ArtikelMuslimah
Trending

Good Looking, Wujud Kemerdekaan Jiwa Yang Hakiki

Oleh: Mariah Al Qibtiah | Sariyah Muslimah Jamaah Ansharu Syariah

Belum lama ini, kita umat Islam disuguhkan dengan sebuah ungkapan-ungkapan diluar nalar terlontar dari seorang Mentri Agama. Bagaimana tidak heran menanggapi pernyataan itu bahwasannya indikator seseorang yang memiliki pemahaman radikal adalah “good looking” bisa berbahasa Arab, hafidz, dan memiliki pemahaman agama yang baik, jelas ini adalah narasi dangkal cacat secara intelektual.

Berulang kali pernyataan kontroversial dilontarkan, membuat gaduh masyarakat karena ini bentuk dari stereotype (tuduhan negatif) yang jelas-jelas disematkan kepada umat Islam yang paham agama, dan dibalik itu semua lahir dari sebuah kebencian dan kedengkian terhadap umat Islam, serta upaya tindakan keji dan sikap keputusasaan mereka untuk menjauhkan umat Islam dari ajaran Islam yang kaaffah.

Sebab generasi “good looking” sejatinya adalah generasi yang dapat memantik, memajukan dan membangun bangsa ini, mereka hadir di tengah dimana para pemuda dirongrong dengan perusakan moral, pemikiran liberal yang membuat bangsa ini menjadi hancur karena generasi muda menjadi lemah tak berdaya.

Di tengah darurat moral dan akhlak generasi bangsa, semestinya Menteri Agama mempromosikan agar semua kembali pada agama dengan belajar agama yang baik, memakmurkan masjid, menghafal Al-Quran dan lainnya.

Bukan malah menebar ketakutan dan kebencian dengan menuduh orang belajar agama, memiliki pemahaman agama yang baik, bahkan hafidz Al-Qur’an sebagai parameter radikalisme.

Dari peristiwa tersebut, mengingatkan kita untuk dapat kembali membuka lembaran sejarah bagaimana musuh-musuh dan para pembenci Islam yang tidak pernah tidur, tidak pernah lelah untuk menghancurkan Islam dan menjauhkan umat Islam dari ajarannya.

Keluarga Yasir

Kisah Bani Makhzum telah menyiksa keluarga Yasir dengan bermacam- macam siksaan, agar mereka meninggalkan agama mereka dan kembali pada kemusyrikan.

Mereka adalah keluarga Yasir, sebuah keluarga yang lebih memilih hidup dalam manisnya iman dan meninggalkan segala bentuk kemusyrikan.

Bani Makzhum membuang Sumayyah ke sebuah tempat dan menaburinya dengan pasir yang sangat panas, kemudian meletakkan di atas dadanya sebongkah batu yang berat. akan tetapi tidak terdengar rintihan dan ratapan melainkan ucapan Ahad…Ahad. Ia dan keluarganya mendapat siksaan itu karena ia lebih memilih iman daripada kemusyrikan.

Suatu ketika, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyaksikan keluarga muslim tersebut yang tengah disiksa dengan kejam, maka beliau menengadahkan ke langit dan berseru,

صَتْرًاآلَ يَاسِرٍفَإِ نِّ مَوْعِدَكُمُ الْجَنَّةُ

“Bersabarlah, wahai keluarga Yasir, karena sesungguhnya tempat kembali kalian adalah surga.”

Sumayyah binti Khayyat mendengar seruan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam maka hati beliau bertambah tegar dan ia dengan hati yang  mantap berkata: “Aku bersaksi bahwa engkau Rosulullah dan aku bersaksi bahwa janjimu adalah benar”.

Tatkala tuannya telah putus asa mendengar ucapan yang di ulang- ulang oleh Sumayyah, maka musuh Allah Abu jahal melampiaskan kemarahannya dengan menusukkan sangkur kepada Sumayyah, akhirnya terbanglah nyawa beliau dari raganya yang suci bersih. Beliau tercatat sebagai wanita pertama yang syahid dalam Islam.

Bilal bin Rabah

Tak hanya itu kisah seorang budak berkulit hitam, ditarik dari dalam kota, tampak punggungnya yang terluka karena cambuk sang tuannya, hingga ketika tiba di gurun tandus itu, dia dibaringkan dan ditindih batu, dalam keadaan terik mentari dan panasnya pasir yang siap  memanggang tubuhnya. Cambuk tuannya melukai tubuhnya berulang-ulang, menyebabkan kulit pecah, daging terkoyak, dan darah bercucuran.

Laki-laki  hebat itu adalah Bilal, ia begitu merdeka memekikkan perlawanannya, “Ahadun Ahad!” Allah Maha Satu, katanya. Tak sudi dia menukar imannya dengan apapun juga. Badannya terikat, jasadnya penuh luka, tapi hati dan jiwanya bebas, akalnya benar – benar telah ia tundukkan pada iman.

Pendiriannya kuat tak mudah menyerah meski harus menanggung luka. Hingga datanglah Abu Bakr bertanya kepada Umayyah ibn Khalaf,

“Berapa kau jual budakmu ini?”

“Sembilan uqiyah emas!”, jawab Umayyah asal. Satu uqiyah senilai dengan 31,7475 gram.

Abu Bakr segera melempar uang sejumlah yang diminta, maka terkekehlah Umayyah. “Sebenarnya kaubayar budak ini sepertiganyapun aku tak keberatan. Dia ini sungguh sudah lemah dan tak berguna lagi!”

“Seandainya kau tadi menyebut jumlah sepuluh kali lipatnya pun, aku akan membayarnya. Dia kini saudaraku, lebih berharga daripada dunia seisinya!” ujar Abu bakar

Ibnu Taimiyah

Adalah Ibnu Taimiyah rahimahullah, seorang ulama yang dipenjara tujuh kali seumur hidupnya. Mengalami siksa dan derita sebagai seorang tahanan. Sampai tak sempat menikah. Dan wafat di dalam penjara. Beliau pernah mengatakan,

ما يصنع أعدائي بي أنا جنتي وبستاني في صدري أين رحت فهي معي لا تفارقني ، أنا حبسي خلوة ، وقتلي شهادة ، وإخراجي من بلدي سياحة .

“Apa yang bisa diperbuat musuh-musuhku padaku? Karena surgaku dan kebahagiaanku berada di hatiku. Kemanapun aku pergi ia tetap bersamaku. Tak terpisah dariku. Kalau mereka menahanku, maka aku berduaan menyepi bersamanya. Kalau mereka membunuhku, itulah syahadah (syahid). Kalau mereka mengasingkanku dari negeriku, itu adalah rekreasi.”

H.O.S Tjokroaminoto

Dia adalah seorang guru bangsa. Belanda memberikan julukan kepadanya Sang Raja tanpa mahkota. lihai, cerdas dan bersemangat. ia di cintai oleh rakyat Indonesia.

Di takuti lawan dan di segani kawan.  Perjuangannya dalam membela hak kaum pribumi saat itu benar- benar menempatkan dirinya menjadi seorang tokoh yang benar- benar di hormati pada saat itu.

Dialah H.O.S Tjokroaminoto, beliau juga seorang penulis dan orator ulung.

Tjokroaminoto mempunyai keyakinan yang teguh, “Bahwa Negara dan Bangsa kita tak akan mentjapai kehidupan jang adil dan makmur, pergaulan hidup jang aman dan tentram, selama keadilan sosial sepanjang adjaran-adjaran islam belum dapat berlaku mendjadi hukum dalam Negara kita, sekalipun sudah merdeka.”

Dalam buku “Memeriksai Alam Kebenaran”, Tjokroaminoto menulis, “Tidak bisa manusia menjadi utama, menjadi besar dan mulia, atau menjadi pemberani kalau terlalu banyak sesuatu yang di takuti dan di sembah.sebab keutamaan, kemuliaan, kebesaran dan keberanian hanya terlahir dari orang-orang yang bertauhid secara lahir dan batin.”

Dari lembaran sejarah ini, kita dapat petik sebuah pelajaran besar, bahwasannya menjadi “good looking” adalah sebuah kewajiban bagi kita yang memiliki akal yang sehat dengan memahami Islam secara benar.

Kemudian, semakin kita “good looking” maka musuh semakin berang dan putus asa terhadap upaya mereka untuk menghancurkan umat Islam, intinya adalah memegang teguh keimanan kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan menjalankan syariatnya adalah sebuah wujud sikap jiwa yang merdeka dalam penghambaan diri hanya kepada Allah azza wa jalla.

Inilah sikap jiwa yang merdeka, dimana kita tidak perlu takut menjalankan setiap ibadah dan mendalami ilmu agama dengan baik, menghafal Al-Qur’an dengan baik, belajar bahasa Arab dengan baik, bahkan meramaikan masjid menjadi imam dan khotib jum’at meskipun kita dihantui dengan serangan dan tindakan oleh para pembenci Islam yang melontarkan kedengkiannyan secara terus menerus dan tak pernah berhenti kepada Umat Islam.

Maka dari itu bagi kita tak perlu kaget dan aneh, karena dalam sejarahnya pun, mereka akan tetap memusuhi dan membenci Islam selamai umat Islam masih ada diatas muka bumi ini.

Wallahu ‘alam bisshowab..

Lihat lebih banyak

Artikel terkait

Back to top button