Kota-Kota ini Hilang karena Bencana Alam, Apa Ibrahnya bagi kita?
Budi Eko Prasetiya, SS
Amir Majmu’ah Jember Jamaah Ansharu Syariah
Banyak hikmah atau pelajaran yang dapat diambil dari kejadian di masa lalu untuk kehidupan masa kini dan termasuk masa depan. Hikmah yang baik untuk diteladani, hikmah yang buruk untuk dijauhi dan tidak diulang.
Allah Subhanahu wa Ta’ala mendorong kita untuk mengambil hikmah dari masa lalu dengan membaca sejarah, baik dan buruknya. Dalam Alquran, Allah berfirman,
قُلْ سِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُجْرِمِينَ
Katakanlah (wahai Muhammad) kepada orang-orang kafir, berjalanlah kalian semua di muka bumi, kemudian lihatlah, bagaimana akibat buruk yang menimpa umat-umat pendosa di masa lalu. (QS an-Naml [27]: 69).
Ayat ini turun berkenaan dengan kelakuan orang kafir Makkah yang dihadapi Nabi Muhammad yang tidak mau melihat atau menengok kembali kejadian di masa lalu untuk diambil hikmahnya. Misalnya, melihat negeri-negeri yang dihancurkan Allah karena durhaka kepada-Nya dan berbuat kerusakan di saat mereka sedang dalam peradaban yang maju.
Berikut ini adalah kota-kota yang hilang karena ditegur dengan peristiwa bencana Alam. Semoga kita bisa mengambil pelajaran
1. Negeri Kaum ‘Ad.
Negeri kaum ‘Ad berada di Pegunungan Yaman, tepatnya di Amman dan Hadramaut. Kaum Ad dibinasakan oleh Allah SWT dengan angin dingin yang sangat kencang hingga membunuh semua penduduk kaum Ad. Kisah dibinasakannya kaum ‘Aad diabadikan dalam QS. Al-Haaqqah: 6-8.
وَأَمَّا عَادٌ فَأُهْلِكُوا بِرِيحٍ صَرْصَرٍ عَاتِيَةٍ سَخَّرَهَا عَلَيْهِمْ سَبْعَ لَيَالٍ وَثَمَانِيَةَ أَيَّامٍ حُسُومًا فَتَرَى الْقَوْمَ فِيهَا صَرْعَى كَأَنَّهُمْ أَعْجَازُ نَخْلٍ خَاوِيَةٍ فَهَلْ تَرَى لَهُمْ مِنْ بَاقِيَةٍ
Adapun kaum ‘Ad, maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang, yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus-menerus; maka kamu lihat kaum ‘Ad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul-tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk).
Kaum ‘Ad adalah sebuah kaum yang menjadi tempat Nabi Hud As berdakwah. Mereka bangsa cerdas dan memiliki teknologi membangun gedung-gedung bertingkat
Namun, mereka mendustakan seruan Nabi Hud tentang Keesaan Allah dan meninggalkan kemaksiatan.
2. Kota Sodom dan Gomorah.
Kota Sodom dan Gomorah, tempat tinggal kaum Nabi Luth AS berada di sekitar Laut Mati. Hal ini diperkuat dengan temuan arkeolog yang menyatakan pada 1800-2350 SM terdapat kehidupan di sekitar Laut Mati yang hancur akibat gempa dahsyat dan bebatuan yang menimpa mereka.
Kaum Sodom dan Gomorah dilaknat oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala karena menjadi gemar berperilaku homoseks. Ajaran Nabi Luth AS dihiraukan. Persekusi dan tindak kekerasan seringkali diterima olah Nabi Luth AS saat berdakwah mengajak mereka ke jalan yang benar. Karena tabiatnya yang menyimpang tersebut, kaum ini diazab oleh Allah Subhanallahu wa Ta’ala dengan hujan batu belerang panas.
Allah Ta’ala berfirman dalam QS. Huud: 82-83,
“Maka ketika datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah (kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi,–Yang diberi tanda oleh Tuhanmu, dan siksaan itu tidaklah jauh dari orang-orang yang zalim,”.
Ketaatan dan keiklasan Nabi Luth dalam beribadah pada Allah Subhanallahu wa Ta’ala itulah, yang membuat Sang Nabi dan keluarganya selain istrinya yang fasik terselamatkan dari azab yang diturunkan di negeri Sodom. Sementara kaumnya menjadi teladan buruk dan pelajaran bagi generasi yang datang setelahnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam QS. Adz Dzaariyat: 37,
“Dan Kami tinggalkan pada negeri itu suatu tanda bagi orang-orang yang takut kepada siksa yang pedih.”
3. Madain Saleh.
Madain Saleh adalah sebuah kota yang dihuni oleh kaum Tsamud dan Nabatea. Peradabannya sangat maju, mereka membangun rumah dan ibadah dengan memahat tebing-tebing batu. Sekilas sangat mirip dengan situs Petra yang ada di Yordania.
Kaum Tsamud merupakan bangsa yang sangat unggul pada masanya. Ketika Nabi Saleh AS datang membawa Tauhid, kaum Tsamud menolaknya bahkan hingga mengusirnya. Karena keingkaran kaum Tsamud, mereka diazab Allah Subhanallahu wa Ta’ala dengan petir yang mengguntur hingga menyebabkan seluruh penduduknya tewas mengenaskan dan meluluhlantakkan peradaban Bangsa Tsamud.
Demikian dahsyatnya bencana yang Allah timpakan, sehingga tiada seorang pun dari kaum Tsamud yang tersisa, seperti dalam QS. An-Najm : 51
“Dan kaum Tsamud, maka tidak seorang pun yang ditinggalkan-Nya (hidup)”.
Sehingga, kata Allah dalam QS. Huud: 68,
“Seolah-olah mereka belum pernah berdiam di tempat itu. Ingatlah, sesungguhnya kaum Tsamud mengingkari Rabb mereka. Ingatlah, kebinasaanlah bagi kaum Tsamud”.
Yang menakjubkan, meski petir dan halilintar yang Allah kirim itu memusnahkan seluruh kaum Tsamud, tapi bangunan hasil karya mereka tetap dibiarkan utuh. Keanehan itu
sebagai bukti bagi kaum yang hidup sesudahnya, tentang keberadaan suatu kaum ahli bangunan yang telah Allah binasakan akibat kekafiran mereka.
4. Pompeii.
Pompeii adalah sebuah kota pada era Romawi Kuno yang berada di lembah Gunung Vesuvius, tepatnya di tenggara Kota Napoli. Dahulu Pompeii adalah kota maju yang eksis sejak abad ke-6 M. Kota Pompeii dinyatakan hilang selama 1600 tahun sebelum akhirnya ditemukan kembali oleh arkeolog modern secara tidak sengaja.
Pompeii musnah dan terkubur dalam tanah oleh letusan Gunung Vesuvius pada tahun 79 M. Pompeii dikenal sebagai pusat maksiat dan kemunkaran yang dipenuhi tempat pelacuran dan perzinahan. Bersama reruntuhan kota, ditemukan juga jasad manusia dalam kondisi terawetkan dengan beragam pose maksiat.
Disini terdapat sisi yang paling tidak bisa dimengerti dari sebuah bencana. Bagaimana mungkin ribuan orang yang menunggu dijemput sang kematian itu berekspresi tanpa mereka sadari? Sisi yang nampak dari peristiwa ini menunjukan, hilangnya Pompeii mirip dengan peristiwa kehancuran sebagaimana yang disebutkan dalan QS. Yasin : 29.
إِن كَانَتْ إِلَّا صَيْحَةً وَٰحِدَةً فَإِذَا هُمْ خَٰمِدُونَ
“Tidak ada siksaan atas mereka melainkan satu teriakan suara saja; maka tiba-tiba mereka semuanya mati,”
5. Dusun Legetang di Banjarnegara.
Dusun Lagetang tersebut hilang akibat tertimbun longsor secara tiba-tiba yang terjadi pada 16 April 1955. Dusun Legetang, sebuah pemukiman penduduk yang berada tepat di kaki gunung Pengamun-amun
Kehidupan desanya yang makmur seharusnya membuat orang-orang Legetang lebih banyak bersyukur. Namun, alih-alih melakukan hal itu, mereka malah seolah menikmati semua itu dengan bermaksiat.
Pada satu malam, seperti biasanya masyarakat Legetang melakukan pesta-pesta erotis mereka. Tak ada yang aneh sepanjang acara senang-senang ini, sampai akhirnya tanda-tanda pun mulai muncul. Tiba-tiba saja hujan turun dan bumi mulai bergoncang. Tak lama berselang, longsor yang begitu hebat terjadi dan seolah mengubur desa ini. Semua orang tak sempat menyelamatkan diri, hanya bisa menikmati ajal di tengah tumpukan tanah yang mengubur mereka dengan dahsyat. Tragedi ini pun seperti menghapus Legetang dari peta. Satu desa lenyap beserta orang-orangnya.
Bencana yang menimpa Legetang sebenarnya adalah hal yang tak benar-benar masuk akal. Letak Legetang ini sebenarnya jauh dari lereng gunung.
Kalau pun longsor berasal dari gunung, takkan pernah bisa mencapai satu rumah pun desa ini. Namun, kenyataan berkata lain.
Longsoran ini seolah dipindahkan lalu dijatuhkan tepat di atas desa Legetang.
Bukti terjadinya Musibah Legentang adalah keberadaan sebuah tugu yang dikhususkan untuk mengenang desa Legetang dan orang-orang yang tewas.
Di salah sisi tugu ada sebuah lempengan yang bertuliskan,
“TUGU PERINGATAN ATAS TEWASNJA 332 ORANG PENDUDUK DUKUH LEGETANG SERTA 19 ORANG TAMU DARI LAIN-LAIN DESA SEBAGAI AKIBAT LONGSORNJA GUNUNG PENGAMUN-AMUN PADA TG. 16/17-4-1955”.
7. Petobo dan Balaroa, dua desa yang lenyap ditelan bumi.
Gempa besar berkekuatan M 7,4 yang mengguncang Palu-Donggala, Sulawesi Tengah pada Jumat (28/9/2018) telah menarik perhatian kita semua.yakni tentang apa yang terjadi di Petobo dan Balaroa.
Sejauh mata memandang, hanya ada reruntuhan. Itulah yang terjadi di daerah Petobo dan Balaroa yang diguncang bumi dan dibolak-baliknya fenomena lumpur bergerak. Semuanya hilang. Hanya dalam hitungan detik. Padahal, sebelumnya ada ribuan bangunan kokoh berdiri.
Puing-puing bangunan yang terhampar di lahan luas itu menjadi saksi bisu fenomena alam yang mengerikan pada Jumat, September 2018 lalu. Likuifaksi namanya. Bahasa mudahnya, pembuburan tanah
Kelurahan Petobo, Kecamatan Petobo Selatan, Kota Palu tinggal sejarah. Di antara kenangan itu adalah Petobo yang dikenal sebagai tempat dengan perekonomian yang berlembang pasat. Apalagi adanya prostitusi, peredaran Narkoba hingga perjudian. Beberapa media daring pun menyamakan Petobo dengan Las Vegas dan Makau
Tidak hanya judi, Petobo pun terkenal dengan praktik balia, sama seperti di daerah lain yang didiami warga asli suku Kaili. Balia merupakan ritual untuk menyembuhkan orang sakit lewat dukun dan penyembelihan hewan. Tiga tahun belakangan ini, Pemerintah Kota Palu memasukkan ritual ini dalam Festival Palu Nomoni.
Daerah Balaroa terletak di Kecamatan Palu Barat. Kawasan itu adalah perumahan padat penduduk yang terpaut sekitar 10 kilometer dari Petobo. Namun keduanya punya nasib serupa, daerah yang terdampak likuifaksi
Balaroa yang terpendam lumpur membangkitkan memori tentang asal-usul penamaan tempat (toponimi).
Semula, Balaroa dikenal dengan nama Lonjo atau tanah berlumpur.
Dulu Lonjo jadi daerah yang dihindari warga Gunung Marawola Barat karena takut tenggelam. Bahkan warga yang hendak berjualan ke Pasar Bambaru rela menempuh jarak lebih jauh. Cerita tentang Lonjo memudar seirin berdirinya Perumnas Balaroa pada era 1980-an dan semakin terobsesinya masyarakat dengan pembangunan tanpa mengabaikan dampaknya kepada alam dan masyarakat.
Apa Ibrahnya bagi kita?.
Masyarakat yang negerinya dihancurkan dengan bencana alam tersebut memiliki tingkat peradaban tinggi. Dengan ilmu pengetahuan dan teknologi saat itu telah mendirikan peradaban dan meningkatkan perekonomian masyarakat. Ironisnya mereka masih tetap mengingkari dan mengabaikan Allah, melupakan semua hal yang mereka nikmati itu merupakan hasil ridho Allah. Namun, peradaban yang telah dibangun tidak bisa menyelamatkan masyarakat yang telah dihancurkan, karena peradaban mereka berdiri diatas landasan pengingkaran terhadap Allah.
Sejumlah peristiwa penghancuran yang diabadikan dalam Al Qur’an, telah dibenarkan oleh berbagai penelitian arkeologis di jaman modern. Temuan-temuan arkeolog pun membuktikan, peristiwa-peristiwa yang dikutip dalam Al-Qur’an benar-benar pernah terjadi, menjelaskan perlunya sebagai “peringatan terlebih dahulu” yang banyak digambarkan dalam kisah-kisah dalam Al-Qur’an.
Allah berfirman di dalam QS Yusuf 109-111, bahwa
“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Qur’an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman,”.