AKTIVIS ITU BERPERAN BUKAN BAPERAN
Oleh : Ustadz Nofa Miftahudin, S.Th.I
Staff Katibah Tarbiyah Wilayah Jawa Timur
Muslim atau Muslimah yang berperan dalam amal shalih akan menjadikan dia mulia di hadapan Allaah Ta’aala.
Allaah Ta’aala berfirman :
…اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
“Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti.” (Q.S. Al Hujurat [49] : 13)
Peran ketaqwaannya inilah menjadikan dia mulia di hadapan Allah Ta’ala. Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam juga mengapresiasi orang yang memiliki banyak peran, banyak manfaat untuk orang lain adalah sebaik-baik manusia. Rasulullaah Shallallahu alaihi wa Sallam bersabda :
خَيْرُ الناسِ أَنفَعُهُم لِلنَّاسِ
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.” (HR. Ath – Thabrani)
Dan memang di dunia ini kita harus berlomba-lomba dalam berperan, berlomba-lomba dalam ketaqwaan, berlomba-lomba untuk ibadah kepada Allaah Ta’aala. Sesuai tujuan Allah Ta’ala dalam penciptaan manusia :
وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku. (Q.S. Adz- Dzaariyaat [51]: 56)
Namun dalam beramal shalih adakalanya penyakit hati itu menghinggapi. Penyakit hati itu adalah baperan.
Baper adalah kependekan dari “Bawa Perasaan”. Istilah baper ini tidak selalu soal perasaan cinta atau asmara. Tetapi juga bisa digunakan pada seseorang yang memiliki sifat sensitif dan sering menggunakan emosinya untuk menanggapi peristiwa apapun dan juga objek lain.
Misalnya, ketika seorang aktivis yang melakukan aktivitas kebaikan berupa dakwah, sosial, pendidikan dll. Namun tidak ada yang mengapresiasi, tidak ada yang memberi sambutan baik. Kemudian dia patah semangat, tidak mau berbuat kebaikan lagi, ngambek. Maka aktivis ini bisa dikatakan Baperan.
Atau bila Beliau jadi seorang tokoh atau orang penting dipanggil tidak dengan status sosialnya seperti : Pak Dokter, Pak Profesor, Pak Ustadz, Pak Kyai, Abah, Komandan, dll kemudian dia marah-marah, ngambek, pura-pura tidak dengar dll. Maka aktivis ini bisa dikatakan Baperan.
Atau berlaku pada aktivis yang dulunya sangat semangat dalam beramal shalih ketika memiliki posisi, namun saat diganti karena berbagai pertimbangan yang Syar’i. Tiba-tiba dia marah-marah, menuduh yang menggantikan posisinya adalah orang yang tidak kompeten, orang yang tidak layak dll. Maka demikian juga bisa dibilang Baperan.
Oleh karena itu penulis menasihati diri sendiri dan para pembaca, supaya kita semua Berperan bukan Baperan.
Ada beberapa tips supaya terhindar Baperan dan semangat untuk Berperan :
1. Niatkan dalam setiap kali Berperan hanya karena Allaah Ta’aala
Dengan meluruskan niat karena Allah Ta’ala selain mendapatkan Ridha-Nya juga terhindar dari Baperan. Mengapa tidak mudah baper? Yaa… Karena dia disibukkan CAPER (Cari Perhatian) hanya dari Allah Ta’ala. Dia tidak mengharap perhatian dari manusia. Ada manusia yang memperhatikan saat dia beramal maupun tidak ada yang memperhatikan. Ada yang mengapresiasi maupun tidak ada. Tidak ngefek baginya.
Terlebih syarat diterima amal adalah diniatkan karena Allah Ta’ala.
Allah Ta’ala berfirman :
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya beribadah kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus (Q. S. Al-Bayyinah [98] :5)
Sembari mengingatkan diri kita, karena masing-masing dari kita pernah mengalami Baper. Maka nasehatilah diri kita, “Wahai Jiwa yang berada dalam genggaman-Nya. Apakah engkau mempertahankan Baper lalu kehilangan pahala atau menyingkirkan Baper dalam rangka mengharap Ridha-Nya?”. Semoga dengan mengingatkan diri sendiri menjadikan kita terhindar dari lupa diri.
2. Husnudhon (Berbaik sangka) terhadap Orang Lain.
Di saat seorang aktivis Berperan dalam kebaikan, ternyata dalam kenyataannya tidak mendapatkan sambutan dsb, maka hendaknya dia tetap berhusnudhon kepada Allah Ta’ala dan orang lain. Sehingga dengan demikian kita bisa terhindar dari Baper.
3. Menyibukkan Diri dengan Aib Sendiri
Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam pernah bersabda;
عَن أَنَسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيه وَسَلَّم طُوبَى لِمَنْ شَغَلَهُ عَيْبُهُ عَن عُيُوبِ النَّاسِ
“Dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda, “Sungguh beruntung seseorang yang disibukkan dengan aibnya sehingga lalai dengan aib orang lain.”(HR. Al Bazzar)
Menyibukkan diri dengan memperbaiki aib itu mulia. Sehingga semakin hari dia akan semakin baik. Karena satu demi persatu aibnya berusaha akan dia perbaiki. Dengan demikian dia pun akan tidak sempat Baperan karena sudah disibukkan untuk evaluasi diri.
4. Semangat Menuntut Ilmu dan Mengamalkan.
Berkata Abdullah bin Mas’ud radhiyallaahu ‘anhu,
ليس العلم بكثرة الرواية ولكن العلم الخشية .
“Ilmu itu bukanlah dengan banyaknya riwayat akan tetapi ilmu itu adalah rasa takut. (Shifatush Shafwah:1/190).
Dari perkataan Beliau dapat disimpulkan, dengan semangat menuntut ilmu dan mengamalkan faa in shaa Allaah akan menumbuhkan rasa takut kepada Allah Ta’ala. Maka patokan keilmuan seseorang itu selaras seberapa besar rasa takut kepada Allah Ta’ala.
Dengan hadirnya rasa takut kepada Allah Ta’ala menjadikan lalai dari Baperan. Karena dia akan lebih memilih takut kepada Allah Ta’ala daripada memilih untuk mempertahankan Bapernya.
5. Memperbanyak Silaturrahim
Kita mungkin sudah terbiasa mendengarkan keutamaan silaturahim, maka bila kita ditanya apa keutamaan silaturahim. Maka dengan cepat kita menjawab memanjangkan usia dan meluaskan rizki. Sebagai mana sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ عَلَيْهِ فِي رِزْقِهِ, وَأَنْ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ, فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu , dia berkata, “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Barangsiapa ingin dilapangkan rezekinya, dan agar diakhirkan sisa umurnya, maka hendaknya ia menyambung tali rahimnya (tali silaturahim). [HR. Al-Bukhâri, no. 5985]
Namun ketika kita mentadaburi keutamaan silaturahim lainnya. Kita menemukan yaitu dapat terhindar dari Baperan. Mengapa demikian?
Yaa… Dengan silaturahim, khususnya ke orang yang membuat Baper kita. Di saat silaturahim kita melakukan tabayyun maka dari Baper itu akan terurai. Karena salah satu Baperan itu muncul karena kesalahan pahaman.
Penulis berharap semoga apa yang disampaikan ini menjadi amal jariyah kita semua, bermanfaat dan berkah bagi penulis dan pembaca. Aamiin yaa Robb.