MANUSIA TERBAIK MEMBELI SURGA DENGAN JIWA DAN HARTANYA
Oleh : Ustadz Hamzah Baya, S.Pd.I, M.Pd | Qoid Sariyah Pendidikan dan Kaderisasi Markaziyah, Jamaah Ansharu Syariah
Seorang muslim yang berjihad di jalan Allah berjuang mempertahankan kehormatan Islam dan kaum muslimin demi tegaknya kalimat Laa Ilaha illallah, meskipun akhirnya tertangkap oleh musuh ataupun terbunuh sehingga bisa membuka jalan kemenangan bagi saudaranya lalu mengalahkan musuh mereka, sungguh manusia terbaik ini menjadi utama dihadapan Allah karena jiwanya dibeli dengan harga termahal yaitu Surga. Allah ta’ala berfirman :
“Sesungguhnya Allah telah membeli jiwa-jiwa kaum yang beriman dan juga harta mereka, bahwa balasan bagi mereka adalah surga. Kemudian mereka berperang dijalan Allah dan mereka terbunuh ataukah membunuh. Janji yang benar baginya yang tercantum didalam Taurat, Injil dan al-Qur’an. Maka siapakah yang paling menepati jajinya daripada Allah. Maka kalian bergembiralah dengan jual beli kalian lakukan. Dan seperti itu adalah kemenangan yang amat besar,“ (Q.S At-Taubah : 111).
Seorang Mujahid mengadakan transaksi atas dirinya dan menjual jiwanya dengan membeli surga. Dan inilah jual beli yang paling dicintai oleh Allah sebagaimana firman-Nya :
“ Wahai orang-orang yang beriman, maukah kalian Aku tunjukkan dengan sebuah jual beli yang akan menyelamatkan kalian dari adzab yang pedih. Yaitu kalian beriman kepada Allah dan berjihad dijalan Allah dengan harta-harta kalian dan jiwa-jiwa kalian. Dan itu bagi kalian adalah lebih baik, jikalau kalian mengetahui. Allah akan mengampuni dosa-dosa kalian dan akan memasukkan kalian kedalam surga-surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai, serta kediaman-kediaman yang baik di surga Aden. Demikian itu adalah kemenangan yang besar. Dan lainnya lagi yang kalian senangi. Sesungguhnya pertolongan dari Allah dan kemenangan teramat dekat bagi kalian, maka berilah kabar gembira bagi orang-orang yang beriman, “ (Q.S Ash-Shaff : 10 – 13).
Rasulullah menyebutkan manusia yang dicintai Allah adalah seorang yang teguh menghadapi musuh hingga terbunuh dan sahabatnya bisa meraih kemenangan :
ثَلَاثَةٌ يُحِبُّهُمْ اللَّهُ: الرَّجُلُ يَلْقَى الْعَدُوَّ فِي الْفِئَةِ فَيَنْصِبُ لَهُمْ نَحْرَهُ حَتَّى يُقْتَلَ أَوْ يُفْتَحَ لِأَصْحَابِهِ، وَالْقَوْمُ يُسَافِرُونَ فَيَطُولُ سُرَاهُمْ حَتَّى يُحِبُّوا أَنْ يَمَسُّوا الْأَرْضَ، فَيَنْزِلُونَ، فَيَتَنَحَّى أَحَدُهُمْ، فَيُصَلِّي حَتَّى يُوقِظَهُمْ لِرَحِيلِهِمْ، وَالرَّجُلُ يَكُونُ لَهُ الْجَارُ يُؤْذِيهِ جِوَارُهُ، فَيَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُ حَتَّى يُفَرِّقَ بَيْنَهُمَا مَوْتٌ أَوْ ظَعْنٌ
“Ada tiga golongan orang yang Allah mencintai mereka, Seorang laki-laki yang menghadapi musuh di dalam satu pasukan, lalu dia teguh dalam menghadapi mereka hingga dia terbunuh, atau dimenangkan bagi sahabat-sahabatnya. Suatu kaum yang bepergian, lalu menjadi panjanglah perjalanan malam mereka hingga mereka senang untuk tidur dan beristirahat, kemudian mereka turun, lalu salah seorang diantara mereka menjauh dari yang lain, kemudian shalat hingga membangunkan mereka untuk (melanjutkan) perjalanan mereka. Dan seorang laki-laki yang memiliki tetangga yang tetangganya itu menyakiti (mengganggunya), lalu dia bersabar atas gangguannya hingga kematian atau safar (perjalanan) memisahkan diantara mereka berdua,” (Hadits yang agung kedudukannya ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad di dalam Musnadnya, dan at-Thabraniy di dalam al-Mu’jam al-Kabiir)
Allah pasti akan menepati janjiNya, dikarenakan berjihad di jalan Allah adalah amalan yang paling dicintai Allah. Dan seorang mujahid adalah seutama-utama manusia. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah ditanya :
“Siapakah manusia yang paling utama?. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “ Seorang mukmin yang berjihad fi sabilillah dengan jiwa dan hartanya “
(Diriwayatkan oleh al-Bukhari didalam Kitabal-Jihad, bab. Afdhalun-Naas mu’min mujahid binafsihi wa maalihi fi sabilillah).
“Allah telah memberi jaminan bagi seseorang yang berjihad dijalan-Nya, tidak satupun alasan dia keluar selain untuk ber-jihad di jalan-Nya, dan sebagai pembenar kalimat-kalimat Allah, bahwa Allah memasukkannya ke dalam surga ataukah Allah akan mengembalikannya ketempat kediamannya dimana dia berasal, bersama dengan segala yang dia dapatkan berupa pahala dan ghanimah –harta rampasan perang–“ (Diriwayatkan oleh al-Bukhari didalam Kitab at-Tauhid).
Teruslah berdakwah dan berjuang…!!
Nasehat dari para ulama’ yang berada di Medan jihad, fokuskan pada segmen dakwah masyarakat yang awam. Hindarilah menghabiskan sumber daya untuk membuka wacana dan beradu argumentasi dengan bagian masyarakat yang disebut dengan kelompok elit. Tipe kelompok ini tidak banyak memberi kontribusi kepada jihad melebihi apa yang diberikan oleh masyarakat awam.
Umumnya, fitrah orang awam masih streril. Peluang mereka untuk menerima kebenaran terbuka lebar. Meskipun kehidupannya bergelimang maksiat dan dosa. Baik dosa kecil maupun besar.Permikiran orang awam masih belum rusak dan terkena virus pemikiran sesat. Lebih dari itu, orang awam bukan tipe orang jahil murakkab, yaitu kondisi di mana si jahil tidak sadar ia tidak tahu. Lebih parah dari itu, orang bodoh yang menyangka memiliki ilmu dan wawasan luas yang perlu dibagi ke masyarakat.
Orang tipe ini bersikap seolah ia memiliki kedudukan tinggi yang dengan mudah menyampaikan hoax. Fenomena ini bisa ditemukan di kalangan orang yang disebut para pemikir atau elit.
“Jika anda mengamati medan-medan jihad yang ada. Jika ingin melihat siapa yang menyambut seruan itu tanpa banyak ulah, mereka adalah generasi muda yang belum tersentuh pemikiran-pemikiran menyimpang. Karena itu, biasanya mereka mudah meninggalkan maksiat dan dosa. Mereka juga gampang untuk bertaubat dan kembali ke jalan kebenaran,”
Sedangkan orang yang teracuni pemikiran syubhat, pemikiran menganggap ideologinya sangat positif. Karena itu, tak banyak manfaat dalam dialog dan memberi mereka peringatan. Mereka menganggap jihad sebagai aksi kekerasan. Sedangkan sikap diam nan pengecut mereka namakan intelektualitas.
“Di mata mereka, perang di jalan Allah adalah tindakan bodoh dan anarkis. Tapi, meletakkan senjata sambil sibuk menyelesaikan urusan duniawi dianggap sebagai sikap bijaksana dan sikap toleran. Menumpahkan darah orang kafir dalam perjuangan jihad fi sabilillah dikatakan sebagai tindakan tidak berperi kemanusiaan. Sedangkan menjalin kasih sayang dan merendahkan diri kembali dianggap sebagai tindakan bijak dan berwawasan. Dan masih banyak lagi pemahaman terbalik. Setiap kali anda berusaha masuk lewat sebuah pintu, mereka akan berupaya memalang pintu tersebut,” (Syaikh Abu Yahya Al-Liby rahimahullah)
Semoga Allah memberikan pertolongan dan melindungi seluruh mujahid fisabilillah dan kita digolongkan menjadi bagian dari mereka Aamiin ya rabbal alamiin.