Khabbab bin Al-Arat, Teladan dalam Kesabaran dan Pengorbanan
Oleh: Ustadz Masyhadi Akhyar, M.Pd.
Qoid Katibah Tarbiyah Jamaah Ansharu Syariah Jawa Timur
“Semoga Allah ta’ala melimpahkan rahmat kepada Khabbab, masuk Islam dengan penuh semangat, berhijrah semata-mata karena taat dan hidup sebagai seorang pejuang”. Begitulah sekiranya ucapan terbaik untuk Khabbab bin Al-Arat dari Sahabat Ali bin Abi Thallib taat kala kembali dari perang Shiffin dan melihat makam yang masih basah terlihat segar milik Khabbab bin Al-Arat.
Beliau adalah salah satu sahabat terbaik yang telah wafat, hidup di awal-awal wahyu turun, gambaran hidupnya perlu dijadikan teladan bagi orang-orang Mu’min agar tetap sabar serta rela berkorban demi perjuangan dakwah dan kemenangan Islam. Berjuang untuk Islam memang tidaklah mudah, karena ia adalah puncak dari amalan.
Untuk sampai pada puncak membutuhkan kesabaran, keteguhan dan keistiqomahan yang luar biasa sebab dalam perjalanannya keihlasan dan ketakwaan akan senantiasa di uji terus menerus. Halangan, rintangan bahkan ancaman dan siksaan terkadang sering mengiringi proses menuju puncak perjuangan.
Sahabat Khabbab bin Al-Arat menjadi salah satu sahabat yang mampu tetap Istiqomah. Banyaknya halangan, rintangan dan siksaan yang beliau alami tidak melunturkan kesabarannya serta semangatnya dalam berdakwah dan memperjuangkan prinsip agamanya, Khabbab bin Al-Arat benar-benar teladan dalam Kesabaran dan Pengorbanan dalam Islam.
Khabbab bin Al-Arat merupakan seorang pandai besi yang pekerjaan sehari-harinya adalah membuat pedang untuk para pembelinya. Beliau adalah budak Ummu Anmar yang ahli dalam membuat pedang hingga banyak dari para pembesar Quraisy datang kepadanya untuk dibuatkan pedang.
Suatu hari orang-orang Quraisy datang kerumah Khabbab bin Al-Arat untuk mengambil pesanan pedang mereka. Khabbab bin Al-Arat yang baru datang kemudian menyapanya, beliau datang dengan wajah yang bersinar dan air mata yang menetes penuh ketakjuban serta kebahagiaan setelah melihat dan mendengar perkataan Rasulullah Muhammad Shalallahu’alaihi wasallam.
Keadaan tesebut membuat orang-orang Quraisy bertanya-tanya keheranan dan menanyakan perihal yang membuat Khabbab bin Al-Arat terpesona. Dialogpun terjadi antara Khabbab bin Al-Arat dan orang-orang Quraisy, hingga pada akhrinya Khabbab bin Al-Arat dengan kesadaran penuh dan rasa bangga memproklamirkan keimanannya secara terus terang, ia merasa yaqin atas kebenaran risalahnya siap mengikuti dengan penuh ketaatan setiap perintah ataupun larangan dari Rasulullah Muhammad Shalallahu’alaihi wasallam.
Setelah meproklamirkan keimananya tiba-tiba Khabbab bin Al-Arat tidak sadarkan diri, ketika ia sadar tubuhnya telah bengkak-bengkak penuh rasa sakit dan orang-orang Quraisy disekitarnya telah bubar.
Mulai saat itu Khabbab bin Al-Arat telah memiliki kedudukan mulia karena keimananya, ia merasa telah mendapatkan petunjuk hidupnya yang meneranginya ke jalan yang terang. Keimanan yang bersumber dari sanubari hatinya seolah menjadikan dirinya sebagai orang yang merdeka terbebas dari belenggu kejahiliyaan.
Tidak berlangsung lama manisnya keimanan yang ia rasakan membuatnya harus di uji, Khabbab bin Al-Arat mendapatkan berbagai siksaan dari orang-orang kafir Quraisy. Besi sebagai bahan baku pembuatan pedang di rumah Khabbab bin Al-Arat dibakar dan dijadikan belenggu untuk dililitkan ke tubuhnya, ia juga pernah punggungnya ditindih dengan batu yang membara hingga kulit dan dagingnya terbakar.
Siksaan orang-orang Quraisy tidak sedikitpun mampu membuat hatinya terpengaruh, ia tetap menunjukan ketabahnnya. Merasa menyerah orang-orang Quraisy memintak bantuan kepada Ummu Anmar yang menjadi tuanya Khabbab bin Al-Arat. Wanita itupun ikut menyiksa Khabbab bin Al-Arat, wanita itu mengambil besi panas yang menyala kemudian meletakkannya di kepala dan ubun-ubun Khabbab bin Al-Arat, sementara Khabbab bin Al-Arat menggeliat kesakitan sambil menahan suaranya agar tidak keluar keluahan dari lisannya hingga membuat orang-orang Quraisy merasa puas dan gembira.
Suatu hari Rosulullah Muhammad Shalallahu’alaihi wasallam melihat Khabbab bin Al-Arat yang disiksa sedemikian itu.
Kemudian Rosulullah Muhammad Shalallahu’alaihi wasallam mengangkat tangannya dan berdo’a untuk Khabbab bin Al-Arat. Selang beberapa hari Ummu Anmar menderita penyakit panas yang aneh dan mengerikan. Wanita itu melonglong seperti anjing, hingga ada seorang yang mengatakan kepadanya bahwa satu-satunya obat yang dapat menyembuhkannya ialah dengan menyetrika kepalanya dengan besi panas.
Begitulah kesabaran dan pengorbanan yang ditunjukan Khabbab bin Al-Arat. Jika orang-orang Quraisy ingin mematahkan keimananya dengan siksaan, Khabbab bin Al-Arat mampu mengatasinya dengan kesabaran dan pengorbanan.
Khabbab bin Al-Arat merupakan salah satu sahabat yang dipilih oleh Allah Subhanahu wa’tala untuk menjadi teladan dan guru yang mengajarkan arti kesabaran dan pengorbanan dalam Islam untuk ummat Rasulullah Muhammad Shallahu’alaihi wasallam.
Khabbab bin Al-Arat seolah-olah merasa tidak cukup dengan ibadah sholat, puasa atau amalan ibadah rutinitas semata, tapi ia benar-benar turut serta dalam perjuangan dakwah dan memenangkan Islam dengan membaktikan hidupnya untuk Islam.
Khabbab bin Al-Arat adalah seorang yang juga mengajarkan Al-Qur’an kepada sahabat yang lain. Salah satunya ialah Sa’id bin Zaid suami dari Fathimah binti Al-Khattab sehingga dipergoki Umar bin Al-Khattab. Singkat cerita setelah kejadian itu membuat Umar bin Al-Khattab masuk Islam.
Begitulah sepenggal kisah Khabbab bin Al-Arat yang sangat menakjubkan, seolah memberikan nasehat dan teguran kepada orang-orang Muslim agar tetap sabar, teguh dan Istiqomah dalam berjuang. Bahwa perjuangan adalah nyata membutuhkan sebuah pengorbanan sebagai bentuk bukti keimanan yang benar. Semoga dapat menjadi manfaat, pengingat bagi semua. Wallahu ta’ala a’lam bishoab.
Refrensi:
Disarikan dari kitab “Rijalu Haula Ar-Rasul” karya Kholid Muhammad Kholid