Oleh Abu Hamasah | Katib Jamaah Ansharu Syariah Mudiriyah Jember
Sejarah Peradaban Islam berkaitan erat dengan kiprah para pemuda yang gemilang dengan ilmu dan amal sholih. Membahas tentang pemuda tidak bisa lepas kaitannya dengan peran masjid dan Alquran yang menempa karakter mulia mereka. Dua tema besar ini selalu mengiringi eksistensi pemuda Islam. Pihak-pihak yang tak rela dengan kebangkitan Islam pun berupaya serius dan sistematis menjauhkan pemuda dengan Masjid dan Alquran. Termasuk isu kontroversial yang muncul baru-baru ini, menuding pemuda good looking sebagai pintu masuk radikalisme.
Dalam acara webinar bertajuk ‘Strategi Menangkal Radikalisme Pada Aparatur Sipil Negara’, yang disiarkan di YouTube KemenPAN-RB, Rabu (2/9) Menteri Agama (Menag) Fachrul Razi mengungkapkan bahwa cara masuk radikalisme di lingkungan ASN dan masyarakat adalah melalui seorang anak good looking atau paras yang menarik.
Menurut Fachrul, sosok yang good looking ini dibekali dengan penguasaan bahasa arab, hafiz quran, bisa menarik simpati masyarakat dan kemudian menyebarkan ide-idenya. Salah satunya gagasan radikalisme.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) memprotes atas pernyataan kontroversial Fachrul ini.
“MUI minta agar Menag menarik semua tuduhannya yang tak mendasar karena itu sangat menyakitkan dan mencederai perasaan umat Islam yang sudah punya andil besar dalam memerdekakan negara ini dan mengisi kemerdekaan dengan karya nyata,” kata Wakil Ketua MUI, Muhyiddin Junaidi, dikutip dari detiknews.com (4/9/2020).
Allah menganugerahkan keistimewaan yang begitu besar kepada para pemuda berupa usia, kesempatan belajar, energi, dan idealisme. Bahkan, Allah juga memberikan kekuatan intelektual, ingatan dan analisa yang tajam. Sejarah Islam mencatat dengan tinta emas mereka yang tampil sebagai “good looking”, generasi yang gemilang dengan ilmu dan amal sholih.
- Pada tahun 11 Hijriyah Usamah bin Zaid diutus oleh Rasulullah menjadi panglima untuk menghadapi pasukan romawi Negara terkuat pada masa itu, padahal usianya baru 18 tahun.
- Pada tahun 857 H Muhammad Al fatih ketika usianya 21 tahun menjadi panglima penaklukan konstantinopel. Bandingkan hari ini, militer mana yang mengeluarkan anak berusia 18 dan 21 tahun memimpin pasukan menjadi panglima perang?
- Ketika masa Khalifah Umar bin Khothob pada tahun 13 H, ia mengangkat seorang anak usia 15 tahun yang bernama Abdullah bin Abbas menjadi mufti dan konsultan pemerintahannya, yang era kini populer dengan sebutan staf milenial. Di zaman Umar pun peradaban terbesar waktu itu yakni Romawi dan Persia takluk. Ahli sejarah mengatakan masalah besar yang dihadapi umar selalu ditanyakan kepada staf berusia 15 tahun ini.
- Umar bin Abdul Aziz pun menjadi Gubernur Madinah ketika umur 23 tahun. Sebuah kota besar dalam peradaban islam
Inilah sumbangsih penting peradaban islam dalam melahirkan generasi gemilang tersebut Eksistensi mereka tidak hanya sebagai penghias sejarah namun akan terus ada sepanjang peradaban manusia. Keberadaan mereka yang dilabeli “good looking” telah memberi bukti nyata dalam tantangan dinamika zaman.
Kata kuncinya ada pada keimanan kepada Allah dan Al Quran. Mari kita pelajari lagi fadhilah menghafal Al Quran dan amalan yang mendatangkan Naungan Allah.
Banyak hadits yang menyebutkan keutamaan Para Penghafal (Hafizh) Quran. Mereka akan mendapatkan keutamaan saat kehidupan di dunia dan kelak di akhirat.
- Diutamakan untuk menjadi pemimpin jika dia mampu memegangnya
Ketika Umar radhiyallahu ‘anhu menjadi khalifah, beliau menunjuk Nafi’ bin Abdul Harits untuk menjadi gubernur di Mekah. Suatu ketika, Umar bertemu Nafi’ di daerah Asfan.
“Siapa yang menggantikanmu di Mekah?” tanya Umar.
“Ibnu Abza.” Jawab Nafi’.
“Siapa Ibnu Abza?” tanya Umar.
“Salah satu mantan budak di Mekah.” Jawab Nafi’.
“Mengapa mantan budak kamu jadikan sebagai pemimpin?” tanya Umar.
“Dia hafal al-Quran, dan paham tentang ilmu faraid.” Jawab Nafi’.
Kemudian Umar mengatakan, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,
َّهَ يَرْفَعُ بِهَذَا الْكِتَابِ أَقْوَامًا وَيَضَعُ بِهِ آخَرِينَ
“Sesungguhnya Allah mengangkat sebagian kaum berkat kitab ini (al-Quran), dan Allah menghinakan kaum yang lain, juga karena al-Quran.” (HR. Ahmad 237 & Muslim 1934)
- Kedudukan mereka di surga, sesuai banyak hafalannya
Dari Abdullah bin Amr radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يُقَالُ لِصَاحِبِ الْقُرْآنِ اقْرَأْ وَارْتَقِ وَرَتِّلْ كَمَا كُنْتَ تُرَتِّلُ فِى الدُّنْيَا فَإِنَّ مَنْزِلَكَ عِنْدَ آخِرِ آيَةٍ تَقْرَؤُهَا
Dikatakan kepada penghafal al-Quran, “Baca dan naiklah ke tingkat berikutnya. Baca dengan tartil sebagaimana dulu kamu mentartilkan al-Quran ketika di dunia. Karena kedudukanmu di surga setingkat dengan banyaknya ayat yang kamu hafal.” (HR. Abu Daud 1466)
- Orang tuanya akan diberi mahkota cahaya kelak di akhirat
Dari Buraidah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
من قرأ القرآن وتعلَّم وعمل به أُلبس والداه يوم القيامة تاجاً من نور ضوؤه مثل ضوء الشمس ، ويكسى والداه حلتين لا تقوم لهما الدنيا فيقولان : بم كسينا هذا ؟ فيقال : بأخذ ولدكما القرآن
“Siapa yang menghafal al-Quran, mengkajinya dan mengamalkannya, maka Allah akan memberikan mahkota bagi kedua orang tuanya dari cahaya yang terangnya seperti matahari. Dan kedua orang tuanya akan diberi dua pakaian yang tidak bisa dinilai dengan dunia. Kemudian kedua orang tuanya bertanya, “Mengapa saya sampai diberi pakaian semacam ini?” Lalu disampaikan kepadanya, “Disebabkan anakmu telah mengamalkan al-Quran.” (HR. Hakim 1/756).
Rasulullah shalallahu alaihi wasallam menyebutkan bahwa keberadaan pemuda menjadi asbab turunnya naungan Allah di hari kiamat.
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِيْ ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ :
اَلْإِمَامُ الْعَادِلُ وَشَابٌّ نَشَأَ بِعِبَادَةِ اللهِ وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْـمَسَاجِدِ وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللهِ اِجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ ، فَقَالَ : إِنِّيْ أَخَافُ اللهَ وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِيْنُهُ
وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Tujuh golongan yang dinaungi Allâh dalam naungan-Nya pada hari di mana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya: (1) imam yang adil, (2) seorang pemuda yang tumbuh dewasa dalam beribadah kepada Allâh (3) seorang yang hatinya bergantung ke masjid, (4) dua orang yang saling mencintai di jalan Allâh, keduanya berkumpul karena-Nya dan berpisah karena-Nya, (5) seorang laki-laki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik, lalu ia berkata, ‘Aku benar-benar takut kepada Allâh.’ (6) seseorang yang bershadaqah dengan satu shadaqah lalu ia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfaqkan tangan kanannya, serta (7) seseorang yang berdzikir kepada Allâh dalam keadaan sepi lalu ia meneteskan air matanya.” (HR. Bukhari, no. 1423 dan Muslim, no. 1031).
Tuduhan yang mengaitkan pemuda _good looking_ sebagai pintu masuk radikalisme merupakan hal yang mencederai perasaan umat Islam di Indonesia. Karena, merekalah yang sudah punya andil besar dalam memerdekakan negara ini dan mengisi kemerdekaan dengan karya nyata. Apakah kita sudah lupa dengan jasa para pemuda muslim seperti Pangeran Diponegoro, Bung Tomo dan Jenderal Sudirman, serta banyak tokoh muda yang lain. Mereka adalah generasi gemilang dan _good looking_ yang berjasa besar bagi Indonesia.
Pemerintah dalam hal ini menteri Agama harusnya berterima kasih dan membantu semua pihak yang mendorong proses dakwah di kalangan generasi muda. Termasuk semangat umat Islam yang ingin menghafal Al-Qur’an dan memakmurkan masjid. Dari Masjid lah, tempat pembentukan karakter laki-laki yang sebenarnya. Ahli hikmah mengatakan, “Tiada pahlawan dicetak kecuali mereka itu lulusan masjid-masjid, yang di dalamnya ada taman al-Qur’an dan di bawah naungan hadits-hadits Rasulullah.