Khutbah Jumat Edisi 409 | Mewujudkan Indonesia Yang Baldatun Thoyyibatun Wa Rabbun Ghofur dengan Empat Kekuatan
Dikeluarkan Oleh Sariyah Dakwah Jama’ah Ansharu Syari’ah
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ وَلاَ رَسُوْلَ بَعْدَهُ، قَدْ أَدَّى اْلأَمَانَةَ وَبَلَّغَ الرِّسَالَةَ وَنَصَحَ اْلأُمَّةَ وَجَاهَدَ فِيْ سَبِيْلِهِ حَقَّ جِهَادِهِ.
اَلصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا الْمُصْطَفَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ سَلَكَ سَبِيْلَهُ وَاهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.رَبِّ اشْرَحْ لِيْ صَدْرِيْ وَيَسِّرْ لِيْ أَمْرِيْ وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِيْ يَفْقَهُوْا قَوْلِيْ.
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. وَقَالَ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. وَقَالَ: وَتَزَوَّدُوْا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى.
وَقَالَ النَّبِيُ : اِتَّقِ اللهَ حَيْثُ مَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بَخُلُقٍ حَسَنٍ. (رواه الترمذي، حديث حسن).
Jamaah Jum’at hamba Allah yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga, dan para sahabatnya.
Khotib berwasiat kepada diri sendiri khususnya dan jama’ah sekalian marilah kita bertaqwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa, semoga kita akan menjadi orang yang istiqamah sampai akhir hayat kita.
Ma’asyirol Muslimin Rahimani Wa Rahimukumullah…
Kalimat “baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur” ini termaktub dalam firman Allah Ta’ala di dalam al-Qur’an:
لَقَدۡ كَانَ لِسَبَإٖ فِي مَسۡكَنِهِمۡ ءَايَةٞۖ جَنَّتَانِ عَن يَمِينٖ وَشِمَالٖۖ كُلُواْ مِن رِّزۡقِ رَبِّكُمۡ وَٱشۡكُرُواْ لَهُۥۚ بَلۡدَةٞ طَيِّبَةٞ وَرَبٌّ غَفُورٞ
Artinya: Sungguh, bagi kaum Saba’ ada tanda (kebesaran Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri, (kepada mereka dikatakan), “Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik (nyaman) sedang (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun.” (QS. Saba’: 15).
Dari penjelasan mufassir terkait baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur ini kita dapat menangkap bahwa baldatun thayyibatun dapat tercipta dengan adanya dua dimensi sekaligus yaitu kemakmuran alam dan ketaatan penduduk negeri kepada Allah Ta’ala.
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ ٱلْقُرَىٰٓ ءَامَنُوا۟ وَٱتَّقَوْا۟ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَٰتٍ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلْأَرْضِ وَلَٰكِن كَذَّبُوا۟ فَأَخَذْنَٰهُم بِمَا كَانُوا۟ يَكْسِبُونَ
Artinya: Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.(QS. Surat Al-A’raf: 96).
4 Kekuatan Mewujudkan Indonesia Yang Baldatun Thoyyibun Wa Rabbun Ghofur.
Ada 4 kekuatan yang akan disebutkan jika menjalankan perannya dengan baik, Insya Allah negara ini berkah, aman sentosa, makmur dan sejahtera. Tetapi kalau ada sebagian tiada berfungsi seperti yang diharapkan, niscaya rusaklah negara tersebut. yang pertama ilmunya para ulama dan ilmuwan yang beriman, kedua keadilan para umara, ketiga kedermawanan para aghniya, dan keempat doanya kaum fakir miskin.
Dengan ilmu yang dimiliki oleh para ulama serta sumber daya manusianya yang unggul akan membawa kemaslahatan bagi masyarakatnya. Karena dengan sumber daya manusia yang unggul maka semua sumber daya alam akan bisa dikelola dengan profesional. Dengan begitu sumber daya alam yang ada akan dikelola oleh masyarakat setempat, dan manfaat daripada ekonominya akan berdampak pada masyarakat setempat pula.
Selanjutnya, sebuah negara akan berdiri tegak jika pemimpinnya adil. Menurutnya, dengan adilnya pemerintah dalam memberikan kebijakan dan tidak tebang pilih maka kebijakan tersebut akan membawa kebaikan untuk bersama. Ketika pemerintah mulai dari presiden sampai lurah tidak adil maka pembangunannya juga pasti tidak merata, baik pembangunan fisik maupun non fisik. Maka diperlukan adanya keadilan dan kebijaksanaan pemerintah.
Kemudian, adanya orang-orang kaya yang dermawan. Keberadaan pengusaha, keberadaan orang-orang kaya ini juga penting, sebab kalau tidak ada pengusaha yang dermawan maka pembangunan juga akan terhambat.
Dan terakhir adalah doanya fakir miskin. Maka keempat pilar ini harus kompak, harus bersatu, semuanya saling mendukung semuanya saling menunjang, ketika semuanya bersatu maka saya yakin tidak akan ada yang tidak terlaksana.
Ulama dan umara (penguasa) adalah pasangan yang tak dapat dipisahkan, dua kekuatan besar ini merupakan peyangga kehidupan yang kokoh, jika salah satunya pincang maka rusaklah kehidupan di negeri ini. Ulama dan umara adalah mitra sejajar yang saling membutuhkan dan melengkapi guna menyelamatkan kehidupan bangsa Indonesia.
Kembali kita membuka lembaran sejarah masyarakat madani kota Madinatul Munawwarah, Rasulullah adalah pemimpin tertinggi dalam bidang agama dan juga petinggi dalam urusan Negara, tidak ada persoalan yang tidak tuntas saat itu, tidak ada perselisihan yang tidak dapat dilerai kala itu, kehidupan saat itu aman, tentram dan selalu dalam keridhaan Allah. Mengapa demikian, karena dua pilar ini berjalan sebagaimana mestinya, dua kekuatan ini disandang oleh Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam.
Seiring perkembangan zaman, tentu sangat sulit menemukan figur yang mampu menyandang dua kekuatan besar ini. Lalu bagaimana menyikapinya agar kehidupan ini benar-benar berjalan sesuai dengan aturan yang telah digariskan syara’? Tidak ada cara lain, sinergisitas dua kekuatan besar ini perlu selalu selaras dan dinamis, saling terbuka dan melengkapi.
Ulama tampil menjadi penasehat dengan ilmu yang dimilikinya, umara pun tampil tegas dengan petunjuk dan nasihat ulama, sehingga setiap kebijakan dan program selalu dalam koridor yang telah ditentukan syara’.
Memposisikan diri sesuai tugas dan fungsi tentu menjadi salah satu cara dalam mewujudkan sinergitas, ulama selalu menjadi panutan dan pelita, umara pun adil dalam menjalankan kekuasaan, menghormati ulama dan mengayomi rakyatnya.
Lalu, bagaimana kontribusi orang kaya dalam memperkuat pilar kehidupan ini? Seorang sahabat Rasulullah yang terkenal sebagai hartawan (konglomerat) adalah Utsman bin Affan, kekayaan beliau saat itu andai dipergunakan untuk membeli makanan penduduk Madinah setiap harinya, harta beliau tidak akan habis. Andai hartanya itu digunakan untuk membeli tanah dan unta milik penduduk Madinah, hidup beliau tidak akan kewalahan juga (buku Ustman bin Affan, Si Super Dermawan).
Meskipun harta melimpah, Ustman bin Affan tidak pernah hidup mewah, kehidupan beliau sederhana, makan apa adanya, serta gemar menyantuni anak yatim dan fakir miskin.
Melihat perkembangan sekarang, dalam masyarakat sepertinya sudah terjadi jurang pemisah yang terjal antara si kaya dan miskin, orang kaya semakin kaya dan yang miskin bertambah miskin. Belum terlihat upaya orang kaya serta kebijakan penguasa dalam upaya mengentaskan kemiskinan, menyelamatkan saudara kita dari kemiskinan karena Ali bin Abi Thalib berpesan bahwa kemiskinan dekat dengan kekufuran.
Jangan pernah meremehkan orang miskin, sebab doa mereka adalah sumber kekuatan orang kaya dan kejayaan ummat. Dalam sebuah hadis Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam bersabda: “Barangkali orang yang rambutnya semrawut dan bajunya berdebu, serta selalu ditolak jika bertamu, jika ia bersumpah kepada Allah niscaya Allah akan mengabulkannya.” (HR. Muslim).
Orang miskin yang taqwa dan istiqamah dalam beribadah yang kelihatannya hina dalam pandangan manusia, tetapi jauh lebih mulia di sisi Allah. Rasulullah bersabda: “Saya pernah berdiri di pintu syurga, ternyata yang saya lihat bahwa kebanyakan penghuninya adalah orang-orang miskin, sedangkan orang-orang kaya tertahan (yaitu belum diperkenankan masuk syurga dahulu). (HR. Bukhari dan Muslim).
Ilmunya para ulama adalah pelita yang akan menerangi jalan gelap penguasa dalam menjalankan roda kekuasaanya, ulama perlu menjadi koalisi umara yang selalu mendukung setiap kebaikan yang dijalankan, menjadi oposisi yang selalu tampil memberikan nasehat dan bimbingan jika umara melenceng dari garis dan nilai-nilai syariat. Umara sejatinya selalu mendengar setiap kritikan para ulama, bukan mengabaikan atau menyeret ulama ke lembah yang akan menjatuhkan kredibilitas dan netralitas.
Ilmunya para ulama dan keadilan umara menjadi semangat tersendiri dalam memotivasi orang kaya membelanjakan hartanya serta didukung oleh doa orang orang miskin yang taat, karena setiap doa mereka akan selalu diijabah oleh Allah Ta’ala. Menjalankan tugas dan fungsi masing-masing merupakan satu upaya memperkuat dan mempersatukan keempat pilar ini.
Semoga bangsa yang kita cintai di masa yang akan datang akan menjadi bangsa yang kuat dengan sokongan empat pilar ini, kuat dengan arifnya ulama, adilnya Umara, murahnya hati orang kaya dan orang miskin yang taat dan selalu berdoa bagi kebaikan negerinya. Aamiin.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُوْا اللهَ لِيْ وَلَكُمْ
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَالْفَجْرِ وَلَيَالٍ عَشْرٍ وَالشَّفْعِ وَالْوَتْرِ. وَالّلَيْلِ اِذَا يَسْر.
وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.
Khutbah Kedua
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
جَمَاعَةَ الْجُمُعَةِ، أَرْشَدَكُمُ اللهُ. أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهُ، وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا وَيَرْزُقُهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ، وَمَن يَتَّقِ اللهَ يُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا.
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ. اَللَّهُمَ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ. اَللَّهُمَّ انْصُرِ الْمُجَاهِدِيْنِ فِيْ كُلِّ مَكَانٍ وَزَمَانٍ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ اْلأَبْرَارِ. رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَّسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا، رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِن قَبْلِنَا، رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ، وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنتَ مَوْلاَنَا فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ. اَللَّهُمَّ إِنَا نَسْأَلُكَ رِضَاكَ وَجَنَّتَكَ وَنَسْأَلُكَ شَهَادَةً فِيْ سَبِيْلِكَ. اَللَّهُمَّ أَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَالْمُبْتَدِعَةَ وَالْمُشْرِكِيْنَ أَعْدَائَكَ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ.
اَللَّهُمَّ شَتِّتْ شَمْلَهُمْ وَمَزِّقْ جَمْعَهُمْ وَزَلْزِلْ أَقْدَامَهُمْ وَأَلْقِ فِيْ قُلُوْبِهِمُ الرُّعْبَ. اَللَّهُمَّ عَذِّبْهُمْ عَذَابًا شَدِيْدًا وَحَسِّبْهُمْ حِسَابًا ثَقِيْلاً. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
Download file PDF :