Khutbah Jum'at

Khutbah Jum’at Edisi 312 | Memaknai Spirit Hijrah untuk Kebangkitan Umat Islam

Dikeluarkan Oleh Sariyah Dakwah Jama’ah Ansharu Syari’ah

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ وَلاَ رَسُوْلَ بَعْدَهُ، قَدْ أَدَّى اْلأَمَانَةَ وَبَلَّغَ الرِّسَالَةَ وَنَصَحَ اْلأُمَّةَ وَجَاهَدَ فِيْ سَبِيْلِهِ حَقَّ جِهَادِهِ.

اَلصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا الْمُصْطَفَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ سَلَكَ سَبِيْلَهُ وَاهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.رَبِّ اشْرَحْ لِيْ صَدْرِيْ وَيَسِّرْ لِيْ أَمْرِيْ وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِيْ يَفْقَهُوْا قَوْلِيْ.

قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. وَقَالَ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. وَقَالَ: وَتَزَوَّدُوْا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى.

وَقَالَ النَّبِيُ : اِتَّقِ اللهَ حَيْثُ مَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بَخُلُقٍ حَسَنٍ. (رواه الترمذي، حديث حسن).

Jamaah Jum’at hamba Allah yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga, dan para sahabatnya.

Khotib berwasiat kepada diri sendiri khususnya dan jama’ah sekalian marilah kita bertaqwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa, semoga kita akan menjadi orang yang istiqamah sampai akhir hayat kita.

Ma’asyirol Muslimin Rahimani Wa Rahimukumullah…

Waktu mengalir terus. Dan “tanpa terasa” kita sampai kepada pergantian tahun hijriah dari tahun 1443 H kita sudah memasuki tahun baru 1444 H. Bangsa kita dalam keadaan Krisis multidimensi. krisis ekonomi menambah beban kehidupan kian berat. Keadilan bagaikan pungguk merindukan bulan. Islam dinistakan. Umat yang ingin kembali kepada ajaran Islam dituduh radikal dan intoleran.

Inilah musibah dan bencana di depan mata kita, akibat aturan kufur berkuasa di muka bumi. Aturan Allah subhanahu wa ta’ala disingkirkan dan digantikan aturan produk hawa nafsu manusia. Ini mengingatkan kita pada kondisi yang sama sebelum hijrah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Makkah ke Madinah.

Mereka, orang-orang kafir, menolak dengan keras ajaran Islam, menzalimi orang yang masuk Islam, dan mengolok-olok Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Padahal, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang terbaik di Makkah saat itu hanya karena membawa ajaran yang bertentangan dengan keyakinan mereka.

Kita sebagai kaum muslimin yang hidup pada masa keterpurukan dan kemunduran umat Islam saat ini, seharusnya menjadikan peristiwa hijrah sebagai momentum untuk bangkit dari keterpurukan dalam berbagai bidang.

Peristiwa hijrah seyogyanya menjadi titik balik dari kondisi kaum Muslimin yang dulu lemah dan tertindas menjadi merdeka dan kuat serta berdaulat kembali kepada kejayaan dan kegemilangan yang selama beberapa abad terakhir ini direbut oleh bangsa-bangsa penjajah yang dikuasai nafsu setan dan keserakahan.

Memaknai Hijrah

Hijrah secara bahasa berasal dari bahasa Arab, haajaro – yuhaajiru – muhajarotan wa hijrotan. Dimana kata ini berasal dari akar kata hajaro -yahjuru – hajron yang bermakna meninggalkan (at-tarku_, berpaling (al-i’rodh), memutus (al-qoth’u) dan menahan (al-man’u).
Pengertian hijrah secara terminologis ialah bermakna meninggalkan sesuatu atas dasar untuk melakukan taqorrub (mendekatkan diri) kepada Allah.

Syaikh Ahmad bin Muhammad al-Fayumi menulis dalam kamusnya, al-Mishbah al-Munir fi Ghorib asy-Syarh al-Kabir. “Hijrah dengan mengkasrohkan huruf ha’ adalah meninggalkan suatu negeri menuju negeri lain. Dimana jika hal itu dilakukan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah, maka hijrah ini disebut dengan hijrah syar’iyyah.

Memahami makna dan hikmah hijrah di balik memperingati peristiwa Tahun Baru Islam. Satu Muharram selain dinilai sebagai tonggak sejarah kebangkitan Islam dan umat Islam, juga sebagai awal kalender Islam yang berdasarkan peredaran bulan.

Akan tetapi disayangkan jika sebagian besar umat Islam belum memahami makna penting di balik hijrah yang ditetapkan sebagai tahun baru Islam itu dan tidak dijadikan sebagai momentum dalam menyemarakkan, memperkokoh, menyuburkan syiar-syiar Islam pada setiap komunitas muslim, dan menumbuhkan spirit kebangkitan umat Islam.

Islam sebagai satu-satunya agama yang memiliki keistimewaan, antara lain, karena langsung diberi nama oleh Allah. Dan keistimewaan lainnya agama Islam yang lahir di Mekkah, namun lebih berkembang setelah hijrah ke Madinah, sebab ia agama terakhir yang disempurnakan Allah dari agama-agama yang diturunkan kepada para nabi dan rasul Allah sebelum Nabi Muhammad.

Kenyataan historis itulah yang membuat agama Islam survive sampai 1444 Tahun Hijriah ini, sejak Nabi Muhammad saw. hijrah. Memang masih sangat banyak faktor lain, yang menyebabkan Islam dan umat Islam dapat bertahan dan berkembang sampai kurun waktu ini, antara lain, karena umatnya secara fundamental bersikukuh pada fondasi al-Qur’an dan Hadis Nabi Muhammad.

Makna hakiki kebangkitan Islam dan umat Islam sesungguhnya belum dapat dipahami oleh sebagian besar umat Islam. Hal ini terjadi karena umat Islam belum menyadari makna keberagamaan, sebagai satu-satunya jalan menuju kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

Pengaruh Westernalisasi dan modernisasi menghentak sebagian umat untuk menempatkan iptek lebih penting di dalam mencapai kebahagiaan hidup umat. Pengaruh modernisasi itulah dikira mereka sebagai satu-satunya jalan menuju kebanggaan duniawi. Mereka mengira hanya dengan menguasai Ipteklah kebahagiaan itu tercapai. Lantas agama Islam di mana, ya cukup di masjid sajalah.

Keberislaman bagi mereka hanya terbatas di dalam masjid. Di luar masjid, aturan keberagamaan sama sekali diabaikan atau terabaikan. Di luar masjid segala “jalan pintas” menuju kebahagiaan duniawi dipraktekkan agar cepat kaya dan cepat pula bahagia, sehingga makna kebahagiaan di dunia dipahami secara materialistik.

Sesungguhnya penguasaan ipteks hanya sebagai alat untuk memudahkan kehidupan umat manusia. Dan kekayaan hanya merupakan alat untuk kemudahan hidup manusia. Uang pada hakekatnya hanya merupakan alat tukar dalam sistem perekonomian. Satu-satunya cara mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan juga di akhirat hanya melalui pengamalan ajaran agama Islam.

Hikmah disyariatkannya Hijrah

Tujuan utama dari peringatan hijrah tidak mungkin dicapai kalau peristiwa itu dipahami hanya sebagai peringatan peristiwa sejarah semata. Akan tetapi dengan mengungkapkan aspek historisnya secara objektif, pasti akan membuahkan sejumlah hikmah kehidupan dalam membangun peradaban komunitas Muslim, paling tidak sebagai awal kebangkitan Islam dan umat Islam. Hikmah-hikmah dimaksud, antara lain, adalah sebagai berikut;

1. Menjaga keselamatan ibadah dan agama

Ini merupakan sebab dan sekaligus tujuan terbesar diperintahkannya hijrah. Kapan saja seorang muslim tidak mampu untuk menampakkannya agamanya, dipersempit kebebasannya untuk beragama dan beribadah serta melaksanakan kewajiban-kewajiban agama, maka seorang muslim diwajibkan untuk hijrah ke mana saja yang memungkinkan untuk memelihara agamanya dan ibadahnya kepada Rabbnya. Hal ini sebagaiman firman Allah Ta’ala,

يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ أَرْضِي وَاسِعَةٌ فَإِيَّايَ فَاعْبُدُونِ

”Hai hamba-hamba-Ku yang beriman, sesungguhnya bumi-Ku luas, maka sembahlah Aku saja.” [Al-Ankabut: 56]

2. Menjaga keselamatan jiwa

Kapan saja seorang Muslim terancam keselamatan jiwanya karena bahaya pembunuhan atau penghancuran yang nyata yang akan dilakukan oleh orang zhalim sementara dia tidak memiliki kemampuan untuk melawannya atau mempertahankan diri maka dia disyariatkan untuk berhijrah ke daerah yang aman demi keselamatan jiwanya. Untuk memperkuat kaum muslimin dan melemahkan orang-orang musyrik.

Hijrah disyariatkan untuk memperkuat barisan kaum muslimin dan memperbanyak jumlah mereka sehingga lebih unggul dari orang-orang musyrik. Kepentingannya adalah untuk menghidupkan syariat Jihad di jalan Allah dalam menghadapi kejahatan orang-orang musyrik.

Hal ini sebagaimana dilakukan oleh para sahabat Nabi ﷺ yang berhijrah dari Makkah ke Madinah untuk memperkuat barisan kaum muslimin di Madinah dan membela dan melindungi Nabi Muhammad ﷺ .

3. Untuk berdakwah kepada Allah

Di antara sebab disyariatkannya seorang muslim untuk berhijrah adalah dalam rangka menyebarkan risalah Islam ke seluruh penjuru dunia dan mengokohkan umat islam di atas agamanya dan peribadahan kepada Rabbnya.
Risalah islam diperuntukkan bagi seluruh umat manusia. Nabi Kita Muhammad ﷺ diutus untuk seluruh umat manusia sedangkan beliau adalah penutup para nabi dan rasul. Dengan demikian dakwahnya harus dibawa ke seluruh penjuru dunia.

4. Sesungguhnya penguasaan ilmu

Pengetahuan dan teknologi (iptek) hanya sebagai alat untuk memudahkan kehidupan umat manusia. Dan kekayaan hanya merupakan alat untuk kemudahan hidup manusia. Uang pada hakekatnya hanya merupakan alat tukar dalam sistem perekonomian. Satu-satunya cara mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan juga di akhirat hanya melalui agama.

5. Kesadaran keberagamaan atau religiositas seperti di atas tentu perlu bagi umat Islam.

Karena semakin banyak agenda keberhasilan umat Islam di masa depan, terutama dalam menguasai iptek dan perekonomian, maka eksistensi Islam semakin disegani. Meskipun Islam pernah mengalami kejayaan di abad ke-19 s,d, abad ke-11 Masehi, membuktikan bahwa Islam dan umat Islam sangat terbuka bagi kemajuan peradaban dunia.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُوْا اللهَ لِيْ وَلَكُمْ

Wallahul muwaffiq

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَالْعَصْرِ، إِنَّ الإِنسَانَ لَفِيْ خُسْرٍ، إِلاَّ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.

Khutbah Kedua

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.

جَمَاعَةَ الْجُمُعَةِ، أَرْشَدَكُمُ اللهُ. أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهُ، وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا وَيَرْزُقُهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ، وَمَن يَتَّقِ اللهَ يُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا.

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ. اَللَّهُمَ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ. اَللَّهُمَّ انْصُرِ الْمُجَاهِدِيْنِ فِيْ كُلِّ مَكَانٍ وَزَمَانٍ.

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ اْلأَبْرَارِ. رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَّسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا، رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِن قَبْلِنَا، رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ، وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنتَ مَوْلاَنَا فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ. اَللَّهُمَّ إِنَا نَسْأَلُكَ رِضَاكَ وَجَنَّتَكَ وَنَسْأَلُكَ شَهَادَةً فِيْ سَبِيْلِكَ. اَللَّهُمَّ أَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَالْمُبْتَدِعَةَ وَالْمُشْرِكِيْنَ أَعْدَائَكَ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ.

اَللَّهُمَّ شَتِّتْ شَمْلَهُمْ وَمَزِّقْ جَمْعَهُمْ وَزَلْزِلْ أَقْدَامَهُمْ وَأَلْقِ فِيْ قُلُوْبِهِمُ الرُّعْبَ. اَللَّهُمَّ عَذِّبْهُمْ عَذَابًا شَدِيْدًا وَحَسِّبْهُمْ حِسَابًا ثَقِيْلاً. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.

Lihat lebih banyak

Artikel terkait

Back to top button