Khutbah Jumat Edisi 121: “Al-Maidah 51 Membongkar Kebohongan Kaum Munafiq”
Materi Khutbah Jumat Edisi 121 tanggal 3 Rajab 1438 H ini dikeluarkan oleh
Sariyah Da’wah Jama’ah Ansharusy Syari’ah dapat download di:
Al-Maidah 51Membongkar Kebohongan Kaum Munafiq
(Dikeluarkan Oleh Sariyah Dakwah Jama’ah Ansharusy Syari’ah)
KHUTBAH PERTAMA
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ وَلاَ رَسُوْلَ بَعْدَهُ، قَدْ أَدَّى اْلأَمَانَةَ وَبَلَّغَ الرِّسَالَةَ وَنَصَحَ اْلأُمَّةَ وَجَاهَدَ فِيْ سَبِيْلِهِ حَقَّ جِهَادِهِ
اَلصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا الْمُصْطَفَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ سَلَكَ سَبِيْلَهُ وَاهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.رَبِّ اشْرَحْ لِيْ صَدْرِيْ وَيَسِّرْ لِيْ أَمْرِيْ وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِيْ يَفْقَهُوْا قَوْلِيْ
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. وَقَالَ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. وَقَالَ: وَتَزَوَّدُوْا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى
وَقَالَ النَّبِيُ: اِتَّقِ اللهَ حَيْثُ مَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بَخُلُقٍ حَسَنٍ. (رواه الترمذي، حديث حسن)
Jamaah Jum’at hamba Allah yang dirahmati Allah SWT.
Segala puji bagi Allah SWT, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepadajunjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya.
Khotib berwasiat kepada diri sendiri khususnya dan jama’ah sekalian marilah kita bertaqwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa, semoga kita akan menjadi orang yang istiqamah sampai akhir hayat kita.
Allah ﷻ berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, Maka Sesungguhnya orang itu Termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Maidah: 51)
Al-Maidah ayat 51 dianggap tak relevan? Bagaimana tanggapan MUI.
Republika.co.id, Jakarta – Ahmad Ishomuddin telah dipecat sebagai wakil ketua komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) lantaran pernyataannya menuai kontroversi dalam sidang kasus penistaan agama yang menjerat Basuki Tjahaja Purnama (alias Ahok) pada selasa (20/3) pekan lalu. Dalam sidang tersebut, Ishomuddin menyatakan Surat Al-Maidah ayat 51 tidak relevan lagi.
Menanggapi hal itu, ketua umum MUI KH. Ma’ruf Amin mengatakan jika semua ayat Al-Qur’an dianggap tidak relevan maka sama saja Al-Qur’an dengan UUD 1945 yang diamandemen.
“Wah itu kan pendapat dia (Ishamuddin) itu kan (tidak relevan), masak Al-Qur’an tidak relevan. Kalau Al-Qur’an dipreteli bisa-bisa tidak relevan semua itu. Sama saja dengan pendapat, ayat Al-Qur’an diamandemen, bisa diamandemen semua itu. Habis itu,”ujar KH. Ma’ruf saat ditemui di Jakarta, Senin(27/3).
Baca: Pemecatan Ishomuddin, Khofifah: itu otoritas PBNU.
Ishomuddin telah menjadi saksi meringankan dalam kasus penistaan agama pada selasa(20/3) lalu. Namun, kesaksiannya justru mendapat kecaman dari masyarakat sehingga harus berakhir dengan pemecatan oleh MUI.
Mewaspadai Sifat Munafik.
Adapun nifaq atau pelakunya disebut munafik menurut syara’ artinya: menampakkan Islam dan kebaikan, tetapi menyembunyikan kekufuran dan kejahatan. Kemunafikan merupakan salah satu penyakit yang berbahaya. Jika tidak ditangani sesegera mungkin akan mengakibatkan penderitanya binasa. Penyakit ini adalah penyakit yang amat menjijikan dan mengakibatkan penyimpangan yang amat buruk.
Jenis Nifaq.
Nifaq terbagi menjadi dua jenis: nifaq I’tiqodiy dan nifaq amaliy.
Nifaq I’tiqadiy (keyakinan).
Nifaq I’tiqadiy adalah nifaq besar, di mana pelakunya menampakkan ke-Islaman, tetapi dalam hatinya tersimpan kekufuran dan kebencian terhadap Islam.
Jenis nifaq ini menyebabkan pelakunya murtad, keluar dari agama dan dikhirat kelak ia akan berada dalam kerak Neraka. Allah berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang munafik berada dalam kerak Neraka.” (QS. An-Nisa: 145)
Allah SWT menyifati orang-orang munafik dengan banyak sifat, di antaranya kekufuran, tiada iman, mengolok-olok dan mencaci maki agama, seperti dalam firman Allah.
Mereka juga mengata-ngatai agama dan pemeluknya, serta kecenderungan kepada musuh-musuh agama untuk bergabung dengan mereka dalam memusuhi Islam. Orang-orang munafik jenis ini senantiasa ada pada setiap zaman. Lebih-lebih ketika tampak kekuatan Islam dan mereka tidak mampu membendungnya secara lahiriyah. Dalam keadaan seperti ini mereka masuk ke dalam Islam untuk melakukan tipu daya terhadap kaum muslimin secara tersembunyi, juga agar mereka bias hidup bersama umat Islam dan merasa tenang dalam hal jiwa dan harta benda mereka. Al hasil mereka masuk Islam hanya untuk kepentingan mereka, menyelamatkan harta benda dan nyawa mereka. Karena itu, seorang munafik manampakkan keimanannya kepada Allah, malaika-malaikat Nya, kitab-kitabNya dan hari akhir, tetapi dalam batinnya mereka berlepas diri dari semua itu dan mendustakannya.
Allah SWT berfirman:“Dan di antara manusia ada yang mengatakan ; Kami beriman kepada Allah dan hari Akhir’ padahal mereka tidak beriman.” (QS. Al-Baqoroh: 8)
Nifaq jenis ini ada empat macam:
- Mendustakan Rasulullah SAW atau mendustakan sebagean dari apa yang beliau bawa.
- Membenci Rasulullah SAW atau membenci sebagian apa yang beliau bawa.
- Merasa gembira dengan kemunduran agama Rasulullah SAW.
- Tidak senang dengan kemenangan agama Rasulullah SAW.
Nifaq ‘amaliy (perbuatan).
Nifaq ‘amaliy yaitu melakukan sesuatu yang merupakan perbuatan orang-orang munafiq, tetapi masih tetap ada iman di dalam hati.
Nifaq jenis ini tidak mengeluarkannya dari agama, tetapi merupakan washilah (perantara) kepada yang demikian. Pelakunya berada dalam keadaan iman dan nifaq, dan jika perbuatan nifaqnya lebih banyak maka hal itu bisa menjadi sebab terjerumusnya dia ke dalam nifaq sesungguhnya, berdasarkan hadits Nabi SAW:
“Ada empat hal, yang jika berada pada diri seseorang maka ia menjadi seorang munafiq sesungguhnya, dan jika seseorang memiliki kebiasaan salah satu dari padanya, maka berarti ia memiliki satu kebiasaan (ciri) nifaq sampai ia meninggalkannya; bila dipercaya ia berkhianat, dan jika berbicara ia bohong, jika berjanji ia ingkari, dan jika bertengkar ia berucap kotor.” (Muttafaqun ‘alaihi).
Seperti diketahui bahawasanya manusia itu adalah tidak terjaga dari kesalahan dan dosa, sehingga sering kali dalam diri manusia itu terkumpul kebiasaan-kebiasaan iman dan kebiasaan-kebiasaan kufur, kebiasaan baik dan kebiasaan buruk. Karena itulah ia mendapatkan pahala dan siksa sesuai dengan konsekuensi dari apa yang mereka lakukan, seperti kebiasaan malas dalam melakukan shalat jama’ah di masjid. Ini adalah sebagian dari sifat-sifat orang munafiq.
Sifat nifaq adalah sifat yang sangat buruk dan berbahaya, karena itulah para sahabat sangat takut kalau diri mereka terjerumus dalam kemunafikan. Ibnu abi Mulaikah berkata: “Aku bertemu dengan 30 sahabat Rasulullah SAW mereka semua taku kalau-kalau ada nifaq dalam dirinya.”
Al-Maidah 51 membongkar kebohongan kaum munafiq.
Tafsir Surat Al-Maidah ayat 51 dalam Tafsir Ibnu Katsir.
Ibnu Katsir menjelaskan ayat ini, ”Allah Ta’ala melarang hambaNya yang beriman untuk loyal kepada orang Yahudi dan Nasrani. Mereka itu musuh Islam dan sekutu-sekutunya. Moga kebinasaan dari Allah untuk mereka. Lalu Allah mengabarkan bahwa mereka itu adalah auliya terhadap sesamanya. Kemudian Allah mengancam dan memperingatkan bagi orang beriman yang melanggar larangan ini, ”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, Maka Sesungguhnya orang itu Termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (Tafsir Ibnu Katsir Al-Maidah: 51. Jilid 3:417).
Jelas sekali bahwa ayat ini larangan menjadikan orang kafir sebagai pemimpin atau orang yang memegang posisi-posisi strategis yang bersangkutan dengan kepentingan kaum muslimin.
Tafsir Surat Al-Maidah ayat 52 dalam tafsir Ibnu Katsir.
Firman Allah SWT:
Maka kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya. Yaitu keraguan, kebimbangan, dan kemunafikan. Bersegera mendekati mereka. Maksudnya, mereka bersegera berteman akrab dengan orang-orang Yahudi dan Nasrani secara lahir dan batin. Seraya berkata, “Kami takut akan mendapat bencana,”(QS. Al-Maidah: 52) Yakni mereka melakukan demikian dengan alasan bahwa mereka takut akan terjadi suatu perubahan, yaitu orang-orang kafir beroleh kemenangan atas kaum muslim. Jika hal ini terjadi, berarti mereka akan memperoleh perlindungan dari orang-orang Yahudi dan Nasrani, mengingat orang-orang Yahudi dan Nasrani mempunyai pengaruh tersendiri di kalangan orang-orang kafir, sehingga sikap berteman akrab dengan mereka dan memberikan manfaat ini. Maka Allah SWT berfirman menjawab mereka:”Mudah-mudahan Allah akan memberikan kemenangan (kepada Rasul-Nya).” (QS. Al-Maidah:52) maksud kemenangan disini adalah kekuasaan peradilan dan keputusan.
Maka orang-orang munafik yang memberikan loyalitasnya, dukungannya, pembelaannya kepada orang kafir mereka menyesali perbuatan mereka yang berpihak kepada orang Yahudi dan Nasrani itu. Dengan kata lain, mereka menyesali perbuatan mereka yang mereka lakukan karena usahanya itu tidak dapat memberikan hasil apapun, tidak pula dapat menolak hal yang mereka hindari, bahkan berpihak kepada mereka merupakan penyebab utama dari kerusakan itu sendiri. Kini keadaan mereka telah dipermalukan dan Allah menampakkan perkara mereka di dunia ini kepada hamba-hambaNya yang beriman, padahal sebelumnya mereka tersembunyi, keadaan dan prinsip mereka masih belum diketahui.
Tetapi setelah semua penyebab yang mempermalukan mereka telah lengkap, maka tampak jelaslah perkara mereka di mata hamba-hamba Allah yang beriman. Orang-orang beriman merasa heran dengan sikap mereka (orang munafik) bagaimana mereka dapat menampakkan diri bahwa mereka dapat menampakkan diri mereka seakan-akan termasuk orang beriman. Dan bahkan mereka berani bersumpah untuk itu, tetapi dalam waktu yang sama mereka berpihak kepada orang-orang Yahudi dan Nasrani? dengan demikian tampak jelaslah kedustaan dan kebohongan mereka.
Untuk itulah Allah menyebutkan dalam firmanNya:
“Maka kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata: “Kami takut akan mendapat bencana”. Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya. Maka karena itu, mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka. Dan orang-orang yang beriman akan mengatakan: “Inikah orang-orang yang bersumpah sungguh-sungguh dengan nama Allah, bahwasanya mereka benar-benar beserta kamu?” Rusak binasalah segala amal mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang merugi.” (QS. Al-Maidah: 52-53).
BAHAYA NIFAQ.
Nifaq seperti kita kemukakan di depan adalah sifat yang sangat berbahaya, baik dunia maupun akhirat. Bahaya nifaq di dunia kembali kepada pelaku dan orang lain, dan di antara bahaya itu adalah:
– Kerusakan di muka bumi, ini adalah inti dari bahaya yang ditimbulkan oleh seorang munafiq, jadi nifaq dapat mengakibatkan segala kerusakan bagaimanapun bentuknya, Allah berfirman:
“Ingatlah sesungguhnya mereka itu adalah perusak, akan tetapi mereka tidak merasa.” (QS. Al-Baqoroh: 12).
– Tersebarnya fitnah, ini termasuk salah satu bentuk kerusakan yang timbul akibat sifat nifaq, Allah berfirman:
“Andaikan mereka ikut keluar bersama kalian (untuk berjihad), niscaya tidak akan bermanfaat bagi kalian selain hanya akan menambah kerusakan, dan niscaya mereka akan sebarkan fitnah untuk memecah belah kalian.”(QS. Al-Taubah: 47)
– Perpecahan di antara umat Islam, dan ini adalah salah satu bentuk kerusakan yang sangat besar bagi umat Islam, bukan hanya sekarang dengan munculnya banyak orang yang mengatasnamakan Islam yang memberikan pengaruh hebat di dunia internasional, padahal Islam terbebas darinya, akan tetapi sejak zaman Rasulullah SAW kaum munafiq selalu mencari celah untuk mengadu domba dan memecah belah umat. Allah SWT berfirman:
“Dan orang-orang yang membangun masjid untuk membahayakan, serta keingkaran, dan dengan tujuan memecah belah antara orang-orang yang beriman…” (QS. Al-Taubah: 107).
Inilah beberapa bahaya yang timbul akibat nifaq, semoga Allah melindungi kita darinya – yang mana nifaq hanya akan menimbulkan kerusakan di muka bumi.
BALASAN BAGI ORANG MUNAFIQ.
Dikarenakan buruknya sifat ini, maka Allah telah menyiapkan bagi para pelaku nifaq, atau orang munafiq dengan balasan yang setimpal, dan dengan redaksi yang bermacam-macam, di antaranya:
Perintah untuk memerangi dan sikap tegas (kasar) terhadap mereka, dan akhirnya dalam kerak neraka Jahannam lah tempat mereka, Allah berfirman:
“Wahai Nabi, perangilah orang-orang kafir dan munafiq, dan besikap kasarlah (tegas) terhadap mereka !”(QS. At-Taubah: 73)
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُوْا اللهَ لِيْ وَلَكُمْ
Wallahul muwaffiq.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَالْعَصْرِ، إِنَّ الإِنسَانَ لَفِيْ خُسْرٍ، إِلاَّ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ
KHUTBAH KEDUA
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
جَمَاعَةَ الْجُمُعَةِ، أَرْشَدَكُمُ اللهُ. أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهُ، وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا وَيَرْزُقُهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ، وَمَن يَتَّقِ اللهَ يُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ.اَللَّهُمَ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ.اَللَّهُمَّ انْصُرِ الْمُجَاهِدِيْنِ فِيْ كُلِّ مَكَانٍ وَزَمَانٍ
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ.رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ اْلأَبْرَارِ.رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَّسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا، رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِن قَبْلِنَا، رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ، وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنتَ مَوْلاَنَا فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.اَللَّهُمَّ إِنَا نَسْأَلُكَ رِضَاكَ وَجَنَّتَكَ وَنَسْأَلُكَ شَهَادَةً فِيْ سَبِيْلِكَ.اَللَّهُمَّ أَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَالْمُبْتَدِعَةَ وَالْمُشْرِكِيْنَ أَعْدَائَكَ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ
اَللَّهُمَّ شَتِّتْ شَمْلَهُمْ وَمَزِّقْ جَمْعَهُمْ وَزَلْزِلْ أَقْدَامَهُمْ وَأَلْقِ فِيْ قُلُوْبِهِمُ الرُّعْبَ.اَللَّهُمَّ عَذِّبْهُمْ عَذَابًا شَدِيْدًا وَحَسِّبْهُمْ حِسَابًا ثَقِيْلاً.رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ