Artikel

ADAB DAN TAZKIYATUN NAFS MUJAHID

Oleh : Ustadz Hamzah Baya, M.pd
Rois Sariyah Pendidikan dan Kaderisasi Jamaah Ansharu Syariah

Jihad fi sabilillah adalah salah satu ibadah terbesar yang disukai Allah. Oleh karena itu, mempersiapkan realisasinya dengan bekal iman, ikhlas, mutaba’ah, sabar dan memperkokoh tali hubungan dengan Allah, adalah perkara wajib yang harus dipenuhi. Jika tidak, kekuatan akan runtuh dan semangat akan memudar.

Di samping jihad sebagai amalan terbesar dalam Islam, berjihad di jalan Allah bukan perkara mudah. Di sana akan banyak aral melintang dan hadangan yang selalu menerjang. Menjadikan pelaku di dalamnya, menjadi orang-orang pilihan. Tidak semua insan mampu memikul beban-beban di medan jihad.

Persiapan dan i’dad adalah perkara urgen yang harus ada di setiap diri muslim. Sehingga ia rela memberikan segala jiwa raganya untuk keperluan perjuangan Islam dan menjadi seorang mujahid yang bertempur bagi kemuliaan Islam. Harta, jiwa, raga dan tenaga harus dikerahkan secara totalitas untuk tujuan yang mulia.

Akan tetapi, persiapan fisik dan materi bukanlah penentu mutlak kemenangan. Seorang mujahid bukan orang super yang tidak butuh akan pertolongan. Pertolongan Allah sangat dibutuhkan manakala ujian menerpa dan hantaman musuh-musuh Allah datang silih berganti. Seorang mujahid membutuhkan pegangan yang kuat agar bisa bertahan di jalan jihad. Tidak terpental ke tepian atau bahkan terjungkal dari jalan mulia ini.

Di antara bentuk persiapan yang mampu mendatangkan pertolongan Allah adalah persiapan iman; baik secara ilmu, praktek dan cara bersikap. Hal itu diaplikasikan dalam cara menjauhi maksiat, perbuatan dosa, akhlak yang buruk dan rasa cinta kepada dunia. Karena hal itu merupakan sebab kemunduran dan kekalahan.

Dalam Shahih-nya, Al-Bukhari menyebutkan pada kitab Al-Jihad: “Bab amal shalih sebelum berperang, berkata Abu Darda’, “Sebenarnya kalian berperang dengan amalan-amalan kalian.” (Lihat Shahih Bukhari 3/1033).

Ini menunjukkan begitu pentingnya tazkiyah (penyucian jiwa), tarbiyah (pembinaan) dan adab bagi mujahid. Sebuah perbuatan terpuji bagi orang yang harta dan jiwanya telah dibeli oleh Allah ta’ala. Allah berfirman,

إِنَّ ٱللَّهَ ٱشْتَرَىٰ مِنَ ٱلْمُؤْمِنِينَ أَنفُسَهُمْ وَأَمْوَٰلَهُم بِأَنَّ لَهُمُ ٱلْجَنَّةَ ۚ يُقَٰتِلُونَ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَۖ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّۭا فِى ٱلتَّوْرَىٰةِ وَٱلْإِنجِيلِ وَٱلْقُرْءَانِ ۚ وَمَنْ أَوْفَىٰ بِعَهْدِهِۦ مِنَ ٱللَّهِ ۚ فَٱسْتَبْشِرُوا۟ بِبَيْعِكُمُ ٱلَّذِى بَايَعْتُم بِهِۦ ۚ وَذَٰلِكَ هُوَ ٱلْفَوْزُ ٱلْعَظِيمُ

Artinya: Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Qur’an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar. (QS. At-Taubah : 111).

Pentingnya Tazkiyah bagi Kemenangan
Bila kita membaca buku-buku para ulama baik era dulu maupun sekarang, di dalamnya selalu ada bab tentang Adab, Suluk (Akhlak) dan Raqaiq –tema raqaiq adalah peringatan, pelajaran dan hukum yang bisa menjadikan hati lunak, tema-tema seputar pensucian jiwa.

Bahkan Syaikh Abu Mus’ab As-Suri tetap mencantumkan sebuah bab khusus yang membahas masalah ini dengan judul Al-Adab wal ‘Ibadah wal Akhlak wal Raqaiq dalam buku monumentalnya, Dakwah Al-Muqowamah Al-Islamiyah Al-‘Alamiyah. Padahal buku itu secara umum mengupas konsep dan strategi perlawanan jihad global.

Oleh karena itu, bila seorang aktivis Islam tidak memperhatikan masalah adab, suluk dan raqaiq atau tidak mendapatkan pembinaan yang memadai dalam masalah ini, maka keringlah ruhiahnya. Adabnya menjadi kurang, terutama kepada orang yang lebih tua, lebih berilmu atau kepada pemimpinnya.

Ia akan menjadi mujahid yang kurang bisa menghormati dan menghargai sesama muslim, arogan, angkuh dan kasar kepada orang yang berada pada posisi lemah. Baik karena rendahnya pendidikan, posisi dalam struktur organisasi, sedikitnya harta, dan tingkat kesenioritasan.

Untuk menanggulangi persoalan penting ini, kita perlu membersihkan kembali hati dan jiwa. Kekuatan materi yang kita punyai; baik dari segi persenjataan, fisik, logistik dan kematangan perencanaan akan sirna jika hati kotor dan jauh dari adab yang mulia. Pertolongan Allah akan datang jika mendekat pada-Nya dengan hati yang sehat.

Kita berbeda dengan orang kafir yang berjuang karena dunia, mereka tidak memiliki konsep pensucian hati dan jiwa. Pikiran mereka materialistis dan segalanya dihitung secara matematika. Berbeda dengan kita yang memiliki Allah sebagai penolong, Dia hanya akan menolong hamba-Nya yang ikhlas lagi bersih hatinya.

Mujahidin dan orang-orang yang menyiapkan diri untuk mengemban amanah jihad sangat membutuhkan penguatan amalan hati yang mulia ini—mahabbah, supaya mereka tidak terjebak masuk di bawah panji-panji fanatik buta atau terkotori oleh debu-debu hizbiyah, faham yang menyimpang dari syariat Islam.

Disadur dari kitab Daliilu Mujaahidiin karya DR. Muhammad bin Faishal Al-Ahdal

Lihat lebih banyak

Artikel terkait

Check Also
Close
Back to top button