Artikel

Menjaga Generasi Pemuda

Oleh: Ustadz Ziyad Ar Rozi, Lc
Katib Mahkamah Syariah Jamaah Ansharu Syariah

Masa muda adalah masa yang paling berharga dari tahapan waktu yang dilalui oleh manusia. Sehingga secara spesifik disebutkan dalam hadits akan pertanggung jawabannya nanti di hari kiamat.

Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda, “Tidak akan bergeser kedua kaki anak Adam di hari kiamat dari sisi Rabbnya, hingga dia ditanya tentang lima perkara (yaitu): tentang umurnya untuk apa ia habiskan, tentang masa mudanya untuk apa ia gunakan, tentang hartanya dari mana ia dapatkan dan dalam hal apa (hartanya tersebut) ia belanjakan, serta apa saja yang telah ia perbuat dari ilmu yang dimilikinya,” (HR. At-Tirmidzi dan Ath-Thabrani).

Oleh karena itu menjaga generasi muda kita kepada jalan yang benar dan mempersiapkan mereka agar mampu mengisi waktunya untuk kebaikan dan ibadah adalah tanggung jawab kita.

Mereka adalah aset sebuah bangsa. Kemajuan dan kemakmuran serta kebaikan sebuah negara tergantung pada para pemudanya. Sebaliknya, kehancuran dan kerusakan sebuah negara juga ada pada diri pemudanya. Untuk menjadi sebuah negara yang baldatun thoyyibatun wa rabbun ghafur salah satunya adalah mencetak para pemuda yang qualifikasinya sebagaimana dalam sebuah hadits shohih.

Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Tujuh golongan yang dinaungi Allâh dalam naungan-Nya pada hari dimana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya: (1) Imam yang adil, (2) seorang pemuda yang tumbuh dewasa dalam beribadah kepada Allâh, (3) seorang pemuda yang hatinya bergantung ke masjid, (4) dua orang yang saling mencintai di jalan Allâh, keduanya berkumpul karena-Nya dan berpisah karena-Nya, (5) seorang laki-laki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik, lalu ia berkata, ‘Sesungguhnya aku takut kepada Allâh.’ Dan (6) seseorang yang bershadaqah dengan satu shadaqah lalu ia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfaqkan tangan kanannya, serta (7) seseorang yang berdzikir kepada Allâh dalam keadaan sepi lalu ia meneteskan air matanya.” (HR. Al Bukhari dan Muslim).

Kita harus memperbanyak para pemuda yang ciri-cirinya ada pada tujuh sifat yang dijelaskan dalam hadits ini. Pemuda yang kelak menjadi pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh dalam keadaan taat dan beribadah kepada Allah, segala aktifitasnya ditujukan untuk beribadah kepada Allah. Pemuda yang selalu dekat dan mencintai masjid, memakmurkan dan menghidupkan masjid.

Pemuda yang saling mencintai karena Allah bukan karena pengaruh dan mencari dunia. Pemuda yang gemar sedekah, yang ringan melepaskan dan memberi daripada rakus dan ingin menguasai. Pemuda yang takut dengan dosa dan mampu menekan dan mengontrol syahwatnya. Pemuda yang selalu takut dan tunduk kepada Allah semata.

Para pemuda yang memiliki ciri-ciri inilah yang seharusnya nanti memegang amanah dan memimpin negeri ini, karena mereka disiapkan untuk mengganti para pemimpin hari ini. Sehingga pendidikan karakter sebagaimana dalam hadits ini adalah keharusan.

Dalam sebuah pepatah disebutkan:

ان في يد الشبان امر الامة وفي اقدامها حياتها

“Sesungguhnya perkara umat (negara) itu di tangan para pemuda. Dan di atas kaki mereka kehidupannya,”

Kerusakan dan keburukan negara hari ini karena memang sejak mudanya mereka mendapatkan pendidikan karakter yang salah. Mental semisal korupsi, adu domba, berlagak seperti preman, melampaui batas dan sering melakukan kedzoliman bukanlah sifat yang muncul ketika mereka berkuasa. Tetapi sejak pendidikan masa mudanya terbiasa dengan itu. Dan terus berlanjut ketika berkuasa.

Memulai perbaikan sejak di masa muda jauh lebih mudah daripada melakukan perbaikan ketika sudah tua dan memegang sebuah amanah. Karena fitrah mereka masih suci dan belum banyak terkotori. Teori dan pengalaman dalam banyak hal seperti itu. Ibarat sebuah bangunan, membangun sebuah rumah dari awal itu jauh lebih mudah daripada merenovasinya.

Imam Ibnu Katsir ketika mengomentari ayat yang menceritakan para ash-habul kahfi berkata, “Mereka mau menerima kebenaran dan lebih lurus jalannya daripada generasi tua yang terjerumus dan tenggelam dalam agama yang bathil. Oleh karena itu, kebanyakan orang-orang yang memenuhi seruan Allah Ta’ala dan Rasul-Nya adalah kaum muda. Sedangkan generasi tua dari kalangan kaum Quraisy secara umum lebih memilih untuk tetap memeluk agama mereka dan tidak ada dari mereka yang memeluk Islam melainkan hanya sedikit saja,”

Semoga kita bisa mencetak para pemuda yang robbaniyyin, mendapat bimbingan dari robbnya, menjaga kebaikannya, dan membimbing jalannya sehingga nantinya mereka menjadi para pejuang dan pembela kebenaran, menegakkan keadilan dan membangun negeri dengan kebaikan dunia dan akherat.

Lihat lebih banyak

Artikel terkait

Check Also
Close
Back to top button