Khutbah Jum'at

Khutbah Jumat Edisi 076: “Menyambut Ramadhan Dengan Iman dan Ikhlash”

Materi Khutbah Jumat Edisi 076 tanggal 12 Sya’ban 1437 H ini dikeluarkan oleh

Sariyah Da’wah Jama’ah Ansharusy Syari’ah dapat downlod di:

 

 

Menyambut Ramadhan Dengan Iman dan Ikhlash

(Dikeluarkan Oleh Sariyah Dakwah Jama’ah Ansharusy Syari’ah)

 

KHUTBAH PERTAMA

 

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ وَلاَ رَسُوْلَ بَعْدَهُ، قَدْ أَدَّى اْلأَمَانَةَ وَبَلَّغَ الرِّسَالَةَ وَنَصَحَ اْلأُمَّةَ وَجَاهَدَ فِيْ سَبِيْلِهِ حَقَّ جِهَادِهِ

اَلصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا الْمُصْطَفَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ سَلَكَ سَبِيْلَهُ وَاهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.رَبِّ اشْرَحْ لِيْ صَدْرِيْ وَيَسِّرْ لِيْ أَمْرِيْ وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِيْ يَفْقَهُوْا قَوْلِيْ

قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. وَقَالَ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. وَقَالَ: وَتَزَوَّدُوْا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى

وَقَالَ النَّبِيُ: اِتَّقِ اللهَ حَيْثُ مَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بَخُلُقٍ حَسَنٍ. (رواه الترمذي، حديث حسن)

Jamaah Jum’at  hamba Alloh yang  dirahmati Alloh SWT.

Segala puji bagi Alloh SWT, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepadajunjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga, dan para sahabatnya.

Pada kesempatan yang berbahagia ini, saya berwasiat kepada diri saya sendiri dan kepada saudara-saudara sekalian, marilah kita tingkatkan Islam, iman dan taqwa kita kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala karena hanya dengan Islam, iman dan taqwa itulah kita akan mendapatkan kebahagiaan baik di dunia terlebih lagi Insya Alloh di akhirat.

Beberapa hari lagi, insya Alloh, kita akan kedatangan tamu yang mulia lagi terhormat, bulan Ramadhan yang mubarak yang selalu dirindukan kedatangannya dan disayangkan kepergiannya. Betapa tidak, bagi muslim sejati Ramadhan adalah kekasih hati, ia bagaikan darah segar yang membangkitkan kembali semangat dan gairah yang mulai mengendor. Dialah syahrul mubarak, bulan yang penuh berkah dan ampunan.

Hanya orang-orang yang tidak beriman yang apatis dan mengabaikan kehadiran Ramadhan, bahkan mereka mencela, membenci, dan menganggapnya sebagai beban berat, pengekang hawa nafsu yang selama ini diperturutkan. Mereka tidak segan-segan makan dan minum di depan mereka yang tengah melaksanakan shiyam (puasa). Bahkan mereka dengan seenaknya berpesta pora dengan dosa dan kema’siatan, wal’iyaadzu billah.

Namun demikian kita kita tetap harus bersyukur, masih mayoritas dari kaum Muslimin melaksanakan puasa, meski harus kita akui dengan jujur bahwa masih banyak pula di antara mereka yang belum tepat dalam menyambut dan mengisi hari-hari yang penuh berkah tersebut. Bahkan masih banyak di kalangan kaum Muslimin yang belum mengerti hakikat dan keutamaan ibadah di bulan Ramadhan.

KEUTAMAAN BULAN RAMADHAN

Bulan Ramadhan adalah bulan yang mulia dan istimewa. Alloh telah mengistimewakannya daripada bulan-bulan lainnya dengan beberapa keistimewaan dan keutamaan, diantaranya :

  1. Bulan Ramadhan adalah syahrush-shiyam (bulan puasa)

Alloh berfirman:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ (185)

Artinya : “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). karena itu, Barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan Barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Alloh menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Alloh atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (QS. Al Baqarah: 185)

Bulan Ramadhan menjadi istimewa karena di dalam bulan inilah dilaksanakan ibadah puasa (shiyam). Suatu ibadah yang begitu penting keberadaannya dan amat agung kedudukannya serta sangat besar ganjaran dan keutamaan bagi orang-orang yang melaksanakannya.

Shiyam adalah kewajiban bagi setiap Muslim, dan kita mengetahui bahwa amalan-amalan yang wajib itu lebih dicintai Alloh dari yang lain, bahkan shiyam adalah salah satu Rukun Islam  yang mana seseorang tidak menjadi Muslim yang benar kecuali bila ia menegakkan rukun-rukun Islam itu.

Firman Alloh:

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمْ الصِّيَامَ كَمَا كُتِبَ علَىَ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa.” (QS. Al-Baqarah: 183)

Shiyam Ramadhan adalah amalan yang Alloh peruntukkan untuk-Nya secara khusus, Dia-lah yang menentukan ganjarannya.

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda :

كُلُّ عَمَلِ إِبْنِ اَدَمَ لَهُ الْحَسَنَةُ بِعِشْرِأَمْثَا لِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةَ ضِعْفٍ, قَالَ اللهُ U : إِلاَّ الصِّيَامَ فَإِنَّهُ لِيْ وَأَنَا أَجْزِيْ بِهِ 

“Setiap amalan anak Adam adalah untuknya, kebaikan dibalas dengan pahala yang sepuluh kebaikan semisalnya sampai tujuh ratus kali lipat. Firman Alloh:  Kecuali Shiyam (puasa), maka sungguh puasa adalah untuk-Ku dan Aku yang menentukan ganjarannya” (HR. Bukhari dan Muslim).

Berkata Abu ‘Ubaid رحمه الله sebagaimana dinukil dalam Lisanul ‘Arab:  “Sesungguhnya Alloh mengkhususkan puasa itu untuk-Nya  dan Dia-lah yang akan memberi balasannya padahal seluruh amal kebaikan adalah untuk Alloh dan tentu Dia-lah yang membalas untuk semuanya- karena puasa tidak nampak dari ucapan ataupun perbuatan anak Adam, sehingga tak terdeteksi  oleh Malaikat, karena puasa adalah suatu niat dalam hati, dan sikap menahan dari aktifitas makan minum, maka Allah yang menentukan balasannya dan melipat gandakannya sesuai keinginan-Nya”. Jadi bukan dari catatan Malaikat.

Al-Qurthubi رحمه الله berkata: “Karena amal-amal lain dapat dimasuki oleh riya, sementara puasa tidak ada yang mengetahuinya -dengan sekedar perbuatan puasa- kecuali Alloh, maka Alloh menyandarkan puasa itu pada diri-Nya, karena itu Allah katakan dalam hadist (qudsi-pent): “ Dia (hamba-Ku yang berpuasa) meninggalkan syahwatnya karena Aku”.

Menyambut Ramadhan Dengan Iman dan Ikhlash.

Sabda Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam:

Dari Abu Hurairah, ia berkata,

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan mengharap pahala dari Alloh, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.”  (HR. Bukhari no. 38 dan Muslim no. 760).

Yang dimaksud berpuasa atas dasar iman yaitu berpuasa karena meyakini akan kewajiban puasa. Sedangkan yang dimaksud ihtisab adalah mengharap pahala dari Alloh Ta’ala. (Lihat Fathul Bari, 4: 115).

Al Khottobi berkata, “Yang dimaksud ihtisab adalah terkait niat yaitu berpuasa dengan niat untuk mengharap balasan baik dari Alloh. Jika seseorang berniat demikian, ia tidak akan merasa berat dan tidak akan merasa lama ketika menjalani puasa.” (Idem)

Hadits yang kita kaji di atas menunjukkan itulah orang yang berpuasa dengan benar. Benarnya puasanya jika didasari atas iman dan puasa tersebut dilakukan ikhlas karena Alloh, mengharap pahala-Nya, mengagungkan syari’at-Nya, bukan melakukannya atas dasar riya’, cari pujian atau hanya sekedar mengikuti kebiasaan orang sekitar.

Kalau seseorang mendasari puasanya karena dasar iman, mengharap pahala dan ridho, maka tentu hatinya semakin tenang, lapang dan bahagia. Ia pun akan bersyukur atas nikmat puasa Ramadhan yang ia dapati tahun ini. Hatinya tentu tidak merasa berat dan susah ketika menjalani puasa. Sehingga ia pun terlihat berhati ceria dan berakhlak yang baik. Lihat kitab Ramadhan karya Dr. Muhammad bin Ibrahim Al Hamad, hal. 18.

Hadits di atas juga menunjukkan bolehnya kita mengharap pahala atau balasan dari Alloh ketika menjalani suatu ibadah, itu tidak mengapa. Dan itulah yang disebut ikhlas.

Dalam kitab Fathul Bari’ dijelaskan hadits diatas bahwa:

Yang dimaksud berpuasa dengan iman yaitu dengan meyakini kebenaran kewajiban puasa dan ihtisaban (dengan ikhlas) maksudnya menuntut balasan pahala dari Alloh SWT, dan berkata Al-Khothobiy arti ihtisaban maksudnya senang dan cinta dengan balasan pahala puasa ramadhan dengan balasan pahala yang baik tanpa ada rasa berat berpuasa dan tanpa merasakan lama pada hari-hari puasa ramadhan (sebulan penuh).

Alloh SWT berfirman:

وَإِذْ أَخَذْنَا مِيثَاقَكُمْ وَرَفَعْنَا فَوْقَكُمُ الطُّورَ خُذُوا مَا آتَيْنَاكُمْ بِقُوَّةٍ وَاسْمَعُوا قَالُوا سَمِعْنَا وَعَصَيْنَا وَأُشْرِبُوا فِي قُلُوبِهِمُ الْعِجْلَ بِكُفْرِهِمْ قُلْ بِئْسَمَا يَأْمُرُكُمْ بِهِ إِيمَانُكُمْ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ

“Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari kamu dan Kami angkat bukit (Thursina) di atasmu (seraya Kami berfirman): “Peganglah teguh-teguh apa yang Kami berikan kepadamu dan dengarkanlah!” mereka menjawab: “Kami mendengar tetapi tidak mentaati”. dan telah diresapkan ke dalam hati mereka itu (kecintaan menyembah) anak sapi karena kekafirannya. Katakanlah: “Amat jahat[1] perbuatan yang telah diperintahkan imanmu kepadamu jika betul kamu beriman (kepada Taurat).” (QS. Al-Baqarah: 93)

Ayat diatas menerangkan tentang sifat orang kafir, mereka mencintai perbuatan dosa mempersekutukan Alloh dengan berhala, mengingkari dan membunuh para nabi utusan Alloh SWT. Disebabkan kekafiran mereka, ketika diajak berpegang teguh dengan agama Alloh mereka menjawab kami mendengar tapi kami tidak mau mentaatinya. Wal ‘iyadzu billah.

Urgensi melakukan amalan perbuatan dengan iman dan ikhlash.

قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالًا (103) الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا (104) أُولَئِكَ الَّذِينَ كَفَرُوا بِآيَاتِ رَبِّهِمْ وَلِقَائِهِ فَحَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فَلَا نُقِيمُ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَزْنًا (105) ذَلِكَ جَزَاؤُهُمْ جَهَنَّمُ بِمَا كَفَرُوا وَاتَّخَذُوا آيَاتِي وَرُسُلِي هُزُوًا (106) إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ كَانَتْ لَهُمْ جَنَّاتُ الْفِرْدَوْسِ نُزُلًا (107)

“Katakanlah: “Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?”  Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya. Mereka itu orang-orang yang telah kufur terhadap ayat-ayat Tuhan mereka dan (kufur terhadap) perjumpaan dengan Dia[2], Maka hapuslah amalan- amalan mereka, dan Kami tidak Mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari kiamat. Demikianlah Balasan mereka itu neraka Jahannam, disebabkan kekafiran mereka dan disebabkan mereka menjadikan ayat-ayat-Ku dan rasul-rasul-Ku sebagai olok-olok. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal.(QS. Al-Kahfi: 103-107)

Dijelaskan dalam mukhtashar tafsir ibnu katsir

Ayat diatas tidak hanya berlaku khusus terhadap yahudi dan nashrani yang tidak beriman tapi juga berlaku umum kepada orang yang melakukan amalan atas jalan yang tidak diridhoi Alloh sedangkan mereka menyangka bahwa mereka akan mendapat pahala dari amalannya dan diterima. Padahal amalannya tidak benar dan tidak diterima sebagaimana firman Alloh:

{وَقَدِمْنَآ إِلَى مَا عَمِلُواْ مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَآءً مَّنثُوراً}

“Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan[3], lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan.” (QS. Al-Furqon: 23)

Orang-orang kafir yang tidak beriman amalan perbuatan mereka seperti debu, sia-sia tidak diterima Alloh. Oleh karena itu ayat tersebut menafsirkan:

{الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا}

“Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini”

Maksudnya orang-orang yang tidak beriman dengan iman yang benar mereka melakukan amalan perbuatan yang batil atas selain dari syariat Islam yang diperintahkan, diridhoi, dan diterima Alloh SWT. Sedangkan mereka mengira dan menyakini bahwa mereka sudah melakukan yang benar dan baik diterima, dan dicintai Alloh SWT.

Menurut Imam Syafi’i, “Iman itu terdiri dari perkataan dan perbuatan. Iman bisa bertambah dan berkurang. Bertambah karena ketaatan (melaksanakan perintah dan meninggalkan yang dilarang) dan berkurang karena kemaksiatan (meninggalkan perintah dan melakukan yang dilarang).” Imam Bukhari pernahmengatakan, “Aku (Imam Bukhari) sudah bertemu lebih dari seribu ‘ulama dari berbagai penjuru negeri, dan aku tidak pernah melihat para ulama tersebut berbeda pendapat, bahwasanya iman merupakan perkataan dan perbuatan, dapat bertambah dan dapat berkurang.” Imam Ahmad juga berkata, “Iman adakalanya dapat bertambah dan juga dapat berkurang. Iman bertambah karena melakukan amal, dan iman berkurang karena meninggalkan amal.”

Berdasarkan hadis, Iman merupakan isi hati yang diucapkan dengan lisan dan dilakukan dengan perbuatan, merupakan satu kesatuan tidak bisa dipisahkan. Iman memiliki prinsip -prinsip dasar bahwasannya semua isi hati, perkataan dan perbuatan selalu berhubungan dalam satu keyakinan.

Jadi, bisa dikatakan orang-orang beriman apabila mereka yang isi hatinya, semua ucapannya dan tindakanya sama. Maka orang beriman juga bisa disebut orang yang jujur (tidak munafik).

Jadi, dapat di ambil  kesimpulan, bahwasannya seseorang dapat dikatakan sebagai orang yang beriman dengan sempurna apabila memenuhi tiga unsur keimanan di atas. Tetapi apabila, seseorang hanya mengakui keberadaan Alloh dalam hatinya saja, tetapi tidak dilafalkan dengan lisan serta tidak dibuktikan dengan amal perbuatan sesuai perintah Alloh, maka orang tersebut belum bisa disebut sebagai mukmin yang sempurna. Karena, tiga unsur keimanan diatas merupakan suatu kesatuan yang utuh dan tidak bisa dipisahkan.

 

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُوْا اللهَ لِيْ وَلَكُمْ

 

Wallahul muwaffiq.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَالْعَصْرِ، إِنَّ الإِنسَانَ لَفِيْ خُسْرٍ، إِلاَّ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ

KHUTBAH KEDUA

 

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ

جَمَاعَةَ الْجُمُعَةِ، أَرْشَدَكُمُ اللهُ. أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهُ، وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا وَيَرْزُقُهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ، وَمَن يَتَّقِ اللهَ يُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ.اَللَّهُمَ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ.اَللَّهُمَّ انْصُرِ الْمُجَاهِدِيْنِ فِيْ كُلِّ مَكَانٍ وَزَمَانٍ

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ.رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ اْلأَبْرَارِ.رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَّسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا، رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِن قَبْلِنَا، رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ، وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنتَ مَوْلاَنَا فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.اَللَّهُمَّ إِنَا نَسْأَلُكَ رِضَاكَ وَجَنَّتَكَ وَنَسْأَلُكَ شَهَادَةً فِيْ سَبِيْلِكَ.اَللَّهُمَّ أَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَالْمُبْتَدِعَةَ وَالْمُشْرِكِيْنَ أَعْدَائَكَ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ

اَللَّهُمَّ شَتِّتْ شَمْلَهُمْ وَمَزِّقْ جَمْعَهُمْ وَزَلْزِلْ أَقْدَامَهُمْ وَأَلْقِ فِيْ قُلُوْبِهِمُ الرُّعْبَ.اَللَّهُمَّ عَذِّبْهُمْ عَذَابًا شَدِيْدًا وَحَسِّبْهُمْ حِسَابًا ثَقِيْلاً.رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

 

[1]Perbuatan jahat yang mereka kerjakan ialah menyembah anak sapi, membunuh nabi-nabi dan melanggar janji.

[2]Maksudnya: tidak beriman kepada pembangkitan di hari kiamat, hisab dan pembalasan.

[3]Yang dimaksud dengan amal mereka disini ialah amal-amal mereka yang baik-baik yang mereka kerjakan di dunia amal-amal itu tak dibalasi oleh Alloh karena mereka tidak beriman.

Lihat lebih banyak

Artikel terkait

Back to top button