Khutbah Jumat Edisi 207 : Sistem Kaderisasi Pemimpin Perspektif Islam
Materi Khutbah Jumat Edisi 207 Ramadhan 1440 H ini dikeluarkan oleh
Sariyah Da’wah Jama’ah Ansharusy Syari’ah dapat download di:
SISTEM KADERISASI PEMIMPIN PERSPEKTIF ISLAM
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ وَلاَ رَسُوْلَ بَعْدَهُ، قَدْ أَدَّى اْلأَمَانَةَ وَبَلَّغَ الرِّسَالَةَ وَنَصَحَ اْلأُمَّةَ وَجَاهَدَ فِيْ سَبِيْلِهِ حَقَّ جِهَادِهِ.
اَلصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا الْمُصْطَفَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ سَلَكَ سَبِيْلَهُ وَاهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.رَبِّ اشْرَحْ لِيْ صَدْرِيْ وَيَسِّرْ لِيْ أَمْرِيْ وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِيْ يَفْقَهُوْا قَوْلِيْ.
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. وَقَالَ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. وَقَالَ: وَتَزَوَّدُوْا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى.
وَقَالَ النَّبِيُ: اِتَّقِ اللهَ حَيْثُ مَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بَخُلُقٍ حَسَنٍ. (رواه الترمذي، حديث حسن)
Jama’ah Jum’at hamba Allah yang dirahmati Allah SWT.
Segala puji bagi Allah SWT, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepadajunjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga, dan para sahabatnya.
Khotib berwasiat kepada diri sendiri khususnya dan jama’ah sekalian marilah kita bertaqwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa, semoga kita akan menjadi orang yang istiqamah sampai akhir hayat kita.
Ma’asyirol Muslimin Rahimani Wa Rahimukumullah !!!
Kembali Ke Sistem Kaderisasi Rasulullah
SISTEM KADERISASI PEMIMPIN PERSPEKTIF ISLAM
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kaderisasi berarti proses, cara, perbuatan mendidik atau membentuk seseorang menjadi kader. Kader merupakan orang yang diharapkan akan memegang peranan penting di dalam pemerintahan, partai, ormas, dan sebagainya. Dalam kehidupan kampus, kaderisasi ini bertujuan untuk membentuk kader yang bisa menggerakkan organisasi, himpunan, ataupun kelompok dengan kepentingan masing-masing agar dapat terus berkembang.
Keprihatinan bersama mengetahui ada berita yang kesekian kalinya mengenai kaderisasi di kampus (Orientasi Studi) yang menelan korban jiwa. Adalah salah seorang mahasiswa Teknik Geodesi Institut Teknologi Bandung angkatan 2007 yang meninggal saat mengikuti Program Penerimaan Anggota Baru Ikatan Mahasiswa Geodesi (PPAB IMG) awal bulan Februari 2007.
Dewasa ini juga banyak terjadi rentetan peristiwa meninggalnya mahasiswa di perguruan tinggi di Indonesia. Seperti inikah muka pendidikan di Indonesia. Bukankah perguruan tinggi seharusnya menjadi tempat kaderisasi untuk mencetak pemimpin – pemimpin bangsa di masa yang akan datang?
Memang jika kita meninjau sejarah, kaderisasi pada awal tahun 1980-an di desain untuk membentuk persepsi kepada mahasiswa terhadap kondisi politik saat itu. Pada saat itu Presiden Soeharto melalui Mentri Pendidikan dan Kebudayaan (P&K), Daoed Joesoef mengeluarkan kebijakan Normalisasi Kehidupan Kampus / Badan Koordinasi Kampus (NKK/BKK) dimana militer Orde Baru menduduki kampus. Mahasiswa pun berusaha untuk melawan, dan dibutuhkan kaderisasi agar perlawanan terus berlanjut melawan tiran saat itu. Selain di latih secara fisik dan mental, dalam kaderisasi mahasiswa saat itu, dituntut untuk berfikir kritis, ilmiah, dan mampu mempertanggungjawabkan pernyataannya.
Seiring berjalannya waktu dan perkembangan zaman, seharusnya kaderisasi tidak lagi berorientasi pada hal diatas, walaupun pelatihan fisik dan mental tetaplah perlu. Tapi akan lebih baik jika pada saat kaderisasi saat ini lebih di fokuskan pada penanaman nilai-nilai kepemimpinan, ilmu organisasi, diplomasi dan sebagainya dengan metode simulasi, outbond dan metode kaderisasi kepemimpinan lainnya.
Kembali ke Sistem Kaderisasi Rasulullah
Rasulullah Muhammad saw merupakan contoh pemimpin luar biasa yang sangat layak kita contoh sistem kaderisasinya. Melalui tangan dingin nya pengaruh islam menyebar keseluruh pelosok dunia hanya dalam tempo 23 tahun sejak kerasulannya. Kader-kadernya banyak mencatatkan tinta emas dalam sejarah kehidupan manusia. Sebut saja Umar bin Khattab, ketika menjadi khalifah pengaruh islam semakin kuat. Hal ini terbukti dengan banyaknya daerah kekuasaan islam saat itu. Daerah kekuasaan Kekaisaran Byzantium dan Persia yang meliputi Palestina, Suriah, Iran, dan Turki tak luput dari penguasaan umat islam. Sampai saat ini kader – kader Rasulullah terus bermunculan, meneguhkan keberhasilan sistem kaderisasi Rasulullah.
Kaderisasi menurut islam diartikan sebagai usaha mempersiapkan calon-calon pemimpin hari esok yang tangguh dalam mempertahankan dan mengembangkan identitas khairu ummah, umat terbaik. Ini sesuai dengan seruan Allah dalam Al-Qur’an.
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (Q.S. Ali Imran : 110)
Dalam kaderisasi pasti memberikan pengarahan dan pelatihan. Masalahnya adalah terkadang atau sering hal – hal yang disampaikan tidak dilakukan oleh pemberi pelatihan di kehidupan sebenarnya. Contoh, dalam kaderisasi pemberi pelatihan mengatakan bahwa kita harus disiplin, tapi ternyata ketika dia rapat untuk mempersiapkan kaderisasi, dia sering terlambat. Hal inilah yang membuat banyak kaderisasi saat ini tidak berjalan. Rasulullah, dalam mengkader, tidaklah sembarangan. Beliau melakukan apa yang ia katakan. Sehingga kadernya menjadi taat dan melaksanakan apa yang beliau serukan. Allah swt juga telah mengingatkan kunci kaderisasi yang sukses dalam Al-Qur’an.
“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (Q.S. Ash-Shaff : 2-3)
Selanjutnya Rasulullah dalam melakukan kaderisasi selalu teratur dan terencana. Contoh diatas sudah cukup membuktikan bahwa kaderisasi yang beliau bangun selalu terencana dengan sangat baik. Allah swt memberi kunci kaderisasi selanjutnya dalam Al-Qur’an.
“Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh”
(Q.S. Ash-Shaff : 4)
Disinilah dibutuhkan ilmu manajemen organisasi, hal ini penting untuk menjaga agar kaderisasi tetap berlangsung. Jika manajemen organisasinya lumpuh maka hampur dapat dipastikan kaderisasinya juga akan lumpuh.
Setelah kita melakukan apa yang kita katakan lalu direncanakan dengan rapi maka selanjutnya peran pemimpinlah yang menentukan. Kaderisasi yang sukses tidak lepas dari peran pemimpin yang menjalankan tugas dengan baik. Itulah beberapa kiat yang Rasulullah lakukan dalam melakukan kaderisasi hingga meluasnya islam di seluruh dunia.
Jadi, jika kita integrasikan sistem kaderisasi kampus dengan sistem kaderisasi Rasulullah maka percayalah suatu kaderisasi akan terus berjalan dan berkembang. Selanjutnya bila kaderisasi Rasulullah ini dibawa dan diterapkan dalam masyarakat maka akan tercipta masyarakat madani. Karena kita tidak akan kehabisan stok orang-orang hebat, terlatih, ter-tarbiyah dan terkader dengan baik. Insya Allah.
Mempersiapkan Kader Kepemimpinan Islam
Pemimpin itu dibentuk, bukan dilahirkan. Orang-orang yang mengukir sejarah itu tidak lahir tiba-tiba, tetapi melalui proses panjang pengkaderan dan perjuangan.
Namanya Muhammad. Dalam sejarah Turki dan literatur Barat sering disebut Mehmet II. Dan kelak, saat ia menjadi sultan Ottoman (Utsmani) dan berhasil menaklukkan Konstantinopel sebagai basis kekuatan Kristen Byzantium pada 857 H atau 1453 M, ia dijuluki sebagai Muhammad Al-Fatih (Muhammad Sang Penakluk).
Sultan Muhammad Al-Fatih yang lahir pada tahun 1432 M di Edirne, Turki, bukanlah sosok karbitan.Ia lahir dan tumbuh dalam proses pengkaderan. Ayahnya, Sultan Murad II, orang yang sangat peduli terhadap masa depan anaknya. Ia memiliki visi dalam mendidik, menyiapkan sang buah hati kelak bisa menjadi sosok pejuang yang tangguh. Sang ayah memiliki harapan agar kelak sang anak mampu menaklukkan kekuasaan superpower Byzantium, sebagai upaya mengangkat harkat dan martabat kaum muslimin.
Pengkaderan itu dimulai dari lingkungan terdekat; dari tempat dimana orang berinteraksi secara intens sehari-hari. Lingkungan itu adalah keluarga, tempat dimana kedekatan psikologis saling tumbuh mempengaruhi dalam jarak yang sangat dekat. Sultan Murad II menyadari hal itu. Ia yang memiliki cita-cita agar anak keturunannya kelak bisa menaklukkan Konstantinopel, kemudian seringkali mengajak Muhammad kecil untuk melihat kota itu dari tepian Selat Boshporus, memandangnya lekat-lekat, sambil kemudian dikatakan kepadanya, “Nak, kelak kau akan menaklukkan kota itu, menjadi sang penakluk sebagaimana yang dijanjikan Nabimu.”
Motivasi lewat verbal dan visual terus dilakukan oleh Sultan Murad II kepada sang anak. Ia berharap Muhammad yang nanti tumbuh dewasa, menjadi sosok yang menjawab nubuwwat Rasululullah SAW, sebagaimana dinyatakan dalam sabdanya,
“Kelak kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan kaum muslimin. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.” (H.R Ahmad dalam Al-Musnad, 4/335).
Sebelumnya, banyak para pejuang Islam yang berusaha dan berharap agar menjadi sosok yang dinubuwatkan oleh Rasulullah SAW tersebut.Berbagai upaya penaklukkan dilakukan. Termasuk yang dilakukan oleh sahabat Rasulullah yang mulia, Abu Ayyub Al-Anshari RA. Namun semuanya belum membuahkan hasil. Barulah ratusan tahun kemudian, nubuwwat Rasulullah SAW terjawab dengan keberhasilan Sultan Muhammad Al-Fatih dalam menaklukkan Konstantinopel.
Selain oleh orangtua, pengkaderan juga dilakukan dengan menghadirkan seorang guru terbaik. Sultan Murad II mempercayakan pendidikan anaknya pada Syaikh Aaq Syamsuddin, seorang alim yang kelak juga sangat berjasa bagi Sultan Muhammad Al-Fatih. Kepadanya, Al-Fatih belajar menghafal Al-Qur’an, bahasa Arab, ilmu fikih, akidah, dan sebagainya. Sehingga dalam usia belia, Al-Fatih tak hanya menjadi pemuda yang tangguh, tetapi juga alim.
Pelajaran yang bisa dipetik dari kisah Sultan Muhammad Al-Fatih adalah soal pengkaderan, lingkup pengkaderan, dan tahapan pengkaderan. Semuanya tak berjalan secara instan. Pemimpin itu dibentuk, bukan dilahirkan. Orang-orang yang mengukir sejarah itu tidak lahir tiba-tiba, tetapi melalui proses panjang pengkaderan dan perjuangan. Pengkaderan terhadap Al-Fatih dimulai dari lingkup terdekat; orangtua atau keluarga, lalu oleh guru sebagai orang luar, kemudian oleh masyarakat sebagai lingkup yang lebih luas.
Sultan Muhammad Al-Fatih adalah sosok yang dipersiapkan. Ruhiyahnya dibina sejak kecil. Kepribadiannya dibentuk sejak belia. Ketangguhannya dalam bertempur dilatih sejak kanak-kanak. Ia menghafal Al-Qur’an, taat pada orangtua dan guru, dan disiplin dalam berlatih. Keahliannya dalam memanah dan berkuda dilahirkan dari latihan yang kontinyu. Pengkaderan yang dilakukan ayahnya terhadap Sultan Muhammad Al-Fatih adalah cermin bagi keteladanan dalam melahirkan sosok pemimpin dan pejuang.
Dalam perjalanan sejarah bangsa ini kita mengenal sosok-sosok yang alim, pejuang, dan pengukir sejarah. Kita ambil contoh dua sosok besar; KH. Hasyim Asy’ari dan KH.Ahmad Dahlan. Mereka lahir dari orangtua yang baik, lingkungan yang baik, dikader oleh keluarga dengan cara terbaik, dididik dengan guru-guru yang alim dan mumpuni, kemudian hidup di lingkungan yang penuh dengan kebaikan. Mereka bukan tokoh karbitan, bukan pula ulama yang lahir secara instan.
Bagaimana kondisi sekarang? Saat ini umat seolah kehilangan sosok kader dalam perjuangan. Kader yang dimaksud di sini adalah mereka yang lahir dan tumbuh berkembang dari keluarga besar dan rahim umat Islam. Kader yang hidup dan digembleng dalam jamaah kaum muslimin, yang bercita-cita untuk memperjuangkan tegaknya aspirasi umat, dan konsisten (istiqamah) akan perjuangannya. Kader yang kokoh imannya, kuat fisiknya, dan cemerlang pemikirannya.
Dalam proses pemilihan kepala daerah misalnya, umat Islam seolah tak memiliki kader untuk diajukan sebagai pemimpin. Atau seolah minder untuk memajukan calon pemimpin yang diusungnya. Padahal, berapa banyak pesantren yang telah melahirkan kader-kader terbaiknya,berapa banyak partai-partai Islam yang mempunyai sosok-sosok yang lahir dari proses kaderisasi, berapa banyak para aktivis ormas Islam yang seharusnya bisa tampil memegang tampuk kepemimpinan lokal dan nasional?
Namun semua itu tertutup oleh kabut pekat yang bernama “kepentingan politik dan uang”.Lalu muncullah ke permukaan, mereka yang tidak pernah dikader, dididik, dan hidup dalam jamaah kaum muslimin. Mereka yang selama ini muncul dari hasil transaksi politik, jual beli kepentingan, dan hawa nafsu kekuasaan. Mereka yang hidupnya tersandera oleh kekotoran pribadinya sendiri, sehingga tak leluasa untuk menegakkan kepemimpin yang bersih.
Seruan Untuk Para Pemuda Dan Pemudi Islam.
Wahai pemuda, sesungguhnya sebuah pemikiran cemerlang itu akan berhasil diwujudkan sepanjang keyakinan kita teguh kepada Allah تعالي ikhlas dalam berjuang di jalan Allah, penuh himmah, dan siap berkorban untuk merealisasikannya.
Dalam berjuang di jalan Allah, diperlukan empat syarat utama sebagai factor penunjang, yaitu iman, ikhlas, tekad yang kuat, dan strategi pelaksanaan yang matang.
Iman menjadi syarat mutlak (absolut) ketinggian iman melahirkan hati yang jernih. Pilar-pilar keimanan terletak pada keikhlasan hati seorang muslim yang mukhlis. Dasar keimanan itu sendiri adalah cerminan nurani yang bercahaya, sedangkan dasar keikhlasan itu terletak pada kuatnya tekad dan hati yang bertaqwa.
Himmah atau tekad yang kuat jika didukung oleh strategi pelaksanaan yang baik,dapat mewujudkan cita-cita yang luhur. Himmah tersebut asasnya terletak pada semangat yang menggelora. Semua syarat tersebut sangat mungkin dijalankan oleh para pemuda. Sejak dahulu hingga kini, peran pemuda berada pada posisi terpenting. Di pundak merekalah segala tumpuan harapan perjuangan umat ini dilimpahkan. Mereka adalah generasi yang akan mengibarkan dan meninggikan panji-panji perjuangan serta membangkitkan semangat yang menyala-nyala. Yang demikian itu merupakan nilai dan kelebihan yang tidak pernah dimiliki oleh siapa pun, kecuali oleh kaum muda. Sepanjang perjalanan sejarah, pemuda dikenal sebagai pilar kebangkitan. Peran pemuda berada pada sendi-sendi kekuatan, kebangkitan dan pemikiran (fikrah). Dalam dunia pemikiran, pemuda berperan sebagai pengibar panji-panjinya.
Wahai pemuda, sesungguhnya kewajiban kalian begitu banyak. Tanggung jawab kalian pun begitu besar. Di hadapan kalian terbentang berbagai problematika krusial umat yang begitu peliknya. Kewajiban kalian adalah menunaikan dan menyelesaikannya dengan sebaik-baiknya. Seberat apapun tugas dan amanah yang kalian pikul, seyogyanya kalian bersikap pantang mundur dalam menghadapinya. Sikap yang bijak bagi kalian adalah berpikir maju kearah orientasi masa depan, banyak beramal, bijak dalam menentukan sikap, maju untuk menjadi penyelamat, dan hendaklah kalian mampu menunaikan hak-hak umat ini dengan sempurna.
Kaderisasi Pemuda Di Masa Rasulullah
Salah satu bentuk kesuksesan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam selama 23 tahun adalah keberhasilannya dalam bidang kaderisasi pemuda. Usia pontensial ini tidak dibiarkan berlalu tanpa arti. Mereka dibidik, dikembangkan, bahkan disiapkan media untuk pengembangan diri.
Tidak berlebihan jika beliau pernah mengatakan, “Sebaik-baik generasi adalah pada masaku”. (HR. Bukhari)
Suatu masa gemilang yang kebanyakan diisi oleh pemuda-pemuda cemerlang dan brilian yang berkontribusi besar dalam suksesi dakwah Islam ke seantero alam. Untuk mengetahui bagaimana keberhasilan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, maka akan disebutkan beberapa segmen beserta contoh sahabat yang menonjol di dalamnya hasil kaderisasi pemuda. Urgens untuk bisa diteladani, khususnya oleh para-para tokoh Islam. Paling tidak ada lima segmentasi tanpa bermaksud membatasi- yaitu: Pertama, pemimpin kaliber negara. Kedua, ulama. Ketiga, militer. Keempat, ekonomi. Kelima, dakwah.
Al-Qur’an telah mengingatkan kita semua untuk melahirkan kader-kader yang kuat dan tangguh. Kader yang kelak akan menjadi pelanjut bagi estafet perjuangan dakwah kaum muslimin.
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (QS. An-Nisaa:9)
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُوْا اللهَ لِيْ وَلَكُمْ
Wallahul muwaffiq.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَالْعَصْرِ، إِنَّ الإِنسَانَ لَفِيْ خُسْرٍ، إِلاَّ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.
Khutbah Kedua
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
جَمَاعَةَ الْجُمُعَةِ، أَرْشَدَكُمُ اللهُ. أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهُ، وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا وَيَرْزُقُهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ، وَمَن يَتَّقِ اللهَ يُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا.
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ.اَللَّهُمَ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ.اَللَّهُمَّ انْصُرِ الْمُجَاهِدِيْنِ فِيْ كُلِّ مَكَانٍ وَزَمَانٍ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ.رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ اْلأَبْرَارِ.رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَّسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا، رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِن قَبْلِنَا، رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ، وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنتَ مَوْلاَنَا فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.اَللَّهُمَّ إِنَا نَسْأَلُكَ رِضَاكَ وَجَنَّتَكَ وَنَسْأَلُكَ شَهَادَةً فِيْ سَبِيْلِكَ.اَللَّهُمَّ أَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَالْمُبْتَدِعَةَ وَالْمُشْرِكِيْنَ أَعْدَائَكَ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ.
اَللَّهُمَّ شَتِّتْ شَمْلَهُمْ وَمَزِّقْ جَمْعَهُمْ وَزَلْزِلْ أَقْدَامَهُمْ وَأَلْقِ فِيْ قُلُوْبِهِمُ الرُّعْبَ.اَللَّهُمَّ عَذِّبْهُمْ عَذَابًا شَدِيْدًا وَحَسِّبْهُمْ حِسَابًا ثَقِيْلاً.رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
%MCEPASTEBIN%%MCEPASTEBIN%