Khutbah Jumat Edisi 359 | Menteladani Perjuangan Pahlawan Kemerdekaan
Dikeluarkan Oleh Sariyah Dakwah Jama’ah Ansharu Syari’ah
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ وَلاَ رَسُوْلَ بَعْدَهُ، قَدْ أَدَّى اْلأَمَانَةَ وَبَلَّغَ الرِّسَالَةَ وَنَصَحَ اْلأُمَّةَ وَجَاهَدَ فِيْ سَبِيْلِهِ حَقَّ جِهَادِهِ.
اَلصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا الْمُصْطَفَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ سَلَكَ سَبِيْلَهُ وَاهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.رَبِّ اشْرَحْ لِيْ صَدْرِيْ وَيَسِّرْ لِيْ أَمْرِيْ وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِيْ يَفْقَهُوْا قَوْلِيْ.
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. وَقَالَ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. وَقَالَ: وَتَزَوَّدُوْا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى.
وَقَالَ النَّبِيُ : اِتَّقِ اللهَ حَيْثُ مَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بَخُلُقٍ حَسَنٍ. (رواه الترمذي، حديث حسن).
Jamaah Jum’at hamba Allah yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga, dan para sahabatnya.
Khotib berwasiat kepada diri sendiri khususnya dan jama’ah sekalian marilah kita bertaqwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa, semoga kita akan menjadi orang yang istiqamah sampai akhir hayat kita.
Ma’asyirol Muslimin Rahimani Wa Rahimukumullah…
Menteladani Nilai-nilai Perjuangan Para Pahlawan Kemerdekaan
Bangsa Indonesia memperingati hari kemerdekaan setiap 17 Agustus sebagai bentuk penghormatan atas jasa-jasa para syuhada yang berjuang mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.
Sejarah menjadi saksi perjuangan kaum muslimin yang mencintai Indonesia sebagai tanah airnya, dengan mempertahankan kedaulatan sampai titik darah penghabisan. Pekik takbir menggema dari lisan para pejuang di sepanjang pertempuran.
PERJUANGAN PARA ULAMA’ DALAM MEMIMPIN RAKYAT INDONESIA MELAWAN PARA PENJAJAH
Kerajaan-kerajaan Islam telah berhasil dikuasai oleh para penjajah, namun rakyat Indonesia tidak berhenti begitu saja. Para ulama memimpin perlawanan bersama rakyat Indonesia dengan semangat yang membara hingga terbentuklah gerakan-gerakan perjuangan kemerdekaan yang merata di kawasan Nusantara.
Peran ulama di dalam memimpin rakyat Indonesia sangatlah penting seperti ketika memimpin perlawanan penindasan kedzaliman yang bermula di Aceh oleh Tengku Cik di Tiro, Teuku Umar, Cut Nyak Dien dan lainnya.
Kemudian terjadinya Perang yang disebut dengan perang Padri terletak di Sumatera Barat yang di pimpin Imam Bonjol yang menimbulkan gerakan-gerakan Islam seperti Gerakan 3 Haji di Dena Lombok, Gerakan R. Gunawan dari Muara Tembesi Jambi, Gerakan H. Aling Kuning di Kalimantan Timur, Gerakan KH. Wasit dari Cilegon dan masih banyak lagi gerakan yang muncul untuk memperjuangkan kemerdekaan republik Indonesia dalam memberantas para penjajah.
Demikian kegigihan umat Islam dalam merebut kedaulatan pada zaman dulu. Kini bagaimana kita sebagai generasi penerus bangsa untuk mempertahankan kedaulatan NKRI. Sebagai umat Islam agar menteladani perjuangan pahlawan untuk meraih kemerdekaan dan memusnahkan penjajahan.
Dari perjuangan para pahlawan ini, terkandung nilai-nilai keteladanan yang mesti kita lestarikan dan amalkan dalam kehidupan.
Nilai-nilai yang harus menjiwai diri kita dalam mengisi dan mempertahankan kemerdekaan, nilai-nilai yang menjadi pondasi dalam mengukir amal shaleh sebagai hamba Allah ﷻ yang diberi nikmat kemerdekaan.
Sungguh, jika kita mampu meneladani para mujahid fi sabilillah ini kita akan meraih kebaikan di dunia dan akhirat.
Nilai pertama dari suri tauladan perjuangan mereka adalah istiqamah dalam kebaikan.
Sikap istiqamah menjadi landasan utama yang dilalui oleh para pejuang yang rela mengorbankan harta dan jiwanya. Mereka tidak tergiur oleh tawaran dan negoisasi yang sarat kepentingan pihak musuh. Mereka tidak silau dengan iming-iming para penjajah berupa harta dan materi sebagai ganti dari mengangkat senjata.
Sikap istiqamah ini telah diamanatkan oleh Allah ﷻ melalui Rasul ﷺ dalam firman-Nya.
فَٱسْتَقِمْ كَمَآ أُمِرْتَ وَمَن تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْا۟ ۚ إِنَّهُۥ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
“Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS: Huud : 112).
Keistiqomahan ternyata merupakan salah satu sifat yang selalu disebut Rasulullah Muhammad ﷺ dalam doanya. Rasulullah ﷺ kerap berdoa, memohon agar diberi keteguhan hati dan selalu taat kepada Allah ﷻ .
Mengapa Rasulullah selalu memohon diberi keistiqomahan?
Alasannya tertera dalam hadis riwayat Tirmidzi dan Ahmad. Syahr bin Hawsyab berkata bahwa ia berkata pada istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Ummu Salamah, ” Wahai Ummul Mukminin, apa doa yang sering dipanjatkan oleh Rasulullah ﷺ jika berada di sisimu?” Ummu Salamah menjawab, ” Yang sering dibaca oleh Nabi ﷺ adalah, ‘Ya muqollibal quluub, tsabbit qolbii ‘ala diinika (Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu)’.”
Ummu Salamah pernah bertanya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ” Wahai Rasulullah kenapa engkau lebih sering berdoa dengan doa, ‘Ya muqollibal quluub, tsabbit qolbii ‘ala diinik (Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu)’?”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya menjawab, ” Wahai Ummu Salamah, yang namanya hati manusia selalu berada di antara jari-jemari Allah. Siapa saja yang Allah kehendaki, maka Allah akan berikan keteguhan dalam iman. Namun siapa saja yang dikehendaki, Allah pun bisa menyesatkannya.”
Setelah itu Mu’adz bin Mu’adz membacakan ayat, ” Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami” (QS Ali Imron ayat 8).
Sikap istiqamah ini harus mewarnai perjalanan spiritual kita. Istiqamah harus kita tanamkan di dalam ibadah, syariah, akhlak, ilmu, dan perjuangan di jalan Allah ﷻ.
Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah
Keteladanan kedua, yang harus kita jaga dari perjuangan para pahlawan adalah memiliki sifat berani dalam membela kebenaran, berani dalam mempertahankan kebenaran, dan berani dalam menghadapi berbagai rintangan serta hambatan.
Perbedaan yang sangat jauh antara jumlah dan kualitas persenjataan yang dimiliki oleh pihak musuh dengan para pejuang, tentu menjadi tantangan tersendiri. Namun tidak berarti mengendurkan semangat apalagi merontokkan keberanian mereka dalam memerangi para penjajah.
Bermodalkan senjata bambu runcing dan persenjataan lainnya, para mujahid ini pantang menyerah dalam berjuang. Mereka memandang menang dan kalah dalam sebuah perjuangan adalah hak Allah ﷻ yang memutuskannya. Tugas kita hanya berjuang. Selebihnya kita serahkan hasil perjuangan dalam keputusan Allah ﷻ.
Hal inilah yang menimbulkan semangat tak gentar. Para pejuang tetap lantang menantang musuh yang datang dengan fasilitas persenjataan yang dimiliki.
Keberanian semacam ini sudah diajarkan oleh Rasul ﷺ kepada kita. Di saat beliau dan Sayidina Abubakar Ash-Shiddiq bersembunyi dari kejaran musuh di gua Tsur, beliau berkata kepada Abubakar,
لَا تَحْزَنْ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَنَا
“Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah bersama kita.” (QS. At-Taubah : 40)
Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah
Ketiga, sabar dalam menanam benih kebaikan. Apa yang kita rasakan dan nikmati hari ini adalah buah dari kesabaran para mujahidin dalam menanam pohon yang bernama pohon perjuangan.
Mereka sabar dalam menghadapi kesusahan hidup akibat diburu oleh musuh yang berkekuatan besar. Mereka sabar dalam mengarungi medan perjuangan yang berliku-liku.
Seandainya mereka kehilangan kesabaran mungkin kita tidak bisa menikmati apa yang pernah mereka tanam dalam mengisi kemerdekaan. Tidak ada batas dalam bersabar sebagaimana tidak ada batas dalam pahala bagi orang-orang yang bersabar.
Allah ﷻ berfirman :
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS: Az-Zumar: 10).
Begitu agungnya amalan berupa sikap sabar ini, sehingga Allah pun membersamai orang-orang yang sabar. Firman-Nya :
وَاصْبِرُوا إِنَّ اللهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
“Dan bersabarlah! Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Anfal:46).
Ayat ini mengajarkan kepada kita bahwa Allah ﷻ bersama kita yang sabar. Jika kita jauh dari sabar berarti kita jauh dari Allah ﷻ. Jauh dari Allah ﷻ artinya jauh dari rahmat dan perlindungan-Nya.
Dengan kita memiliki kesabaran, Allah ﷻ akan bersama kita, Allah ﷻ akan anugerahkan pahala tanpa batas, Allah ﷻ akan berikan kepada kita kedudukan yang mulia. Ganjaran dan penghargaan semacam ini sudah lebih dari cukup untuk memacu diri kita dalam mewujudkan sikap sabar, sabar yang tiada batas.
Demikianlah nilai-nilai keteladanan yang bisa kita ambil dari perjuangan para pahlawan dalam membela tanah air dan agama di hari kemerdekaan yang kita peringati setiap 17 Agustus.
Istiqamah, berani, dan sabar, inilah tiga sikap mulia yang harus kita teladani dari mereka. Jangan lupa, kita selalu mendoakan yang terbaik bagi setiap pahlawan yang telah mengorbankan harta dan jiwa demi kemerdekaan.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُوْا اللهَ لِيْ وَلَكُمْ
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَالْفَجْرِ وَلَيَالٍ عَشْرٍ وَالشَّفْعِ وَالْوَتْرِ. وَالّلَيْلِ اِذَا يَسْر.
وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.
Khutbah Kedua
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
جَمَاعَةَ الْجُمُعَةِ، أَرْشَدَكُمُ اللهُ. أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهُ، وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا وَيَرْزُقُهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ، وَمَن يَتَّقِ اللهَ يُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا.
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ. اَللَّهُمَ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ. اَللَّهُمَّ انْصُرِ الْمُجَاهِدِيْنِ فِيْ كُلِّ مَكَانٍ وَزَمَانٍ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ اْلأَبْرَارِ. رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَّسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا، رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِن قَبْلِنَا، رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ، وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنتَ مَوْلاَنَا فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ. اَللَّهُمَّ إِنَا نَسْأَلُكَ رِضَاكَ وَجَنَّتَكَ وَنَسْأَلُكَ شَهَادَةً فِيْ سَبِيْلِكَ. اَللَّهُمَّ أَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَالْمُبْتَدِعَةَ وَالْمُشْرِكِيْنَ أَعْدَائَكَ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ.
اَللَّهُمَّ شَتِّتْ شَمْلَهُمْ وَمَزِّقْ جَمْعَهُمْ وَزَلْزِلْ أَقْدَامَهُمْ وَأَلْقِ فِيْ قُلُوْبِهِمُ الرُّعْبَ. اَللَّهُمَّ عَذِّبْهُمْ عَذَابًا شَدِيْدًا وَحَسِّبْهُمْ حِسَابًا ثَقِيْلاً. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.