Jangan Menyayat Luka Baru
Oleh : Ustadz Budi Eko Prasetiya, SS
Katib Jamaah Ansharu Syariah Mudiriyah Tapal Kuda
Masih hangat di media sosial, tentang ramainya foto tak pantas para tokoh yang berstatus cendekiawan dari negara mayoritas muslim berpose bersama Presiden Israel, Isaac Herzog.
Membaca kabar ini tentu akan bergemuruh pertanyaan besar. Ada Apa? Kenapa setega itu? Apakah ini termasuk berkhianat pada perjuangan muslim Palestina? Dan mungkin sederet pertanyaan lain.
Saat diam dianggap berkhianat dan lalai sama dengan kejahatan, kita justru disuguhkan entah fakta atau apalah namanya, mereka yang sumringah berpose dengan penjahat perang yang menyembelih puluhan ribu saudara kita. Si penjahat perang bernama Herzog itu bahkan adalah orang yang terang-terangan ingin menghabisi rakyat Palestina
Mungkin tak ada yang bisa mencegah asumsi dan opini publik jika ada yang mengatakan ini dengan berkhianat. Yang kita tahu yang namanya pengkhianatan itu menggores, menyayat dan meninggalkan bekas yang sulit dihilangkan. Perilaku seperti inilah penyebab mampetnya kebangkitan umat untuk meraih kemenangan di berbagai aspek kehidupan.
Ketika sedang hangatnya dan rame diperbincangkan, para zionis itu membombardir dan membabi buta membantai saudara kita seiman di Kamp Al Mawasi, Khan Younis. Ingat, zionis tidak pernah mau dan tunduk mendengar kecuali dengan bahasa kekuatan. Dengan bahasa yang disebut perlawanan.
Sejarah membuktikan dengan sejujur-jujurnya. Yang berjalan pada kebenaran meski dunia menenggelamkannya, maka kelak sejarah akan mencatatnya sebagai pahlawan meski butuh waktu panjang. Sedangkan, siapapun yang meraih keuntungan dari misi pengkhianatan; mereka akan mendapat stempel kehinaan. Tak bernilai di depan musuh. Murahan dan Terhina di depan kawan.
Entah, apakah masih ada akal sehat dengan fenomena ini. Hampir setiap saat kita disuguhi berita yang mencabik-cabik nurani. Kini, kabar buruk itu bertambah lagi: melukai semangat perjuangan Al Aqsha dan perjuangan Palestina. Apakah ini sudah pas dinamakan pengkhianatan. Diam dan merasa semua baik-baik saja. Hingga begitu santuynya “pringas-pringis” dan “bermesraan” dengan mereka.
Mungkin, inilah yang dirasakan oleh Umat Islam pada tahun 1258. Ketika mereka menyadari bahwa orang yang justru membuka pintu bagi Hulagu Khan dan pasukan Mongol untuk menyerbu Baghdad justru adalah seorang muslim. Mungkin ini pula yang dirasakan Sultan Abdul Hamid II ketika tahu bahwa yang membantu zionis merobohkan Kekhalifahan Utsmani adalah orang-orang muslim pula.
Dari kejadian ini ada sebuah pelajaran yang sangat berharga bahwa Kaum Muslimin dilarang berteman dengan orang-orang kafir yang menjadi musuh Islam karena hal itu berarti ikut berusaha menghancurkan Islam dan kaum Muslimin.
Mari kita renungkan firman Allah di Surat Al Mujadalah ayat 22 sebagai bekal kita bermuhasabah dan agar kehidupan kita mendapat ridho Allah subhanahu wa ta’ala.
لَا تَجِدُ قَوۡمًا يُّؤۡمِنُوۡنَ بِاللّٰهِ وَالۡيَوۡمِ الۡاٰخِرِ يُوَآدُّوۡنَ مَنۡ حَآدَّ اللّٰهَ وَرَسُوۡلَهٗ وَلَوۡ كَانُوۡۤا اٰبَآءَهُمۡ اَوۡ اَبۡنَآءَهُمۡ اَوۡ اِخۡوَانَهُمۡ اَوۡ عَشِيۡرَتَهُمۡؕ اُولٰٓٮِٕكَ كَتَبَ فِىۡ قُلُوۡبِهِمُ الۡاِيۡمَانَ وَاَيَّدَهُمۡ بِرُوۡحٍ مِّنۡهُ ؕ وَيُدۡخِلُهُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِىۡ مِنۡ تَحۡتِهَا الۡاَنۡهٰرُ خٰلِدِيۡنَ فِيۡهَا ؕ رَضِىَ اللّٰهُ عَنۡهُمۡ وَرَضُوۡا عَنۡهُ ؕ اُولٰٓٮِٕكَ حِزۡبُ اللّٰهِ ؕ اَلَاۤ اِنَّ حِزۡبَ اللّٰهِ هُمُ الۡمُفۡلِحُوۡنَ
“Engkau (Muhammad) tidak akan mendapatkan suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapaknya, anaknya, saudaranya atau keluarganya. Mereka itulah orang-orang yang dalam hatinya telah ditanamkan Allah keimanan dan Allah telah menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang dari Dia. Lalu dimasukkan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Merekalah golongan Allah. Ingatlah, sesungguhnya golongan Allah itulah yang beruntung,”.
Dalam tafsir Kemenag RI disebutkan bahwa seandainya ada kaum Muslimin yang berteman erat dengan orang kafir yang memusuhi Islam maka hal itu adalah sikap yang tidak wajar. Sebab, tidak mungkin ada orang-orang mukmin yang benar-benar beriman kepada Allah berteman dengan orang kafir yang ingin menghancurkan Islam.
Dengan demikian, kaum Muslimin diminta agar selalu waspada setiap terjadi permusuhan dan pertempuran dengan orang-orang kafir. Sekali-kali tidak boleh berteman erat dengan mereka, karena akan membahayakan kaum Muslimin.