Khutbah Jumat Edisi 155: “Persaudaraan dan Cinta Karena Allah”
Materi Khutbah Jumat Edisi 155 tanggal 12 Rabiul Awwal 1439 H ini dike;uarkan oleh
Sariyah Da’wah Jama’ah Ansharusy Syari’ah dapat download di:
Persaudaraan dan Cinta Karena Allah
(Dikeluarkan Oleh Sariyah Dakwah Jama’ah Ansharusy Syari’ah)
KHUTBAH PERTAMA
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ وَلاَ رَسُوْلَ بَعْدَهُ، قَدْ أَدَّى اْلأَمَانَةَ وَبَلَّغَ الرِّسَالَةَ وَنَصَحَ اْلأُمَّةَ وَجَاهَدَ فِيْ سَبِيْلِهِ حَقَّ جِهَادِهِ
اَلصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا الْمُصْطَفَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ سَلَكَ سَبِيْلَهُ وَاهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.رَبِّ اشْرَحْ لِيْ صَدْرِيْ وَيَسِّرْ لِيْ أَمْرِيْ وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِيْ يَفْقَهُوْا قَوْلِيْ
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. وَقَالَ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. وَقَالَ: وَتَزَوَّدُوْا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى
وَقَالَ النَّبِيُ: اِتَّقِ اللهَ حَيْثُ مَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بَخُلُقٍ حَسَنٍ. (رواه الترمذي، حديث حسن)
Jamaah Jum’at hamba Allah yang dirahmati Allah SWT.
Segala puji bagi Allah SWT, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya.
Khotib berwasiat kepada diri sendiri khususnya dan jama’ah sekalian marilah kita bertaqwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa, semoga kita akan menjadi orang yang istiqamah sampai akhir hayat kita.
MA’ASYIROL MUSLIMIN RAHIMANI WA RAHIMUKUMULLAH!!!
Tema persaudaraan dan cinta karena Allah sering dibahas dalam berbagai pembahasan dan tulisan. khotib tidak bermaksud menambahkan sesuatu dalam masalah ini, tidak pula mendiskusikannya. Yang hendak khotib sampaikan hanyalah penjelasan mengenai batasan-batasan syariat tentang hubungan persaudaraan dan cinta karena Allah, sebagai upaya untuk menghilangkan kerancuan, mencegah segala penyimpangan yang terkadang menyebabkan orang-orang yang cinta karena Allah, terjerumus ke dalam sesuatu yang tidak diridhoi oleh Allah ‘Azza wa Jalla –walaupun tanpa disengaja– serta sebagai upaya untuk menyelamatkan akad suci ini dari segala sesuatu yang mengotori kesakralan, kesucian, keagungan, dan kebersihannya.
Kawan Dekat
لا تَصْحَبْ من لا يُنْهِضُك حالُه، ولا يَدُلُّك على الله مقالُه[1]؛ لأن (الرجل على دِين خليله)[2]، و(مَثَلُ الجليس الصالح كمثَل العطّار إن لم يُعْطك من عطره أصابك من ريحه)[3]، وخيارُ جلسائكم (مَن ذكَّركُم الله َرؤيتُه، وزاد في علمكم مَنطِقُه، وذكّركم بالآخرة عملُه)[4].
Janganlah engkau berteman dengan orang yang keadaannya tidak dapat membangkitkanmu dan perkataannya tidak membimbingmu kepada Alloh; karena (orang itu berada di atas agama temannya), dan (permisalan teman yang shaleh itu seperti tukang minyak wangi, jika dia tidak memberimu minyak wangi engkau masih mendapatkan baunya), dan teman-teman kalian yang baik itu adalah (orang yang jika kalian melihatnya niscaya mengingatkan kaliankepada Alloh, bicaranya dapat menambah ilmu kalian dan perbuatannya mengingatkan kalian kepada akherat).
فـ(لا تُصاحِب إلا مؤمناً، ولا يأكلْ طعامك إلا تَقِيّ)[5]؛ إذ لا يَعْدَمُ المؤمنُ خيراً،
إن جالسْتَه نفعك، وإن ماشَيْتَه نفعك، وإن شاركْتَه نفَعَك[6].
ومَن أراد اللهُ به خيراً رَزَقه أخاً صالحاً: إن نَسِيَ ذَكَّره، وإن ذَكَر أعانه[7].
Maka (janganlah berteman kecuali dengan orang mukmin dan janganlah ada yang memakan makananmu kecuali orang yang bertakwa), karena orang mukmin itu tidak pernah kosong dari kebaikan. jika engkau duduk bersamanya ia memberi manfaat kepadamu, jika engkau berjalan dengannya ia memberi manfaat kepadamu, dan jika engkau bekerja sama dengannya ia memberi manfaat kepadamu.
Dan barangsiapa yang Alloh kehendaki kebaikan padanya niscaya Alloh berikan kepadanya saudara yang shaleh: jika ia lupa dia mengingatkannya dan jika ia ingat dia membantunya.
Ukhuwah Islamiyah Menurut Syari’at
Dalam Islam, ukhuwah merupakan intisari akidah yang membuat kaum muslimin saling memperkuat di antara sesama mereka.
Ukhuwah adalah ikatan Rabbaniyyah (ketuhanan) yang membingkai hati. Bahkan, ukhuwah merupakan rantai kekuatan. Ukhuwah merupakan diantara ikatan keimanan yang paling kuat, sebagaimana dijelaskan oleh baginda Rasulullah SAW dalam sabdanya: “Buhul (tali) keimanan yang paling kuat adalah cinta karena Allah dan murka karena Allah.” (HR.Ahmad).
Ukhuwah merupakan salah satu pilar utama bagi Islam dalam membangun masyarakat Islam, dan dalam membina hubungan erat diantara anggota-anggota, dan generasi berikutnya. Ketika Rasulullah SAW membangun masyarakat Islam pertama di Madinah Al-Munawarah, ukhuwah merupakan pilar kedua, sesudah akidah, dalam struktur bangunan negara Islam yang baru.pilar utama dan pertama ini –pilar aqidah– tercermin dalam bangunan Masjid Nabawi yang mulia.
Untuk itu, Islam berupaya memperkukuh ikatan cinta dan persaudaraan ini diantara sesama kaum mukminin. Islam menjanjikan kebajikan kelak pada hari kiamat kepada orang-orang yang saling mencintai karena Allah, dan memberikan pahala yang besar kepada mereka. Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah dua orang saling mencintai karena Allah, kecuali orang yang paling dicintai oleh Allah di antara keduanya adalah yang paling besar cintanya kepada saudaranya.”
“Pada hari kiamat, ada kursi-kursi yang disediakan di sekeliling ‘Arsy untuk segolongan manusia. Paras mereka laksana bulan purnama. Manusia terkejut, sedangkan mereka tidak. Orang-orang ketakutan, sedangkan mereka tidak. Mereka adalah para kekasih Allah yang tidak ada ketakutan atas mereka, tidak pula mereka bersedih hati. Ditanyakan,”Siapakah mereka, wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab, ”Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai karena Allah Ta’ala.” (HR. Ahmad dan Al-Hakim).
Kalau Islam demikian mengagungkan persaudaraan, meninggikan kedudukannya, memerintahkan umatnya untuk membangun persaudaraan, dan memberikan pahala bagi orang yang senantiasa mempererat persaudaraan tersebut, maka semua itu dilakukan karena persaudaraan adalah sumber kebajikan dan penolak segala keburukan dalam kehidupan orang-orang yang saling mencintai karena Allah. Hanya saja, Islam tidak menjadikan persaudaraan sebagai tujuan, melainkan sekara sarana unutk menggapai maksud dan tujuan yang lebih tinggi.
Tujuan Persaudaraan dalam Islam
- Dalam pandangan Islam, ukhuwah merupakan salah satu sarana kerjasama dan tolong-menolong dalam melakukan ketaatan, dzikrullah, serta saling berwasiat dengan kebenaran dan kesabaran. Oleh sebab itu, setiap muslim harus mampu memilih teman, sahabat, dan saudara yang baik serta saleh.
- Ukhuwah merupakan sarana yang dapat menolong orang-orang yang melakukannya untuk memenuhi segala kebutuhan hidup. Ukhuwah bisa menjadi penolong ketika menghadapi tantangan zaman, ketika terjadi kesulitan, dan dalam menghadapi berbagai cobaan serta kesusahan.
Terkadang, seseorang tidak mampu memikul seluruh beban atau tanggung jawab seorang diri. Dia membutuhkan orang lain untuk berbagi rasa. Dia membutuhkan sahabat yang dapat meringankan beban dan tanggung jawabnya, memberikan keamanan, dan ketenangan kepadanya. Dengan demikian, mereka bisa saling membantu meringankan beban, sebagaimana dijelaskan oleh Allah dalam firman-Nya,
قَالَ سَنَشُدُّ عَضُدَكَ بِأَخِيكَ وَنَجْعَلُ لَكُمَا سُلْطَانًا فَلَا يَصِلُونَ إِلَيْكُمَا بِآيَاتِنَا أَنْتُمَا وَمَنِ اتَّبَعَكُمَا الْغَالِبُونَ
Allah berfirman: “Kami akan membantumu dengan saudaramu, dan Kami berikan kepadamu berdua kekuasaan yang besar, Maka mereka tidak dapat mencapaimu; (berangkatlah kamu berdua) dengan membawa mukjizat Kami, kamu berdua dan orang yang mengikuti kamulah yang akan menang.” (QS. Al-Qashash: 35).
Inilah dia Nabi Musa ‘alaissalam Ketika beliau diberi tugas mengemban risalah Tuhan, beliau memohon kepada Allah SWT, supaya saudaranya Harun, dijadikan sahabat dalam mengemban misi, dan penolong dalam menjalankan dakwahnya.
وَاجْعَلْ لِي وَزِيرًا مِنْ أَهْلِي (29) هَارُونَ أَخِي (30) اشْدُدْ بِهِ أَزْرِي (31) وَأَشْرِكْهُ فِي أَمْرِي (32)
“Dan Jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku, (yaitu) Harun, saudaraku,. teguhkanlah dengan Dia kekuatanku, dan jadikankanlah Dia sekutu dalam urusanku.” (QS.Thaha: 29-32)
Tidak ada Tafrith dan Ifrath dalam Persaudaraan
Kendati persaudaraan memiliki kedudukan tinggi dan mendatangkan kebajikan, namun Islam tetap berusaha adil dan seimbang dalam segala urusan. Dalam ibadah sekalipun, konsep keadilan dan keseimbangan tetap dipertahankan. Rasulullah SAW sendiri tidak pernah memilih di antara dua hal kecuali beliau memilih secara adil dan seimbang, atau memilih yang paling moderat, selama pilihan itu tidak batil.
Sikap berlebih-lebihan adalah sebuah sikap yang rancu dan absurd, apa pun alasan dan situasinya. Sebab hal itu merupakan perilaku yang tidak alami, dan terkadang mendatangkan kerusakan fatal.
Orang cerdas adalah orang yang selalu menyadari segala perkara sebelum kehilangan. Allah benar-benar akan memberikan rahmat-Nya kepada seseorang yang mengetahui batasan-batasan syari’at, lalu berkomitmen terhadapnya. Allah juga akan memberikan rahmat-Nya kepada orang yang mengetahui batasan kemampuan dirinya, lalu dia mampu melakukan sesuatu sesuai dengan batasan kemampuan tersebut.
Oleh sebab itu, orang-orang yang saling mencintai karena Allah harus bertakwa kepada-Nya dalam merespons segala naluri dirinya, menempatkan saudara-saudaranya sesuai dengan pandangan dan konsepsi Islam, tegas terhadap diri mereka, dan mereka harus mengendalikan emosinya dengan kendali akal pikiran, menyinari akal pikirannya dengan hidayah Islam, agar mereka tidak meremehkan dosa-dosa kecil. Sebab dosa-dosa kecil merupakan jembatan yang akan menjerumuskan mereka ke dalam dosa-dosa besar.
Hati para dai harus selalu patuh dan tunduk dalam melakukan penghambaan. Tidak ada yang disembah kecuali Allah. Mereka harus berhati-hati terhadap syirik, sebab syirik itu sangat samar, namun dampaknya sangat besar. Persaudaraan Rasulullah dengan Abu Bakar ra. Harus menjadi teladan bagi mereka.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُوْا اللهَ لِيْ وَلَكُمْ
Wallahul muwaffiq.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَالْعَصْرِ، إِنَّ الإِنسَانَ لَفِيْ خُسْرٍ، إِلاَّ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ
KHUTBAH KEDUA
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
جَمَاعَةَ الْجُمُعَةِ، أَرْشَدَكُمُ اللهُ. أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهُ، وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا وَيَرْزُقُهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ، وَمَن يَتَّقِ اللهَ يُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ.اَللَّهُمَ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ.اَللَّهُمَّ انْصُرِ الْمُجَاهِدِيْنِ فِيْ كُلِّ مَكَانٍ وَزَمَانٍ
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ.رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ اْلأَبْرَارِ.رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَّسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا، رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِن قَبْلِنَا، رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ، وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنتَ مَوْلاَنَا فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.اَللَّهُمَّ إِنَا نَسْأَلُكَ رِضَاكَ وَجَنَّتَكَ وَنَسْأَلُكَ شَهَادَةً فِيْ سَبِيْلِكَ.اَللَّهُمَّ أَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَالْمُبْتَدِعَةَ وَالْمُشْرِكِيْنَ أَعْدَائَكَ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ
اَللَّهُمَّ شَتِّتْ شَمْلَهُمْ وَمَزِّقْ جَمْعَهُمْ وَزَلْزِلْ أَقْدَامَهُمْ وَأَلْقِ فِيْ قُلُوْبِهِمُ الرُّعْبَ.اَللَّهُمَّ عَذِّبْهُمْ عَذَابًا شَدِيْدًا وَحَسِّبْهُمْ حِسَابًا ثَقِيْلاً.رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
[1] – مِن الحِكم العطائية.
Dari Al Hikam Al ‘Atho-iyyah.
[2] – حسنه الترمذي، وقال النووي: إسناده صحيح.
Dinyatakan hasan oleh At Tirmidzi. Dan An Nawawi berkata: Hadits ini sanadnya shohih.
[3] – أبو داود، وصححه الحاكم وأقره الذهبي، وصححه الألباني.
Diriwayatkan oleh Abu Daud, dinyatakan shohih oleh Al Hakin dan disetujui oleh Adz Dzahabi.Dan dinyatakan shohih oleh Al Albani.
[4] – أبو يعلى، وقال الهيثمي: فيه فلان وُثِّق، وبقية رجاله رجاله الصحيح اهـ وبنحوه المنذري، وأورده ابن عدي في “الكامل”، وضعّفه الألباني.
Diriwayatkan oleh Abu Ya’la.Al Haitsami berkata: Di dalamnya ada fulan yang muwatsaq, sementara sisa perowinya adalah perowi hadits shohih.
Al Mundziri juga mengatakan hal serupa. Sementara Ibnu ‘Adi mencantumkannya dalam kitabnya Al Kamil Fi Dlu’afa-ir Rijal.Dan dinyatakan dlo’if oleh Al Albani. .
[5] – صححه الحاكم وأقره الذهبي، وحسنه الترمذي، وهو حسن.
Dinyatakan shohiholeh Al Hakim dan disetujui oleh Adz Dzahabi.At Tirmidzi menyatakannya sebagai hadits hasan, dan hadits ini memang hasan.
[6] – بدايته: مثل المؤمن كمثل العطار إن جالستَه…أخرجه البزار، وقال الهيثمي: رجاله موثّقون اهـ وضعّفه الألباني.
Bunyi awalnya:
مثل المؤمن كمثل العطار إن جالستَه…
Perumpamaan orang mukmin itu seperti penjual minyak wangi, jika engkau duduk dengannya….
… diriwayatkan oleh Al Bazzar. Al Haitsami berkata: Para perowinya muwatsaq.
Dan dinyatakan dlo’if oleh Al Albani.
[7] – ابن أبي الدنيا مرسلاً، وجاء عند أبي داود بإسناد جيد على شرط مسلم كما قال النووي لكن بلفظ: (إذا أراد الله بالأمير خيراً جعل له وزير صدقٍ إن نسيَ ذكّره، وإن ذَكر أعانه).
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Dunya secara mursal. Sementara dalam riwayat Abu Daud sanadnyajayyidsesuai dengan syarat Muslim sebagaimana yang dikatakan oleh An Nawawi akan tetapi dengan lafadz:
إذا أراد الله بالأمير خيراً جعل له وزير صدقٍ إن نسيَ ذكّره، وإن ذَكر أعانه
Jika Alloh menghendaki kebaikan pada seorang pemimpin niscaya Alloh berikan seorang pendamping yang jujur kepadanya yang jika ia lupa,pendampingnya itu mengingatkannya, dan jika ia ingat, menteri itu membantunya.