Air Mata Buaya, Muhasabah di Bulan Syawal
Semoga kita bukanlah golongan yang menangis tersedu-sedu saat Ramadhan pergi, tapi sayang, air mata itu hanyalah kepura-puraan. Seperti buaya yang pura-pura menangis untuk memancing iba dari mangsanya. Menangis saat Ramadhan, tetapi menjadi bengis di luar Ramadhan.

Oleh: Ustadz Nofa Miftahudin, S.Th.I
Staff Tarbiyatun Nisaโ wal Aulad, Jamaah Ansharu Syariah Wilayah Jawa Timur
Muhasabah ini diperuntukkan untuk penulis dan pada umumnya kepada seluruh umat Islam. Semoga kita benar-benar mendapatkan titel permanen dari Allah Taโala sebagai golongan yang bertaqwa. Aamiin yaa Robb ๐คฒ
Wahai mata yang membasahi sajadah karena ketakutan kepada Rabbnya…
Wahai mata yang membuat basah kuyup mushaf Al Qur’an saat mentadaburinya…
Wahai mata yang berkucur deras dengan lantunan istighfar karena bertaubat kepada-Nya…
Wahai mata yang mengalirkan air suci karena penyesalan atas kedhaliman diperbuatnya…
Wahai sepasang mata yang membaca coretan ini dari hamba yang berharap ridha-Nya…
Ramadhan selesai sudah, sedangkan kita mengarungi bulan Syawal. Semoga kita bukanlah golongan yang menangis tersedu-sedu saat Ramadhan pergi, tapi sayang, air mata itu hanyalah kepura-puraan. Seperti buaya yang pura-pura menangis untuk memancing iba dari mangsanya. Menangis saat Ramadhan, tetapi menjadi bengis di luar Ramadhan.
Apakah kita menganggap bahwa Allah Taโala tidak mengetahui itu semua? Sekali-kali tidak! Allah Taโala Maha Mengetahui siapa hamba-Nya yang benar-benar menangis karena takut kepada-Nya dan siapa yang menangis air mata buaya.
Allah Taโala berfirman:
ุฃูููููุง ููุนูููู ูููู ุฃูููู ูฑูููููู ููุนูููู ู ู ูุง ููุณูุฑููููู ููู ูุง ููุนูููููููู
“Apakah mereka tidak mengetahui bahwa Allah mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka nyatakan?”
(QS. Al-Baqarah [2]: 77).
Air mata yang tidak membuat hati berubah, hanyalah basah yang tidak bermakna. Bila tangisan Ramadhan tidak membuahkan istiqamah, maka ia hanyalah bagian dari sandiwara.
Semoga amal ibadah kita selama Bulan Ramadhan dan berikutnya kita lakukan semata-mata karena keimanan dan berharap ridha-Nya, sehingga harapan besar supaya Allah Taโala mengampuni dosa-dosa kita semua. Sebagaimana yang disampaikan oleh Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam:
ู ููู ุตูุงู ู ุฑูู ูุถูุงูู ุฅููู ูุงููุง ููุงุญูุชูุณูุงุจูุงุ ุบูููุฑู ูููู ู ูุง ุชูููุฏููู ู ู ููู ุฐูููุจููู
“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”
(HR. Bukhฤrฤซ dan Muslim).
Semangat beribadah di Ramadhan harus dibangun karena iman dan harapan kepada Allah, bukan karena tradisi atau keramaian semata. Jika benar karena Allah, maka semangat itu akan tetap menyala meski Ramadhan telah berlalu.
Ada Qaidah yang berbunyi :
ุงููุนูุจูุฑูุฉู ููู ุงููุนูุจูุงุฏูุงุชู ุจูุงููู ูููุงุตูุฏู ููุง ุจูุงูุตููููุฑู
“Yang diperhitungkan dalam ibadah adalah tujuan dan niatnya, bukan bentuk luarnya,”.
Maka air mata bukan satu-satunya tanda utama keimanan, istiqamah setelah Ramadhan-lah yang menjadi tolak ukur kesungguhan dalam penghambaan kita kepada-Nya. Bila kita tetap istiqamah dalam ibadah setelah Ramadhan maka ini bagian tanda bahwa Ramadhan kita diterima Allah Taโala. Namun apabila sebaliknya, ternyata kembali melakukan maksiat bahkan semakin menjadi-jadi, boleh jadi puasa kita belum sepenuhnya membekas.
Ibnul Qayyim ุฑุญู ู ุงููู berkata:
“ุซูู ูุฑูุฉู ุงูุทููุงุนูุฉู ุทูุงุนูุฉู ุจูุนูุฏูููุงุ ููุซูู ูุฑูุฉู ุงููู ูุนูุตูููุฉู ู ูุนูุตูููุฉู ุจูุนูุฏูููุง”
“Buah dari ketaatan adalah ketaatan setelahnya, dan buah dari maksiat adalah maksiat setelahnya.”
Inilah barometer sederhana bagi kita semua, apakah Ramadhan membekas dalam diri kita? Jika setelahnya kita lebih rajin ibadah, maka itu tanda Allah menerima amal kita. Jika sebaliknya, waspadalah!
Istiqamah adalah bukti bahwa ibadah di Ramadhan bukan sekadar musiman. Bukan sekadar menangis karena takbir, bukan pula mengucur deras hanya ketika di waktu i’tikaf, tetapi menangis karena rindu kepada Allah sepanjang waktu.
Semoga air mata yang pernah kita teteskan bahkan sampai membasahi pipi, sajadah dan mushaf adalah bagian air mata yang keluar karena rasa takut kita kepada Allah Taโala. Bukan air mata buaya. Dengan harapan air mata tersebut dapat menyelamatkan kita dari kobaran panasnya api neraka. Sebagaimana yang disabdakan Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam:
ููุงุฑู ุฌููููููู ู ูุงู ุชูู ูุณูู ุนูููููุง ุจูููุชู ู ููู ุฎูุดูููุฉู ุงูููููู
Artinya: “Api neraka tidak akan menyentuh mata yang menangis karena takut kepada Allah.” (HR. Tirmidzi).