Artikel

MENDIDIK DENGAN APRESIASI

Terinspirasi dari firman Allah Ta’ala yang sudah ditulis pada penulis pada waktu lalu dengan judul ” 7 Cara Allah Mengapresiasi Hambanya Di Dalam Al Qur’an”.

Maka penulis ingin mengangkat tema kembali dengan Judul “Mendidik Dengan Apresiasi”. Seorang pendidik, atau orang tua ataupun apapun posisi jabatannya, mengapresiasi atas kebaikan atau prestasi dari anak didik, anak kandung maupun anak buah merupakan hal yang tidak boleh diremehkan.

Dengan memberi apresiasi kepada mereka atas kebaikan atau prestasi yang dilakukan dapat menumbuhkan rasa gemar melakukan kebaikan dan prestasi berikutnya yang lebih lagi. Selain itu juga dapat menumbuhkan rasa percaya diri, sehingga terhindar dari sifat minder.

Manfaat apresiasi juga mengajarkan arti menghargai kebaikan orang lain. Tidak sedikit orang yang pelit untuk mengapresiasi kebaikan orang lain, karena menganggap dirinya sendiri adalah orang yang paling baik. Gensi bila mengapresiasi kebaikan orang lain. Karena khawatir kalau dia akan tersaingi. Atau memang orang tersebut belum tau bagaimana cara mengapresiasi, atau orang tersebut tidak terbiasa mengapresiasi. Mungkin orang tersebut menganggap apresiasi tersebut hal yang tidak penting. Padahal Rasulullah Shallallahu alaihi Wasalam di berbagai kesempatan memberikan apresiasi terhadap sahabatnya.

Meskipun demikian kita pun jangan terlalu berlebihan dalam memberikan apresiasi. Karena dapat menjadikan orang tersebut lupa diri, sombong maupun lupa bila semua kebaikan itu terjadi karena pertolongan dari Allah Ta’ala.

Maka dalam setiap apresiasi yang kita berikan tidak berlebihan dan jangan lupa untuk menyebutkan kalimat thoyyibah untuk mengawali apresiasi.

Misalnya, “Maa shaa Allooh, kamu rajin membaca Al Qur’an yaa. Semoga Allah Ta’ala menjaga keistiqomahanmu” dst.

Karena apabila mengapresiasi orang tanpa menyebut kalimat thoyyibah dikhawatirkan rentan dengan penyakit Ain.

Maka apabila melihat sesuatu yang mengagumkan, hendaklah mendo’akan kebaikan atasnya.

Dari Amir bin Rabi’ah Radhiyallahu ‘Anhu :

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا رَأَى أَحَدُكُمْ مِنْ أَخِيهِ أَوْ مِنْ نَفْسِهِ أَوْ مِنْ مَالِهِ مَا يُعْجِبُهُ فَلْيُبَرِّكْهُ فَإِنَّ الْعَيْنَ حَقٌّ

Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda : “Jika salah seorang dari kalian melihat sesuatu yang menakjubkan dari saudaranya, pada dirinya atau pada hartanya, maka doakan keberkahan padanya, karena sesungguhnya penyakit ain itu benar (adanya)”. (HR. Ahmad)

Baik dengan mengucapkan بَارَكَ اللَّهُ فِيهِ, اللَّهُمَّ بَارِكْعَلَيْهِ atau yang semacamnya.

Supaya terhindar dari penyakit Ain juga dengan meminta perlindungan kepada Allah Ta’ala. Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda :

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَعِيذُوا بِاللَّهِ فَإِنَّ الْعَيْنَ حَقٌّ

Dari Aisyah Radhiyallahu ‘Anha, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Mintalah kalian perlindungan kepada Allah dari ‘Ain (mata jahat) karena sesungguhnya ‘Ain itu haq benar (adanya),” (HR. Ibnu Majah)

Penyakit ‘Ain merupakan jenis penyakit yang disebabkan oleh pengaruh buruk pandangan mata, yaitu pandangan mata yang disertai rasa takjub atau bahkan iri dan dengki terhadap apa yang dilihatnya.

Bahkan yang tidak disertai iri dengki sekalipun bisa menyebabkan ‘Ain jika tidak disertai dengan pujian kepada Allah. Sebab segala pujian selayaknya hanya milik Allah.

Penyakit ‘Ain tidak hanya dapat menimpa anak kecil saja. Siapapun tidak peduli latar belakang usia, gender, bisa saja terkena. Bahkan sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam saja, yang dikenal dengan kebersihan hati mereka, tetap tidak luput dari pengaruh ‘Ain.

Semoga Allah Ta’ala melindungi kita semua dari penyakit tersebut.

Kembali lagi ke judul. Terinspirasi dari firman Allah Ta’ala tentang 7 Cara Allah Mengapresiasi Hambanya Di Dalam Al Qur’an. Maka penulis juga ingin mengurai dengan judul Mendidik Dengan Apresiasi. Setidaknya ada 7 cara mendidik dengan apresiasi.

1. Mendidik dengan apresiasi berbentuk pujian kepada anak, anak didik maupun orang terdekat dengan kita yang sudah melakukan kebaikan. Contoh : “Alhamdulillah yaa… Kamu rajin berinfaq. Semoga Allah Ta’ala membalas dengan balasan yang sempurna.”

2. Mendidik dengan apresiasi berbentuk ucapan cinta kepada anak, anak didik maupun orang terdekat dengan kita yang sudah melakukan kebaikan. Contoh : “Maa shaa Allah… Kakak baik sama adik. Allah Ta’ala cinta kepada anak yang baik, ayah dan mama juga cinta lo sama anak yang baik seperti kakak”

3. Mendidik dengan apresiasi berbentuk cerita. Yaa cerita tentang kebaikan anak, anak didik ataupun orang sekitar. Cerita kebaikan yang sudah dilakukan tersebut bisa kita sampaikan di hadapannya. Dengan tujuan kita suka perbuatan baik tersebut. Atau dapat kita ceritakan kepada yang lain dalam rangka untuk menginspirasi. Contoh : “Ayah masih ingat betul loo, Mama pernah buatin makanan kesukaan yaitu bubur kacang ijo. Ayah lahap sekali makannya. Maa shaa Allah… Mama kok pinter yaa bikin bubur kacang ijonya.”

4. Mendidik dengan apresiasi berbentuk nama panggilan atau julukan yang bagus sesuai dengan kebaikan yang dia lakukan. Contoh : Ada seorang pengajar yang memiliki para santriwati yang rajin, semangat dalam dakwah, semangat amar ma’ruf nahi mungkar dan amal shalih lainnya. Maka pengajar tersebut sering kali menyapa kepada mereka dengan sapaan Mujahidah Shalihah. Saat menyapa di kelas guru tersebut menyapa dengan, “Wahai Para Mujahidah shalihah, bagaimana kabarnya semua”.

5. Mendidik dengan apresiasi berbentuk fasilitas maupun kemudahan. Contoh: Seorang saudagar muslim memberikan apresiasi berupa kendaraan dan rumah dinas bagi pegawainya yang berprestasi. “Alhamdulillah, karena kalian dalam melaksanakan tugas dengan baik dan benar. Maka in shaa Allah Bapak fasilitasi kendaraan dan rumah dinas semoga bermanfaat dan berkah aamiin yaa Robb.”

6.Mendidik dengan apresiasi berbentuk hadia tunai. Misal : Maa shaa Allooh Kak, Kakak sudah hafal 30 juz, ini ada hadiah khusus ini dari Abi dan Ummi. Hadiahnya adalah 1 ekor kuda dan seperangkat alat panah.”

7. Mendidik dengan apresiasi berbentuk tidak mengungkit-ngungkit kesalahan yang sudah dilakukan dan sudah. Karena dengan mengungkit-ngungkit kesalahan menjadikan anak, anak didik maupun orang sekitar merasa tidak dihargai akan perjuangannya untuk berusaha menjadi lebih baik. Sehingga dapat menjadikan mereka putus asa dalam berjuang menjadi lebih baik. Na’uudzubillaah min dzalik.

Semoga Allah Ta’ala membimbing kita semua menjadi hambanya yang selalu dalam bimbingan dan lindungan serta ridha-NYA. Aamiin yaa Robb

Lihat lebih banyak

Artikel terkait

Back to top button