Artikel

MULIA BERSAMA AL QUR’AN

Oleh: ustadz Nofa Miftahudin, S.Th.I | Qoid Sariyah Dakwah Jamaah Ansharu Syariah Malang

Bila ada seseorang yang mencari kemuliaan selain dari Allah Ta’ala dapat dipastikan bahwa kemuliaan yang didapatkan itu adalah nisbi, Fana, KW. Namun mari kita simak beberapa hal yang dimuliakan karena berinteraksi dengan Al Qur’an.

Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasalam mulia karena Beliau adalah orang yang menerima Al Qur’an, akhlaqnya adalah Al Qur’an.

Ketika Ibunda Aisyah radhiyallahu`anhā ditanya mengenai akhlak Rasulullah shallallāhu `alaihi wa sallam, beliau menjawab: “Akhlak rasulullah adalah Al Quran” (HR Ahmad).

كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ رواه أحمد

Begitu pula Malaikat Jibril mulia karena perantara yang menyampaikan Al Qur’an kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasalam.

Bulan Ramadhan mulia karena bulan turunnya Al Qur’an. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ…

“Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil)… (Q.S Al-Baqarah [2] : 185)

Lailatul Qodr mulia karena Al Qur’an turun pada malam tersebut.

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ (1) وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ (2) لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ

“Sungguh Kami telah menurunkan al-Quran pada Malam al-Qadr. Tahukah kamu apakah Malam al-Qadr itu? Malam al-Qadr itu lebih baik dari seribu bulan (QS al-Qadr [97]: 1-3).

Bumi Mekkah dan Madinah mulia karena tempat turunnya Al Qur’an. Sehingga ketika shalat disana nilainya lebih berlipat ganda. Pahala shalat di Masjidil Haram adalah 100.000 kali dari shalat di masjid lainnya.

Dari Jabir, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

صَلاَةٌ فِى مَسْجِدِى أَفْضَلُ مِنْ أَلْفِ صَلاَةٍ فِيمَا سِوَاهُ إِلاَّ الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ وَصَلاَةٌ فِى الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ أَفْضَلُ مِنْ مِائَةِ أَلْفِ صَلاَةٍ فِيمَا سِوَاهُ

“Shalat di masjidku (Masjid Nabawi) lebih utama daripada 1000 shalat di masjid lainnya selain Masjidil Haram. Shalat di Masjidil Haram lebih utama daripada 100.000 shalat di masjid lainnya.” (HR. Ahmad 3/343 dan Ibnu Majah no. 1406, dari Jabir bin ‘Abdillah. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Lihat Shahih At Targhib wa At Tarhib no. 1173.)

Ahlul Qur’an adalah Ahlullah. Mulia karena Al Qur’an

Siapakah yang dimaksud ahlul qur’an dan ahlullah (keluarga Allah) atau hamba-hamba khusus bagi Allah dalam sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam :

إِنَّ لِلَّهِ أَهْلِينَ مِنَ النَّاسِ قَالُوا : مَنْ هُمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ : أَهْلُ الْقُرْآنِ هُمْ أَهْلُ اللَّهِ وَخَاصَّتُهُ

“Sesungguhnya Allah mempunyai keluarga di antara manusia, para sahabat bertanya, “Siapakah mereka ya Rasulullah?” Rasul menjawab, “Para ahli Al Qur’an. Merekalah keluarga Allah dan hamba pilihanNya” (HR. Ahmad)

Simak penjelasan Syaikh Shalih Al-Fauzan –hafizhahullah– berikut:

“Yang dimaksud ahlul qur’an bukan orang yang sekedar menghafal dan membacanya saja. Ahlul qur’an (sejati) adalah yang mengamalkannya, meskipun ia belum hafal Qur’an. Orang-orang yang mengamalkan Al-Qur’an; menjalankan perintah dan menjauhi larangan, serta tidak melanggar batasan-batasan yang digariskan Al-Qur’an, mereka itulah yang dimaksud ahlul qur’an, keluarga Allah serta orang-orang pilihannya Allah. Merekalah hamba Allah yang paling istimewa.

Adapun orang yang hafal Al-Qur’an, membaguskan bacaan Qur’an nya, membaca setiap hurufnya dengan baik. Namun jika ia menyepelekan batasan-batasan yang digariskan Al-Qur’an, ia bukan termasuk dari ahlul qur’an. Tidak pula termasuk dari orang-orang khususnya Allah.

Jadi ahlul qur’an adalah orang yang berpedoman dengan Al-Qur’an (dalam gerak-gerik kehidupannya), ia tidak menjadikan selain Al-Qur’an sebagai panutan. Mereka mengambil fiqih, hukum-hukum dari Al-Qur’an, serta menjadikannya sebagai pedoman dalam beragama..”.

Membaca Al Qur’an dimuliakan Allah Ta’ala dengan syafaat-Nya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;

اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لأَصْحَابِهِ

“Rajin-rajinlah membaca al-Quran, karena dia akan menjadi syafaat bagi pembacanya di hari kiamat.” (HR. Muslim)

Orang belajar dan mengajarkan Al Qur’an termasuk orang yang mulia. Sebaik-baik orang.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam:

عَنْ عُثْمَانَ – رضى الله عنه- عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ «خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ» رواه البخاري

“Ustman bin Affan Radhiyallahu ‘anhu berkata:“Bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Al-Quran dan mengajarkannya”. (Hadits riwayat Bukhari).

Banyak kisah Shahabat menjadi Mulia karena Al Qur’an, di antaranya : Umar Bin Khattab masuk Islam karena membaca Al Qur’an yang dibawa oleh suami adiknya yang bernama Sa’id. Sa’id adalah suami dari adik Umar yang bernama Fatimah.

Ada satu lagi sosok sahabat Nabi yang dulu mendapatkan gelar Syetan Quraisy namun setelah memeluk islam beliau menjadi mulia. Karena mengimani Rasulullah dan beriteraksi dengan Al Qur’an. Bahkan menjadi penolong Rasulullah dalam berdakwah. Beliau adalah Umair Bin Wahab yang dikutip pada Kitab Rijalun Haular Rasul Biografi 60 sahabat Nabi karya Khalid Muhammad Khalid hal 328-337.

Maka pastikan dimana dan kapanpun berada kita senantiasa Bersama Al Quran. Dengan Al Qur’an kita menjadi mulia.

Lihat lebih banyak

Artikel terkait

Check Also
Close
Back to top button