News

Upaya Pembunuhan Syeikh Ali Jaber Diyakini Ada Dalangnya

SOLO (ansharusyariah.com)- Syeikh Ali Jaber baru saja lolos dari upaya pembunuhan di Bandar Lampung pada Ahad (13/9/2020). Siang itu, Syeikh Ali sedang mengisi kajian ketika ia sedang mengisi kajian di Masjid Falahuddin, Tamin, Tanjung Karang. Tiba-tiba seorang pemuda berkaos biru naik ke atas panggung dan menyerang Syeikh Ali dengan sebilah pisau.

Serangan pisau yang diarahkan ke lehernya itu meleset mengenai bahu kanan karena Syeikh Ali sempat menghindar. Akibatnya, bahu Syeikh Ali dijahit 10. Sebelum diamankan polisi, panitia menyergap dan memukuli pelaku hingga babak belur.

Pelaku sempat disebut mengalami gangguan jiwa oleh Ayahnya saat dimintai keterangan di Mapolres Bandar Lampung. Namun aparat baru dapat memastikan kondisi kejiwaan pelaku setelah pemeriksaan tim dokter dari RSJ selesai.

Sejumlah tokoh nasional dan ulama mengutuk keras penyerangan tersebut. Mereka juga menampik pelaku disebut orang gila.

“Jelas itu perbuatan terkutuk sekali, dan pelakunya betul-betul harus dihukum dengan hukuman yang tegas,” kata Juru Bicara Jamaah Ansharu Syariah, Ustadz Abdul Rochim Ba’asyir di Solo, Senin (8/9/2020).

Didasari pengamatannya atas kasus-kasus penyerangan terhadap ulama yang pelakunya kerap diidentikan dengan orang gila, Ustadz Abdul Rochim menegaskan pihaknya tidak akan mempercayai itu sebelum aparat melakukan investigasi mendalam.

“Kita saat ini sudah tidak percaya lagi dengan pelakunya gila ataupun apapun itu, selama ini sudah cukup dan kali ini sudah semakin membuktikan kepada kita bahwasanya selama ini yang mengatakan melakukan serangan kepada Islam dan kaum muslimin di negeri ini lemudian dikatakan gila, kita tidak akan percaya lagi,” paparnya.

Ia memaparkan, kasus-kasus serupa seperti penyerangan terhadap Ustaz Abdul Rahman pada Maret 2018 saat menjadi imam Masjid shalat subuh di Masjid Darul Muttaqin, Sawangan Depok. Kemudian, kasus Tajuddin yang diserang ketika sedang mengimami shalat Magrib di Sidoarjo pada April 2018 lalu.

Belum lagi, kata dia, penyerangan terhadap pimpinan Ponpes Al-Hidayah KH Umar Basri pada Januari 2018 hingga kasus Komandan Brigade Persatuan Islam (Persis) Ustaz Prawoto yang meninggal akibat dianiaya “orang gila” pada Februari 2018 lalu.

Menurutnya, jika setiap kasus penyerangan ulama dihentikan hanya karena pelakunya diduga gila maka akan menjadi preseden buruk bagi apparat kepolisian. Pihaknya meyakini adanya dalang di balik kasus-kasus penyerangan terhadap para ulama tersebut.

“Maka harus ada ketegasan dan harus dicari sampai akar-akarnya siapa dalangnya karena di sana ada banyak pihak-pihak yang benci sama umat Islam di Indonesia,” sambungnya.

Ustadz Abdul Rochim khawatir kasus-kasus serupa akan terulang di berbagai daerah seperti yang terjadi pada tahun 2018.

“Kita juga harus waspada karena pelaku-pelaku seperti ini biasa modusnya itu banyak, menggunakan anak-anak muda yang polos-polos untuk digerakkan dengan cara-cara mereka,” terangnya.

“Jangan sampai mata aparat luput dari orang-orang ini, karena nanti yang dilihat yang lain-lainnya ternyata pelakunya di sebelahnya dia sendiri dan akhirnya tidak mendapatkan akar masalahnya dan keresahan ini akan terus terjadi sampai kapanpun,” katanya.

Lihat lebih banyak

Artikel terkait

Back to top button