semoga kita akan menjadi orang yang istiqamah sampai akhir hayat kita.

ISTIQOMAH DALAM AKSI BELA ISLAM MENGALAHKAN TIPU DAYA MUSUH

Musuh-musuh Islam tidak lagi mendapati alasan untuk membenarkan kebatilan mereka. Karenanya reaksi mereka atas seruan kebenaran adalah melancarkan berbagai siksaan dan adzab kepada mereka yang memperjuangkan kebenaran. Mereka tidak mendapati reaksi lain yang lebih baik dari hal itu. Mereka selalu mengambil langkah ini manakala mereka kehabisan cara untuk menolak kebenaran.

DEWASA ini upaya kriminalisasi ulama begitu gencar dilakukan. Sebagai contoh, para penggawa GNPF-MUI (Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia) semisal Habib Rizieq Shihab, Ustadz Bachtiar Nasir dan Munarman juga menjadi sasaran tembak kriminalisasi.

Ini sangat wajar karena ketiga orang ini, di mata penguasa, merupakan di antara penggerak Aksi Bela Islam I, II dan III yang menggoncang seantero negeri.

Habib Rizieq Shihab dikriminalisasikan dengan kasus: dugaan makar, pelecehan Pancasila; penghinaan Hansip; bahkan yang lebih parah baru-baru ini adalah difitnah telah melakukan perbuatan tidak senonoh dengan wanita yang bernama Firza Hussein (FH). Ustadz Bachtiar Nasir  juga turut mendapat bagian. Ia dituduh bersengkokol dengan ISIS gara-gara memberi bantuan ke rakyat Suriah; demikian juga diduga terlibat makar.

Di dalam Al-Qur’an dengan reaksi ini pulalah Penguasa Zholim seperti Fir’aun menyambut seruan Nabi Musa

قَالَ لَئِنِ اتَّخَذْتَ إِلاَهًا غَيْرِي لأَجْعَلَنَّكَ مِنَ الْمَسْجُونِينَ

Fir’aun berkata: “Sungguh jika kamu menyembah Tuhan selain Aku, benar-benar aku akan menjadikan kamu salah seorang yang dipenjarakan”.(QS. Asy-Syu’ara’: 29)

Juga kepada bekas tukang sihirnya yang telah beriman

لأُقَطِّعَنَّ أَيْدِيَكُمْ وَأَرْجُلَكُم مِّنْ خِلاَفٍ وَلأُصَلِّبَنَّكُمْ أَجْمَعِينَ

Fir’aun berkata: “Apakah kamu sekita beriman kepada Musa sebelum aku memberi izin kepadamu? Sesungguhnya Dia benar-benar pemimpinmu yang mengajarkan sihir kepadamu Maka kamu nanti pasti benar-benar akan mengetahui (akibat perbuatanmu); Sesungguhnya aku akan memotong tanganmu dan kakimu dengan bersilangan[1083] dan aku akan menyalibmu semuanya”. (QS. Asy-Syu’ara’: 49)

Begitu juga reaksi yang diberikan Penguasa Zholim kepada Yusuf ‘Alaihis Salam

ثُمَّ بَدَا لَهُم مِّن بَعْدِ مَارَأَوُا اْلأَيَاتِ لَيَسْجُنُنَّهُ حَتَّى حِينٍ

“Kemudian timbul pikiran pada mereka setelah melihat tanda-tanda (kebenaran Yusuf) bahwa mereka harus memenjarakannya sampai sesuatu waktu[1]. (QS.Yusuf: 35)

Demikian pula reaksi Umayyah bin Khalaf terhadap Bilal bin Rabah manakala ia terus menggumamkan kata ‘Ahad… Ahad…’, dari sanubarinya. Umayyah menyiksa dan mencambukinya di bawah terik matahari kota Mekah, lalu meletakkan batu besar di atas perutnya.

Sama halnya dengan ‘Ammar, Mush’ab, Khabbab, Ibnu Mas’ud, as-Shidiq Abu Bakar, dan bahkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Juga, Imam Ahmad bin Hambal. Ketika beliau menolak untuk menyatakan bahwa al-Qur`an itu makhluk, dengan segera pukulan, cambuk, penjara dan siksaan datang bertubi-tubi.

Pun demikian dengan Ibnu Taimiyyah dan Ibnu Qayyim al-Jauziyyah.

Begitulah orang-orang fasiq, orang-orang kafir, dan orang-orang yang murtad, selalu menyambut aksi bela Islam dan para da’i kepada Allah dan para aktivis yang meng’azamkan tegaknya dien di zaman ini dengan reaksi yang sama.

Inilah sambutan dari musuh-musuh Islam….akhir dari tipu daya mereka….akhir dari anak panah yang mereka miliki. Inilah hal terbaik yang dapat mereka lakukan untuk mempertahankan kebatilan dan kesekuleran mereka.

Karenanya, jika mereka telah menyambut pembela agama Islam dengan reaksi seperti itu, lalu kita tetap kokoh di atas kebenaran dan sabar menghadapi cobaan… sungguh itu telah menghancurkan seluruh rencana yang telah mereka persiapkan sebelumnya, juga memupus tipu daya mentah-mentah, serta menggagalkan upaya mereka untuk mengatur dan melancarkan berbagai makar.

Sesungguhnya keteguhan, kesabaran, dan komitmen kita kepada Allah ‘Azza wa Jalla termasuk faktor kemenangan bagi Islam dan kegagalan bagi musuh-musuhnya.

Lihatlah bagaimana keadaan musuh yang menyadari bahwa anak panah mereka telah patah, usaha mereka telah sia-sia, upaya yang mereka adakan telah gagal, berlalu bagaikan angin yang berhembus, dan tipu daya mereka telah sirna begitu saja?!

Bagaimanakah keadaan mereka, jika mereka tahu bahwa berbagai tindak intimidasi yang mereka lancarkan hanya akan menambah kekuatan, keikhlasan, dan keteguhan bagi kita? Setiap kali mereka menambah intensitas siksaan dan adzab kepada ahlulhaq setiap kali itu pula lahir generasi yang lebih kuat, lebih kokoh, lebih bijak, dan lebih berakal. Generasi yang terbina untuk selalu melaksanakan perintah pada ‘azimah (hukum asal), dan bukan rukhsah (keringanan), serta mengambil sedikit saja dari yang mubah.

Generasi yang telah menceraikan dunia dengan talak bain, tiada kesempatan baginya untuk kembali kepadanya.

Sehubungan dengan ini ada ungkapan yang indah dari seorang aktivis yang membuat saya tertegun. Katanya begini, “Apa gerangan yang terjadi manakala musuh-musuh kita tahu bahwa tipu daya mereka tidak melemahkan hati kita tetapi malah menguatkannya, tidak memupus cita dan asa kita tetapi malah mengukuhkannya, dan tidak menurunkan semangat kita, tetapi malah meninggikannya… Bagaimana keadaan mereka, jika mereka tahu bahwa kita semakin dekat kepada Allah manakala kesulitan dan cobaan semakin berat.

Ya, setiap kali ujian semakin menggila dan upaya musuh semakin membabi buta setiap kali itu pula kalbu bersujud di hadapan Rabbnya dan ber’azam untuk terus melanjutkan asanya tanpa sedikit pun melemah. Juga senantiasa memohon kepada Pelindungnya agar memurnikannya dari segala yang dibenci-Nya dan selalu menjaganya. Bagaimana kira-kira kejengkelan mereka manakala mereka tahu bahwa mereka telah menjadi kendaraan untuk menyelesaikan target tertentu. Target pembersihan dan penjernihan. Lalu apa manfaat dari kejengkelan mereka itu?!”

وَلَن يَجْعَلَ اللهُ لِلْكَافِرِينَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ سَبِيلاً

“..Maka Allah akan memberi keputusan di antara kamu di hari kiamat dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman.(QS.An-Nisaa`: 141)

Sesungguhnya keteguhan kita di atas kebenaran, dan kesabaran kita dalam menghadapi ujian, memberikan jaminan akan kehancuran musuh-musuh Islam, bukan hanya dari sisi teori dan konsep saja. Keteguhan dan kesabaran akan menghancurkan mereka; eksistensi, institusi dan konstitusi sekaligus.

Sesungguhnya kesabaran dan keteguhan sekelompok kecil orang-orang yang beriman dengan sebenarnya dari kalangan ahlulhaq menjadi jaminan akan kehancuran pemerintahan sekuler dari dasarnya sehingga jungkir balik. Itu terjadi setelah kehancuran pemikirannya, konsep-konsepnya dan dasar-dasarnya.

Bukankah keteguhan Abu Bakar as-Shiddiq dan kesabarannya ketika terjadi harakaturriddah, gerakan murtad massal merupakan faktor utama dari lenyapnya fitnah kemurtadan itu? Fitnah yang menimpa seluruh jazirah Arab terkecuali tiga kota saja; Mekah, Madinah dan Jawatsa di Bahrain..

Kini kita sering mendengar ungkapan, “Kemurtadan di mana-mana namun tiada lagi Abu Bakar untuk menanggulanginya.”

Bahkan keteguhan yang menakjubkan dari Abu Bakar ra dalam situasi yang sulit inilah yang menggoncangkan singgasana orang-orang murtad dan meruntuhkannya, meski mereka memiliki perbekalan dan pengikut yang lebih dari cukup dan pasukan yang benar-benar pemberani.

Dalam pada ini Abu Hurairah ~siapa yang tak kenal Abu Hurairah~ dengan kesadaran penuh atas apa yang diucapkan mengatakan, “Demi Allah yang tiada Ilah yang berhak disembah selain Dia, kalau saja bukan Abu Bakar yang diangkat menjadi khalifah, niscaya Allah tidak lagi disembah!” Mereka yang mendengar mengatakan, “Jangan begitu, wahai Abu Hurairah!”[2]

Bukankah keteguhan dan kesabaran Imam  Ahmad bin Hambal kala dipenjara, disiksa, dan dicambuki menghadapi fitnah khalqul Qur`an yang menyelimuti seluruh kaum muslimin saat itu dan hampir-hampir merubah aqidah as-salafus shalih yang menjadi faktor penghancur utama kedustaan itu, sirnanya keburukannya, dan pembatal tipu daya para penganutnya? Siapakah para penganut itu? Tiada lain adalah para penguasa, para pejabat, para menteri, dan orang-orang yang setia kepada mereka.

Ketegaran sang Imamlah yang telah memberikan pengaruh yang besar dalam penulisan keberlangsungan aqidah ummat, setelah nyaris dieksekusi oleh tangan-tangan orang-orang sesat, para ahli bid’ah. Ketika sang Imam mendatangi Mu’tashim yang selanjutnya beliau diuji tentang khalqul Qur`an, seseorang berkata, “Sesungguhnya amirul mukminin telah bersumpah untuk tidak membunuhmu dengan sabetan pedang, hanyasaja kau akan menghadapi cambukan demi cambukan..”

Pada hari ketiga, Mu’tashim mendatangi beliau seorang diri. Ia mengatakan bahwa sebenarnya ia sangat mencintai sang Imam sebagaimana ia mencintai Harun, anaknya. Namun, Imam Ahmad tetap bergeming dengan jawabannya sejak semula. Tidak sedikit pun beliau mencabut kata-kata itu. Mu’tashim murka seraya berkata, “Terlaknat kamu, aku sudah bersusah payah mendatangimu! Ambil ia!”

Maka Mu’tashim memerintahkan bala tentaranya untuk melucuti pakaian sang Imam selain kain sarungnya, lalu merantainya, dan mencambukinya. Kabarnya, jumlah algojo yang ditugaskan untuk mencambuk beliau banyak sekali. Mereka bergantian dalam melaksanakan eksekusi ini. Salah seorang dari mereka pernah mengejek beliau sambil bertopang pada pangkal pedangnya ia berkata, “Apakah Anda hendak mengalahkan mereka semuanya?”

Setiap hari mereka mencambuki sang Imam sampai beliau pingsan.

Demikian mereka lakukan terus-menerus.

Cambukan para algojo ini telah meninggalkan bekas yang tak terbayangkan pada tubuh renta sang Imam. Seseorang yang pernah datang untuk mengobati luka-luka yang ditimbulkan oleh cambukan itu berkata, “Demi Allah, aku telah melihat bekas seribu cambukan! Belum pernah aku saksikan bekas cambukan sehebat ini!”

Bekas cambukan itu tetap menghiasi punggung sang Imam sampai akhir hayat beliau..

Di antara sekian peristiwa yang dijalani oleh Imam Ahmad, yang paling menakjubkan adalah bahwa satu-satunya perkara yang beliau khawatirkan saat itu adalah terlukarnya sirwal (celana bertali) dan terlihatnya aurat beliau di saat beliau menerima siksaan di hadapan khalayak yang menyaksikan prosesi penyiksaan. Adalah beliau banyak-banyak berdoa, memohon supaya auratnya tidak tersingkap. Dan Allah mengabulkan permohonan sang imam![3]

Kisah ini meskipun singkat telah banyak memberikan dampak positif bagi saya dan sekian ikhwah yang telah melewati masa ujian yang dalam beberapa bagiannya mirip dengan yang dialami oleh Imam Ahmad. Semoga Allah senantiasa merahmati beliau dengan rahmat yang luas. Semoga atas jasanya yang besar terhadap islam, Allah membalasnya dengan balasan yang baik.

SIAPA BERSANTAI SAAT  BEKERJA AKAN MENYESAL SAAT PEMBAGIAN UPAH

Sebagian kita benar-benar telah menyaksikan bagaimana orang-orang zhalim mengintimidasi orang-orang yang beriman di negeri Islam. Mereka melihat betapa polisi, tentara, para algojo, dan orang-orang yang zhalim itu menahan kaum muslimin. Tiada hari berlalu melainkan mereka menahan puluhan bahkan ratusan kaum muslimin. Bahkan para eksekutor itu tidak melewatkan satu malam pun tanpa menyiksa kaum muslimin sejak sekian lama; mereka tidak peduli lagi kepada anak-anak, wanita, orang tua, atau pun pemuda. Siapapun akan mendapatkan bagian terpaan siksa.

Selama tahun-tahun itu banyak akhawat yang dipaksa menggugurkan kandungannya, dipukuli, dan dibiarkan tidur di atas bebatuan di malam musim dingin. Balita pun mendapatkan siksa yang berat, bahkan mereka dibiarkan beberapa hari tanpa makanan.

Bertahun-tahun ikhwah melewati hari raya Idul Fithri antara rumah tahanan, penjara, pengasingan, orang-orang yang terbunuh, dan orang-orang yang terluka. Mereka, keluarga mereka, bapak-baoak mereka, ibu-ibu mereka, anak-anak mereka, dan istri-istri mereka tidak sedikit pun merasakan kegembiraan di hari raya…

Sebagian kita telah menyaksikan hal itu dan juga kejadian-kejadian lain yang terjadi di sekitar mereka, lalu setan menyusup ke dalam jiwa, menghembuskan rasa was-was supaya mereka mencela hikmah di balik takdir. Setan berkata, “Bagaimana bisa Allah membiarkan musuh-musuh-Nya dan para algojo mereka semakin bertambah kuat dari hari ke hari, bertambah canggih alat-alat yang mereka miliki dalam menghadapi orang-orang yang beriman? Mengapa mereka dibiarkan bertambah kokoh dari masa ke masa, mereka merajalela di berbagai penjuru negeri. Mereka memerintah semau mereka sendiri. Bagaimana para pengikut mereka tunduk kepada mereka? Lalu, bagaimana keadaan kita wahai wali-wali Allah? Kita tergeletak di atas bebatuan yang bagai salju di musim dingin dan bagai bara di musim panas. Kita tidak mendapati makanan, minuman, pakaian, selimut, dan bahkan udara yang mencukupi nafas kita. Ini adalah suatu kenyataan yang tidak akan diyakini kecuali oleh orang-orang yang hidup di tempat seperti ini. bagaimana juga para penguasa sekuler bergelimang kenikmatan, kelezatan, naungan yang nyaman, sedangkan mereka dalam kekuatan penuh untuk menguasai dunia? Bahkan, bagaimana para algojo itu selalu hidup dalam tawa dan canda, sementara pada saat yang sama banyak ikhwah yang ditahan bagai binatang sembelihan oleh tangan mereka di belakang punggung mereka, ia berteriak sedemikian kerasnya sampai pingsan?”

Inilah was-was yang dihembuskan oleh setan di saat-saat yang berat seperti ini. Ini pulalah kata nafsu ammarah bissuu` di masa-masa yang sulit. Ini semua membutuhkan mujahadah yang serius. Ini semua adalah ujian besar yang benar-benar membutuhkan keteguhan untuk menghadapinya.

Kepada setiap aktivis hendaknya berbicara kepada diri sendiri, “Bukankah jika Allah hendak mengambil para syuhada, Dia menciptakan kaum yang membuka tangan mereka untuk membunuh orang-orang yang beriman. Apakah pantas ada orang yang menusuk Umar selain Abu Lu’lu’ah? Atau Ali selain Abu Muljam?[4] Atau Sumayyah selain Abu Jahal?”

Hendaknya pula setiap ikhwah mengingatkan diri masing-masing dengan firman Allah

“Dan janganlah sekali-kali orang-orang kafir menyangka, bahwa pemberian tangguh Kami kepada mereka adalah lebih baik bagi mereka. Sesungguhnya Kami memberi tangguh kepada mereka hanyalah supaya bertambah-tambah dosa mereka; dan bagi mereka azab yang menghinakan.  (QS.Ali ‘Imran: 178)

Karenanya, hendaknya ia menasehati diri sendiri dengan nasehat Ibnul Jauzi, “Ada dalil yang menjelaskan bahwa seorang yang beriman kepada Allah itu seperti seorang buruh harian. Masa kerjanya selama benderangnya siang. Nah, seorang yang dipekerjakan di sawah mestinya tidak memakai baju yang bersih. Semestinya ia bersabar selama masa kerja. Barulah seselesainya, ia membersihkan diri dan memakai pakaiannya yang terbaik. Barangsiapa bersantai-santai di saat bekerja akan menyesal saat pembagian upah, ia akan menanggung akibat atas kelambanannya dalam menuntaskan pekerjaannya. Poin ini akan menguatkan kesabaran.”[5]

Selanjutnya hendaklah berkata kepada diri sendiri, “Biarlah mereka mengambil dunia ~itu pun jika dunia mau~ sedangkan kita, cukuplah akhirat menjadi milik kita.”

Dunia seisinya ini adalah kelezatan sementara yang di sisi Allah tak sebanding dengan selembar sayap nyamuk. Dengan hati dan lisan, hendaknya ia mengulang-ulang pernyataan para mantan penyihir Fir’aun ~setelah hati mereka diluapi keimanan~ kepada Fir’aun masa kini dan masa yang akan datang,

Hendaknya ia juga mengingatkan diri bahwa para thaghut itu, meski mereka dapat memenuhi dunia dengan guncangan, himpitan, dan ancaman kepada orang-orang yang beriman; sesungguhnya kehinaan, rasa sesak, dan kegelisahan  yang diakibatkan oleh kemaksiatan tidak akan meninggalkan mereka selama-lamanya. Hasan Bashri berkata, “Mereka itu, walaupun bighal tunduk dan kuda-kuda berjalan bagus di hadapan mereka, sesungguhnya kehinaan yang diakibatkan oleh kemaksiatannya dapat terbaca pada raut mukanya. Sesungguhnya Allah hanya akan menghinakan orang yang bermaksiat kepada-Nya.”[6]

Semua ini hanya dapat dirasakan dan dimengerti dengan sebenarnya oleh orang-orang yang benar-benar beriman, shalih, dan benar-benar mengerti tentang Rabb mereka, Penolong mereka yang sebenarnya. Mereka yang mengerti benar bahwa masa mereka dengan para thaghut akan segera berakhir. Kendaraan telah diparkir dan para penumpang telah bergegas-gegas turun.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُوْا اللهَ لِيْ وَلَكُمْ

Wallahul muwaffiq.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَالْعَصْرِ، إِنَّ الإِنسَانَ لَفِيْ خُسْرٍ، إِلاَّ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ

 

KHUTBAH KEDUA

 

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ

جَمَاعَةَ الْجُمُعَةِ، أَرْشَدَكُمُ اللهُ. أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهُ، وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا وَيَرْزُقُهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ، وَمَن يَتَّقِ اللهَ يُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ.اَللَّهُمَ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ.اَللَّهُمَّ انْصُرِ الْمُجَاهِدِيْنِ فِيْ كُلِّ مَكَانٍ وَزَمَانٍ

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ.رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ اْلأَبْرَارِ.رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَّسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا، رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِن قَبْلِنَا، رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ، وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنتَ مَوْلاَنَا فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.اَللَّهُمَّ إِنَا نَسْأَلُكَ رِضَاكَ وَجَنَّتَكَ وَنَسْأَلُكَ شَهَادَةً فِيْ سَبِيْلِكَ.اَللَّهُمَّ أَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَالْمُبْتَدِعَةَ وَالْمُشْرِكِيْنَ أَعْدَائَكَ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ

اَللَّهُمَّ شَتِّتْ شَمْلَهُمْ وَمَزِّقْ جَمْعَهُمْ وَزَلْزِلْ أَقْدَامَهُمْ وَأَلْقِ فِيْ قُلُوْبِهِمُ الرُّعْبَ.اَللَّهُمَّ عَذِّبْهُمْ عَذَابًا شَدِيْدًا وَحَسِّبْهُمْ حِسَابًا ثَقِيْلاً.رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

 

[1] Setelah mereka melihat kebenaran Yusuf, Namun demikian mereka memenjarakannya agar sapaya jelas bahwa yang bersalah adalah Yusuf; dan orang-orang tidak lagi membicarakan hal ini.

[2] Diriwayatkan oleh al-Baihaqiy, sebagaimana tersebut dalam al-Bidayah wan Nihayah, Ibnu Katsir 6/305. Di dalam Kanzul ‘Ummal 3/129 disebutkan bahwa sanadnya hasan.

[3] Lihat : Mihnah Imam Ahmad dalam al-Bidayah wan Nihayah, Ibnu Katsir 10/267-274, juga 330-340.

[4]  Shaidul Khathir, Ibnul Jauzi hal. 103-104

[5]  Shaidul Khathir, Ibnul Jauzi hal. 103

[6] Diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dalam Hilyatul Auliya` dengan lafaz yang mirip 2/149, juga oleh Ibnu Katsir dalam al-Bidayah wan Nihayah 9/273.

Lihat lebih banyak

Artikel terkait

Back to top button