Khutbah Jumat Edisi 339 | Hikmah Diwajibkannya Puasa Ramadhan
Dikeluarkan Oleh Sariyah Dakwah Jama’ah Ansharu Syari’ah
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ جَعَلَ الصَّوْمَ حِصْنًا لِأَوْلِيَائِهِ وَ جُنَّةً، وَفَتَحَ لَهُمْ بِهِ أَبْوَابَ الْجَنَّةِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لَانَبِيَّ بَعْدَهُ.
اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ قَائِدِ الْخَلْقِ وَمُمَهِّدِ السُّنَّةِ، وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ ذَوِيْ الْأَبْصَارِ الثَّاقِبَةِ وَالْعُقُوْلِ الْمُرَجِّحَةِ أَمَّا بَعْدُ،
فَيَااَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوْااللهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنـْتُمْ مُسْلِمُوْنَ فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ
وَقَالَ النَّبِيُ : اِتَّقِ اللهَ حَيْثُ مَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بَخُلُقٍ حَسَنٍ. (رواه الترمذي، حديث حسن).
Jamaah Jum’at hamba Allah yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga, dan para sahabatnya.
Khotib berwasiat kepada diri sendiri khususnya dan jama’ah sekalian marilah kita bertaqwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa, semoga kita akan menjadi orang yang istiqamah sampai akhir hayat kita.
Ma’asyirol Muslimin Rahimani Wa Rahimukumullah…
Allah Ta’ala berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa.“ (Al Baqarah : 183).
Puasa adalah kewajiban seorang muslim, karena Allah berfirman (كُتِبَ), yang maknanya adalah diwajibkan. Yang dimaksud puasa adalah ibadah kepada Allah dengan meninggalkan pembatal-pembatal puasa mulai dari terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari. Puasa yang hukumnya wajib dalam ayat ini adalah puasa di Bulan Ramadhan. Bahkan puasa juga termasuk rukun Islam yang merupakan pondasi ajaran agama Islam.
Kewajiban puasa juga merupakan kewajiban umat terdahulu, agar umat ini tidak merasa berat dalam melaksanakannya karena ini juga merupakan kewajiban umat terdahulu. Selain itu juga sebagai bentuk Allah menyempurnakan keutamaan umat ini dengan kewajiban puasa sebagaimana umat terdahulu mendapatkan keutamaan dengan menunaikan ibadah puasa ini.
Tidak diragukan lagi bahwa puasa adalah ibadah yang utama. Orang yang berpuasa dia bersabar dari makan, minum, dan berbagai syahwat karena Allah Ta’ala. Oleh karena itu Allah mengkhususkan amal ibadah puasa hanya untuk-Nya. Allah Ta’ala berfirman dalam hadits qudsi :
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِى
“Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku.” (H.R Bukhari).
Sebagian dari banyak orang saat menjalankan ibadah puasa Ramadhan hari pertama merupakan cobaan terberat karena harus menyesuaikan semuanya dari kebiasaan kehidupan sehari-hari, dari gaya hidup dan tingkah laku yang biasa dilakukan harus perlahan lahan disesuaikan, pola makan yang biasanya dimulai dari pagi, siang dan siang hari apalagi yang suka nyemil, tingkah laku kebiasaan berbicara yang ceplas-ceplos kudu direm, apalagi yang suka bergosip ria rasa emosional yang tinggi yang kadang-kadang meluap-luap tak terkendali.
Semua itu harus dijaga dan diperhatikan jangan sampai kebablasan, yang pastinya ibadah makin diperbanyak dari hari biasanya,ada satu lagi yang biasanya tak tertahankan selain rasa haus dan lapar dalam menjalankan ibadah puasa Ramadhan yaitu rasa malas yang berkepanjangan yang membuat seseorang jadi lebih sering mengantuk dan tertidur pulas lama sampai lupa waktu malah terkadang dari pagi sampai sore hari.
Malahan banyak sebagian dari kita saat bangun sahur hari pertama kebablasan bangun kesiangan yang tak kalah memberatkan saat memilih menu buka puasa kita terkadang sangat lapar mata apa saja dibeli dan dibuat ,terkadang membuat terkesan mubazir karena yang kita makan gak sebanyak yang kita mau saat menjelang berbuka, belum lagi kalau kita sudah kekenyangan membuat kita kadang malas buat melaksanakan shalat tarawih.
Puasa itu tidak mudah.
Puasa adalah ujian melatih kesabaran paling berat di antara bentuk ibadah lainnya. Bukan hanya sabar menahan lapar dan dahaga dalam waktu tertentu. Puasa juga berarti menuntut umat Islam untuk sabar dalam berbagai hal.
Alangkah indahnya bagi kita, ketika kita sedang berada di hari yang panjang, untuk merenungkan hikmah perintah Allah berpuasa, agar kita bersemangat saat melakukan ibadah puasa yang agung ini?
Mari kita merenung wahai hamba Allah yang beriman- dalam aturan puasa akan bertemu dengan aturan yang agung, dan rahasia yang mulia, yang untuknya Allah Ta’ala memerintahkan para hamba-Nya untuk menahan diri dari makanan, minuman, dan keinginan nafsu syahwat mereka.
Puasa merupakan ibadah wajib yang berat yang dapat menghantarkan kita ke surga. Kebahagiaan dan kesuksesan hanya dapat dicapai di atas jembatan kesulitan dan kerja keras, dan dia tidak memasukinya kecuali melalui pintu kesulitan dan kesabaran, dan menanggung kesulitan, dan itulah sebabnya Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,
حُفَّتِ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ وَحُفَّتِ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ
“Surga itu diliputi perkara-perkara yang dibenci (oleh jiwa) dan neraka itu diliputi perkara-perkara yang disukai syahwat.”(HR. Muslim)
Kebahagiaan di akhirat hanya bisa dicapai di atas jembatan kelelahan, jadi orang yang berpuasa berhak bersabar dengan kerasnya puasanya, dan mengetahui bahwa pahalanya sepadan dengan kesulitannya, dan bahwa kelelahan harinya akan hilang ketika dia berbuka, dan kesulitan puasanya akan hilang ketika dia bertemu dengan Allah Ta’ala.
لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ: فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ، وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ
Artinya, “Orang yang berpuasa akan meraih dua kegembiraan, kegembiaran ketika berbuka puasa/berhari raya, dan kegembiraan ketika bertemu Tuhannya,” (HR Muslim).
Dalam Marqatul Mafatih dijelaskan, dua kegembiraan itu meliputi di dunia dan di akhirat.
Pertama, kegembiraan saat berbuka karena telah terbebas dari tanggungan perintah Allah atau sebab mendapatkan pertolongan dapat menyempurnakan puasa atau sebab dapat makan dan minum sesudah menahan lapar dan dahaga atau sebab meraih pahala yang diharapkan.
Kedua, kegembiraan saat bertemu Tuhan sebab mendapatkan balasan amal puasa, mendapatkan pujian, atau keberuntungan dapat berjumpa dengan Allah.
Hadirin yang dirahmati Allah,
Hikmah paling mulia yang telah ditentukan Allah dari kewajiban puasa pada ujung ayat surat al-Baqarah 183 disebutkan tujuan ibadah puasa agar setiap orang yang mengerjakannya memperoleh ketakwaan.
Meskipun Allah ﷻ menguji orang-orang beriman, di sisi lain Allah ﷻ juga mengabarkan kabar gembira kepada orang-orang beriman bahwasanya sebesar apa pun ujian tersebut pasti ada jalan keluarnya. Namun, Allah ﷻ mengingatkan bahwa jalan keluar tersebut hanya bagi orang-orang yang bertakwa.
Allah ﷻ berfirman, وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا
“Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.” (QS. Ath-Thalaq: 2).
Hadirin yang dimuliakan Allah,
Jiwa tanpa taqwa menjadi hampa, tanpa takwa tidak mampu menghalangi kemaksiatan, dan tanpa takwa tidak aktif dalam ketaatan, dan peningkatan takwa adalah peningkatan terbaik yang mendorong seseorang untuk menerima ketaatan secara aktif, dan ingat serta menghadirkan Allah dalam semua urusannya, dan itu diperoleh jika orang mengambil sertifikat takwa dari sekolah puasa ramadhan sebulan penuh.
Pernahkah Anda membayangkan bahwa orang yang berpuasa, yang meradang karena kehausan, melihat air dan dapat meminumnya, dan tidak ada manusia yang melihatnya, tetapi dia berhati-hati bahkan dari tetesan yang masuk ke mulutnya saat dia wudhu? Jadi apa yang memanggilnya untuk itu kecuali kesalehan dan merasa diawasi Allah? Wanita itu berdiri di antara berbagai restoran dan minuman, begitu dibuat, tidak mencicipi apa-apa, bahkan orang-orang bertanya tentang obat tetes, apakah itu membatalkan puasa? Jadi apa yang membuat mereka berhati-hati, menjaga kesempurnaan puasanya, meskipun mereka mungkin tidak melihat apa-apa selain takut kepada Allah dan menaati-Nya.
Oleh karena itu, kita perlu mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya dalam rangka menyambut bulan yang penuh berkah tersebut, sehingga kita dapat memanfaatkannya secara maksimal untuk beribadah mendekatkan diri kepada Allah. Dengan demikian, apa yang menjadi tujuan akhir dari puasa Ramadhan ini, yakni derajat ketakwaan dapat kita raih.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُوْا اللهَ لِيْ وَلَكُمْ
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَالْعَصْرِ، إِنَّ الإِنسَانَ لَفِيْ خُسْرٍ، إِلاَّ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.
Khutbah Kedua
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
جَمَاعَةَ الْجُمُعَةِ، أَرْشَدَكُمُ اللهُ. أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهُ، وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا وَيَرْزُقُهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ، وَمَن يَتَّقِ اللهَ يُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا.
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ. اَللَّهُمَ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ. اَللَّهُمَّ انْصُرِ الْمُجَاهِدِيْنِ فِيْ كُلِّ مَكَانٍ وَزَمَانٍ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ اْلأَبْرَارِ. رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَّسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا، رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِن قَبْلِنَا، رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ، وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنتَ مَوْلاَنَا فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ. اَللَّهُمَّ إِنَا نَسْأَلُكَ رِضَاكَ وَجَنَّتَكَ وَنَسْأَلُكَ شَهَادَةً فِيْ سَبِيْلِكَ. اَللَّهُمَّ أَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَالْمُبْتَدِعَةَ وَالْمُشْرِكِيْنَ أَعْدَائَكَ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ.
اَللَّهُمَّ شَتِّتْ شَمْلَهُمْ وَمَزِّقْ جَمْعَهُمْ وَزَلْزِلْ أَقْدَامَهُمْ وَأَلْقِ فِيْ قُلُوْبِهِمُ الرُّعْبَ. اَللَّهُمَّ عَذِّبْهُمْ عَذَابًا شَدِيْدًا وَحَسِّبْهُمْ حِسَابًا ثَقِيْلاً. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.